Kita harus selalu dalam penghayatan bahwa kita berjalan dengan Tuhan, lebih dari candid camera yang selalu mengawasi kita. Karena itu, hati-hati gunakan mulut, hati-hati gunakan mata, hati-hati gunakan tangan kita. Banyak orang percaya yang hidup seakan-akan Tuhan tidak ada, padahal tubuhnya adalah bait Allah. Karena mereka tidak menghayati kehadiran Allah, maka mereka sembarangan dengan apa yang mereka ucapkan, pikirkan dan lakukan; di sini mereka mendukakan Roh Allah. Kalau terus-menerus mendukakan Roh Allah, maka mereka akan memadamkan Roh itu. Dan kalau sudah memadamkan Roh Allah, lalu masuk ke tingkat menghujat Roh Allah. Dan itu semua adalah manuver dari kuasa kegelapan yang tidak mereka sadari. Padahal, betapa sayang Tuhan kepada mereka; juga kepada kita.
Pertanyaannya, maukah kita berubah? Jika ya, maka lakukan ini: ubahlah rutinitas hidup kita. Sebab ketika kita mengubah rutinitas, maka kita mengubah kodrat kita. Bangunlah pagi, berdoa. Jangan melihat apa yang tidak pantas, jangan bergaul akrab dengan orang yang tidak takut Tuhan. Hati-hati gunakan mata, mulut, telinga karena hidup kita singkat seperti uap. Kata Alkitab, seperti bunga rumput yang pada pagi hari mekar, indah, namun sore telah dibuang ke dalam sampah. Jangan tidak menghormati Tuhan. Memang Tuhan seakan-akan diam, tapi sebenarnya Tuhan aktif; Tuhan merespons apa yang kita lakukan. Sama seperti orang tua yang pasti merespons, bereaksi terhadap apa yang dilakukan anaknya. Kalau anak tetangga, tidak terlalu memengaruhi perasaan orang tua. Tapi kalau anak sendiri, pasti memengaruhi.
Dan kalau kita mengaku Allah adalah Bapa kita, maka segala sesuatu yang kita lakukan itu memengaruhi perasaan-Nya. Ironis, sebagian besar orang percaya beragama, tapi tidak bertuhan. Karena mereka merasa sudah bertuhan dengan rajin pergi ke gereja. Bertuhan adalah sebuah hubungan yang tiada henti setiap saat. Itu baru ideal, dan baru terbangun warna indah yang Allah kehendaki yang di situ Allah menikmatinya. Tidak ada pemandangan yang lebih indah yang dapat dilihat Tuhan dan tidak ada keharuman yang harum dicium oleh Allah, juga tidak ada melodi indah yang terdengar di telinga Allah, kecuali ketika kita setiap saat berjalan dengan Tuhan dan dalam segala hal kita menyenangkan hati-Nya.
Kita masih punya kesempatan. Dan sadarilah betapa berharganya setiap detik, menit, jam, hari kita. Tetapi detik, menit, jam, hari, tahun-tahun seseorang bisa menjadi sia-sia kalau tidak diisi dengan benar, yaitu interaksi dengan Allah, melahirkan sebuah hubungan yang dinikmati oleh Allah. Setiap kita tidak sempurna dan belum sempurna, tapi kita mau mencapainya. Maka selalu kita perkarakan, “Apa yang harus aku lakukan, Tuhan? Buat aku mengerti kehendak-Mu untuk kulakukan, dan buat aku mengerti rencana-Mu untuk kupenuhi.” Yang pertama, bersedia hidup suci dan meninggalkan semua hal yang Tuhan tidak berkenan. Yang kedua, bersedia tidak punya keinginan apa pun kecuali melakukan kehendak-Nya. Jadi jangan sampai nanti ketika kita meninggal dunia, kita tidak memiliki warna hidup seperti yang Allah kehendaki.
Sejujurnya, kita pasti tahu hal-hal apa yang salah yang kalau kita lakukan, itu mendukakan Tuhan. Kecuali kita tidak mau tahu karena kita tidak peduli perasaan Allah. Jika kita memperkarakannya dengan Tuhan, maka Tuhan pasti beri tahu. Ciptakan kehidupan yang indah berjalan dengan Tuhan. Sebab selain kita dipersiapkan masuk kekekalan, kita juga akan diberkati di bumi ini. Tuhan tidak akan permalukan kita. Sebab kita harus menjadi saksi dengan kehidupan yang melekat dengan Tuhan. Memang untuk sementara waktu, mungkin saja ketika kita sungguh-sungguh, keadaan justru makin terpuruk. Tunggu! Kita sedang diuji Tuhan, sampai di mana kesetiaan kita. Namun pada waktunya, Tuhan akan angkat kita. Tuhan tahu apa yang menjadi kebutuhan dan kerinduan kita. Tuhan mengenal siapa yang kita kasihi untuk dilindungi Tuhan, tanpa kita minta. Kita akan bisa merasakan keberadaan Allah yang nyata.
Jangan menunggu kita mendapat penglihatan atau sentuhan fisik, baru kita berkata: “Allah itu benar-benar ada.” Tidak dengan cara demikian. Tuhan Yesus berkata kepada Tomas, “Berbahagialah orang yang percaya, walau tidak melihat.” Itu berarti kita harus percaya dulu, dan percaya ini kita nyatakan dengan tindakan; bagaimana kita menyenangkan Tuhan dengan membuang semua dosa. Selain kita peka terhadap apa yang mendukakan hati Allah, kita juga bisa peka terhadap apa yang menyenangkan hati Allah. Di situ nurani kita menjadi hidup dan didewasakan. Sampai tingkat itu, warna hidup kita baru menyenangkan hati Allah, dan kita layak disebut sebagai anak-anak Allah. Sifat Allah ada dalam diri kita ketika nurani kita didewasakan lewat proses kehidupan setiap hari itu, sehingga menjadi nurani Tuhan.