Meterai kedua memperlihatkan kuda berwarna merah yang melambangkan perang. Sejak kedatangan Tuhan Yesus, dunia terus dipenuhi peperangan. Perang demi perang menjadi bagian dari sejarah umat manusia, mewarnai peradaban. Meterai ketiga memperlihatkan kuda hitam, yang menggambarkan krisis ekonomi dan berbagai bencana yang mengubah wajah dunia. Kemudian muncul kuda keempat, berwarna hijau. Warna ini melambangkan kekuatan satu agama besar yang lahir di Timur Tengah dan kini menguasai banyak wilayah di Asia. Semua ini telah dinubuatkan dalam Kitab Suci — peristiwa-peristiwa yang akan mempengaruhi dan membentuk sejarah dunia. Dan semuanya terjadi karena Tuhan mengesahkannya.
Dalam kitab Zakharia juga digambarkan kuda-kuda yang keluar dari kandang, berwarna-warni, dan setelah kembali terdengar suara yang berseru: “Damai, damai, damai.” Sebelum kedatangan Tuhan Yesus, dunia berada di bawah kuasa Lucifer yang jatuh. Ia memegang kendali atas sistem dunia. Namun setelah salib, kendali itu berpindah ke tangan Tuhan Yesus. Dalam Matius 10:34, Tuhan berkata, “Jangan kamu menyangka bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.” Di tempat lain, memang dikatakan bahwa Tuhan datang membawa damai. Namun damai yang dimaksud bukanlah damai secara sosial-politik di bumi, melainkan damai di dalam hati mereka yang berkenan kepada-Nya.
Tuhan Yesus datang bukan untuk membuat bumi menjadi nyaman, tetapi untuk mengguncangnya, menggeser tatanan dunia lama agar umat manusia siap memasuki zaman baru. Pedang yang disebutkan di sana (dalam bahasa Yunani: machairan) adalah pisau besar untuk eksekusi. Ia datang melegalisir semua hal itu, mewarnai dan merubah dunia dengan segala keadaan yang sulit karena Tuhan akan membawa manusia ke zaman baru (Mat. 24:8).
Karena itu, meterai-meterai yang dibuka dalam Wahyu menandakan bahwa dunia akan mengalami banyak kesulitan. Semua ini dilegalkan oleh Tuhan Yesus. Maka, keliru besar jika ada orang Kristen yang berpikir bahwa Tuhan datang untuk membuat hidup kita di dunia ini lebih nyaman dan diberkati secara materi. Faktanya, dunia akan makin rusak. Tuhan Yesus datang untuk mempersiapkan umat-Nya masuk ke dalam Langit Baru dan Bumi Baru. Maka kalau kita sering mendengar ungkapan seperti, “Tuhan pasti memberkati dan melindungi,” itu benar, tetapi kita harus tahu fokus utama perlindungan Tuhan adalah keselamatan jiwa, bukan kenyamanan ekonomi.
Ekonomi bukanlah masalah utama dalam kekristenan. Pada zaman aniaya atau di negara-negara di mana kekristenan ditolak, seberapa taat pun seseorang, mereka tetap bisa ditindas, dimiskinkan, dan diperlakukan tidak adil. Orang Kristen sejati harus memahami ini dengan benar. Jangan mudah terbuai oleh kalimat, “Saudara, kita adalah umat pemenang.” Ketika Rasul Paulus menulis dalam Roma 8:37, “Kamu lebih dari pemenang,” ia sedang menyemangati jemaat Roma yang menghadapi penderitaan luar biasa di bawah kekuasaan Kaisar Nero dan para penganiaya lainnya. Ayat itu bukan ditujukan secara umum untuk orang Kristen yang hidup nyaman hari ini, kecuali jika mereka benar-benar hidup seperti jemaat Roma — teguh mempertahankan iman bahkan dengan darah dan nyawa.
Maka dikatakan dalam Roma 8:37-39, “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Pernyataan ini muncul bukan dalam konteks kenyamanan, tetapi dalam penderitaan. Jadi, tidak tepat jika kita sembarangan menyebut semua orang Kristen sebagai “umat pemenang” tanpa memahami konteks iman dan penderitaan seperti yang dialami para rasul dan gereja mula-mula.
Dalam Matius 24:8 dikatakan, “Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru.” Maka, penderitaan adalah bagian dari proses menuju zaman baru yang Tuhan janjikan. Kita harus siap menderita, karena itulah jalan masuk menuju zaman baru atau kemuliaan kekal!