Saudaraku,
Ada satu janji dari Tuhan Yesus yang pasti dipenuhi-Nya. Di dalam Injil Yohanes 14:18 Yesus berkata, “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.” Di dalam pergumulan hidup yang kita jalani. Sering kita merasa seperti seorang yatim piatu. Apalagi kalau persoalan yang kita hadapi itu menekan kita, mengancam kita berlarut-larut. Ditambah lagi dengan orang-orang di sekitar kita yang tidak membantu, tidak menolong. Bahkan, kadang menambah penderitaan. Sementara itu Tuhan tidak nampak jejak-Nya sama sekali. Di situ kita bisa merasa ditinggalkan semua orang, bahkan ditinggalkan oleh Tuhan.
Tidak sedikit yang mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Karena ada kekosongan di dalam jiwa yang membuat mereka merasa ditinggalkan oleh semua orang. Ini adalah tipu daya kuasa gelap. Jangan kita membiarkan diri ditipu oleh setan dengan perasaan itu. Sebab, kokoh tidaknya seseorang tergantung diri masing-masing. Jangan main-main dengan hal ini. Jadi, kita yang harus menguatkan hati kita sendiri. Sebab dalam hal ini, hanya kita yang bisa menyelamatkan diri kita sendiri. Dan kita akan menjadi kokoh dan teguh, jika kita memercayai Tuhan.
Kalau seseorang sudah merasa tidak disertai Tuhan, dampak negatifnya banyak. Dan kalau terus-menerus seperti itu, bisa membawa dia kepada kebinasaan. Sebab kalau orang merasa ditinggalkan oleh Tuhan, ia akan merasa “dikhianati” oleh Tuhan. Mungkin mulutnya tidak mengatakan, “Tuhan, Engkau mengkhianati aku,” tapi hatinya marah. Sejujurnya, kita semua pernah mengalami keadaan itu. Pada waktu kita memiliki masalah, kita berdoa, Tuhan seperti tidak ada. Kita seperti tidak dipedulikan oleh Tuhan. Keadaan makin memburuk, bahkan sampai kita dipermalukan, misalnya.
Di situ ada kekecewaan. Ada jeritan dalam hati yang mengatakan, “Mengapa ini harus terjadi?” Kalimat itu secara tidak langsung mau menyalahkan Tuhan. Masalahnya, kalau seseorang sudah merasa dirinya seperti orang yatim piatu dalam hubungan dengan Tuhan—artinya ia merasa Tuhan tidak memedulikannya—maka ia juga tidak akan menghormati Tuhan secara patut. Sejatinya, Allah tidak membiarkan kita piatu atau yatim piatu. Dan jika kita yakin akan janji-Nya, hal itu membuat kita menaruh hormat dan takut akan Dia secara benar.
Selanjutnya, hormat dan takut akan Allah yang benar akan menggiring kita untuk hidup di dalam kesucian Tuhan. Kita berusaha untuk hidup tak bercacat tak bercela di hadapan Tuhan. Jadi mari kita lakukan, menaruh Tuhan di depan mata kita. Dia tidak mungkin mengingkari janji. Tuhan pasti memenuhi janji-Nya, “Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu.” Di dalam Matius 28:18-20 Tuhan berjanji, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Saudaraku,
Orang yang merasa disertai Tuhan akan menghormati Tuhan. Walaupun proses untuk memiliki hormat akan Allah itu harus berlangsung progresif. Makin patut, makin benar, makin tinggi hormat dan takut kita akan Allah, sehingga kita bisa hidup benar. Orang yang menghayati penyertaan Tuhan adalah orang yang memiliki keberanian di atas rata-rata, keberanian yang tinggi. Selama kita hidup tidak mungkin kita tidak menghadapi masalah atau ancaman. Percayakah kita bahwa ancaman-ancaman yang bisa merusak hidup ekonomi, rumah tangga, usaha bisnis kita, karier, nama baik kita, itu semua diizinkan Tuhan supaya kita memercayai, bahwa segala sesuatu di dalam kontrol dan kendali Allah?
Kalau seakan-akan Tuhan membiarkan kita dalam keadaan yang terpuruk, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Jadi, jangan membangun skenario bagaimana seharusnya Allah menyertai kita. Jangan kita mengatur Tuhan. Kita lihat bagaimana kehidupan Yusuf. Yusuf diberi mimpi oleh Tuhan. Yusuf pun diperlakukan spesial. Maka timbul kebencian dari kakak-kakaknya kepada Yusuf. Juga karena Yusuf selalu melaporkan kejahatan yang dilakukan kakak-kakaknya. Tapi Yusuf tidak terlibat dosa yang dilakukan kakak-kakaknya. Yusuf bersih. Tuhan sudah membidik Yusuf bukan tanpa alasan.
Orang menjadi suci itu bukan dalam 1 hari. Itu lewat pembiasaan panjang. Dan sebaliknya, orang juga sebenarnya tidak bisa jahat dalam 1 hari. Hanya dunia kita yang jahat hari ini, akan lebih mudah membuat orang jahat daripada baik. Karena pengaruh yang jahat lebih kuat. Yusuf sudah ditarget Allah untuk menjadi orang istimewa (penyelamat bagi saudara-saudaranya). Lihatlah, bagaimana Yusuf yang pertama nyaris dibunuh lalu dibuang ke dalam sumur kering. Dijual jadi budak di rumah Potifar. Di rumah Potifar dia dituduh melecehkan nyonyanya. Kemudian dimasukkan penjara.
Tapi Tuhan nyata menyertai Yusuf. Walau kelihatannya, di perjalanan hidup Yusuf Tuhan seperti tidak ada. Tetapi kenyataannya, Yusuf disertai Tuhan. Dia bisa mengartikan mimpi dari pejabat minuman, pejabat makanan raja yang juga waktu itu ada di dalam penjara. Karena Yusuf disertai TUHAN, berjalan dengan TUHAN. Hikmatnya luar biasa. Sampai kemudian, Yusuf bisa mengartikan mimpi dari raja Firaun. Yusuf menyelamatkan seluruh Mesir. Kalau tidak ada Yusuf di Mesir pada waktu itu, mungkin hari ini Mesir sudah jadi padang gurun, tidak ada manusia. Bencana kelaparan 7 tahun membuat semua yang hidup, mati.
Ada jejak tangan Tuhan yang menyelamatkan umat manusia di Mesir lewat Yusuf. Yusuf seperti tidak disertai TUHAN. Hidupnya terpuruk terus. Tapi bukan berarti Tuhan tidak menyertai. Jadi, jangan menskenario cara Allah menyertai kita. Percaya Allah itu hidup dan nyata. Dia menyertai kita dan tidak pernah meninggalkan kita.
Kalau seseorang sudah merasa dirinya seperti orang yatim piatu dalam hubungan dengan Tuhan—artinya ia merasa Tuhan tidak memedulikannya—maka ia juga tidak akan menghormati Tuhan secara patut.