Mari kita kembali memeriksa seberapa kita benar-benar memiliki percaya yang benar. Kepercayaan atau keberimanan itu memiliki isi; ada urusan di dalamnya. Kita tidak bisa berkata kepada seseorang yang tidak kita kenal dan tidak ada urusan, “Aku percaya kepadamu.” Kita juga tidak akan mengerti kalau ada orang berkata kepada kita, “Aku percaya padamu,” sedangkan kita tidak kenal orang itu dan tidak ada urusan dengan orang tersebut. Kalau kita berkata, “Aku percaya kepada Tuhan,” maka pasti ada urusannya. Masalahnya sekarang, urusan apa yang oleh karenanya kita berkata, “Aku percaya pada-Mu, Tuhan.” Betapa miskin dan dangkalnya orang-orang yang mengatakan percaya kepada Tuhan hanya karena Dia adalah Allah Yang Esa dan meyakini keberadaan Allah Yang Esa.
Kalau dalam kehidupan orang Kristen, memercayai Yesus sebagai Juru Selamat dan menjadi Tuhan dalam kehidupan hanya dalam bentuk keyakinan di dalam pikiran, benar-benar itu dangkal dan miskin. Kalau bagi orang Kristen baru, masih bisa dimengerti dan ditolerir. Sama seperti anak yang masih umur 3-4 tahun berkata, “Aku sayang mama.” Kenyataannya, setiap harinya rewel dan merepotkan orang tua. Tapi orang tua tidak merasa terganggu, karena sayang anak. Tapi kalau anak itu sudah usia 40 tahun lalu berkata, “Aku sayang mama,” tetapi menyakiti hati orang tua dengan mengambil barang, mencuri barang di rumah, melakukan hal-hal yang tidak membahagiakan, tidak menyenangkan orang tua; itu penghinaan.
Demikian pula kita kepada Tuhan. Kalau kita percaya kepada Allah yang hidup, walau tidak kelihatan oleh mata jasmani, maka kita harus berjuang dan berusaha melakukan kehendak Bapa; itu urusannya. Banyak orang Kristen hanya diarahkan untuk minta tolong, membawa persoalannya untuk digarap dan diselesaikan oleh Tuhan. Tidak salah, kita minta tolong Tuhan. Tetapi kita harus mengerti isi dari urusan kita dengan Allah. Waktu masih belum dewasa, urusan kita, kita minta Allah yang urus. Tapi setelah kita dewasa, urusan Tuhan yang kita urus. Maksudnya, apa yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan, apa yang Tuhan ingini untuk kita perbuat, karena memang kita ini diciptakan hanya untuk Dia.
Jangan lakukan apa pun yang Tuhan tidak berkenan. Setiap kata yang kita ucapkan, harus kita pertanggungjawabkan. Termasuk apa yang kita isi di dalam gadget dan media sosial, hati-hati. Sebaiknya kita tidak menulis apa pun, jika hal itu tidak menjadi berkat. Tidak sedikit orang yang merasa membela Tuhan, mau menjadi berkat bagi orang lain, tetapi sebenarnya mereka menulis karena didorong oleh kebencian, kemarahan, kecemburuan, frustrasi hidup, rumah tangga yang berantakan, atau ekonomi yang berantakan. Orang-orang yang benar-benar dirasuki kuasa gelap, tapi tidak merasa dirasuki kuasa gelap, sebab yang diutarakan itu hal-hal mengenai Tuhan. Begitu cerdiknya kuasa gelap membelenggu orang.
Jangan buat apa pun yang melukai Tuhan. Bahkan dalam hidup sehari-hari, kalaupun kita bercanda, harus hati-hati karena dapat menyakiti sesama. Kalaupun kita harus marah terhadap orang karena ia berbuat kesalahan, demi kebaikan orang itu, kemarahan kita harus konstruktif membangun; jangan berkepanjangan dengan perkataan-perkataan yang tidak patut, hanya karena kita berkuasa atas orang itu. Ingat, bahwa salah satu ciri anak-anak Allah adalah berbelas kasihan terhadap orang lain. Urusan kita dengan Tuhan adalah untuk menyenangkan Dia. Hidup hanya untuk menyenangkan Dia.
Masalah besar satu-satunya, dan ini satu-satunya masalah kita adalah Diri-Nya. Bukan diri kita, bukan masalah kita, namun Diri-Nya. Yaitu bagaimana kita bisa menyenangkan Dia, tidak berbuat dosa sekecil apa pun, sehalus apa pun. Kalau dulu kita tidak peduli apakah yang kita lakukan menyenangkan Tuhan atau menyakiti Dia, sekarang kita hanya memedulikan itu. Ini bukan masalah kemiskinan jasmani, atau masalah bahaya-bahaya fisik sebab itu bukan hal utama. Yang utama adalah melakukan kehendak Bapa. Urusan kita dengan Tuhan Yesus, sebab Dialah satu-satunya Juru Selamat. Tidak ada keselamatan di luar Tuhan Yesus.
Sekarang bagaimana kita menderita untuk Tuhan, yaitu bekerja agar banyak orang mengenal Tuhan Yesus dan benar-benar diubahkan untuk serupa dengan Yesus atau sempurna seperti Bapa. Bukan hanya membuat orang menjadi Kristen, melainkan juga mau melakukan kehendak Bapa. Itulah sebabnya Tuhan kita Yesus Kristus berkata, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: ‘Tuhan, Tuhan’ akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga” (Mat. 7:21). Kita menyebut Yesus, Tuhan, berarti kita harus serupa dengan Yesus, menaati Bapa, dan menderita bersama dengan Tuhan. Itulah urusan-Nya.