Ibrani 11:6
“Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”
Kita dapati bahwa orang percaya yang telah sungguh-sungguh menunjukkan iman yang benar, ternyata tidak pernah mendapat upah di bumi. Kalaupun mereka seakan-akan menerima upah, itu bukan sesuatu yang dianggap sebagai upah yang dimaksud, yang karenanya mereka memiliki iman tersebut. Di ayat-ayat yang terakhir jelas dikatakan, “Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu” (Ibr. 11:39). Artinya upah yang dijanjikan oleh karena iman yang telah mereka miliki—sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik—ternyata upahnya itu tidak mereka terima di bumi. Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita, sebab tanpa kita, mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.
Jadi, apa yang dijanjikan Allah kepada mereka dapat terealisir atau terwujud—upah yang dimaksud oleh karena iman yang mereka miliki—kalau kita melengkapi. Tentu harus didahului oleh karya keselamatan Allah di dalam Yesus Kristus, yang menebus semua dosa manusia dengan mati di kayu salib dalam ketaatan-Nya kepada Bapa di surga, dan kemudian disusul oleh kebangkitan-Nya. Dialah—atau Yesuslah—yang menjadi Raja di negeri yang dijanjikan itu, di dunia yang akan datang. Dan kita, anak-anak Allah, yang juga memiliki karunia sulung roh, seperti yang dikatakan dalam Roma 8, akan memerintah bersama-sama dengan Yesus. Kalau di dalam Ibrani 11:40 dipakai kata menyempurnakan, melengkapi; tanpa kita, mereka tidak sampai kepada kesempurnaan. Ini satu pernyataan yang luar biasa. Kitalah yang melengkapi mereka (Yun. teleo Τελέω). Jadi betapa luar biasa peran kita untuk mewujudkan apa yang telah dijanjikan Allah kepada mereka.
Itulah sebabnya, di dalam Ibrani 12:1 dikatakan bahwa ada perlombaan yang wajib. Kitalah orang-orang yang masuk dalam perlombaan tersebut. Selanjutnya, Ibrani 12:2 mengatakan bahwa perlombaan itu adalah memiliki iman yang sempurna seperti Yesus, memiliki ketaatan seperti ketaatan Tuhan Yesus. Jadi, kita tidak mungkin bisa hidup wajar. Ada perlombaan yang wajib. Sehingga semua yang kita lakukan, apa pun, adalah demi perlombaan itu, yaitu iman yang sempurna. Maka dikatakan dalam Ibrani 12:2, “Mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan membawa iman kita itu kepada kesempurnaan.” Namun faktanya, hari ini kita jarang menemukan orang yang sungguh-sungguh ada di dalam perlombaan ini. Kita akan lebih mengerti mengapa Yesus berkata bahwa kita harus melepaskan segala sesuatu; kumpulkan harta di surga, pindahkan hati di sana.
Tetapi pada umumnya, manusia, termasuk banyak orang Kristen—dan tidak sedikit para rohaniwan atau pendeta—hidup dalam pengaruh kuasa kegelapan yang tidak memiliki fokus ke Kerajaan Surga. Mereka tidak mampu menyadari dan menghayati bahwa dunia ini bukan rumahnya. Padahal banyak ayat dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa dunia ini memang bukan rumah kita. Yesus sendiri berkata bahwa kita bukan berasal dari dunia ini, sama seperti Dia bukan berasal dari dunia ini. Itulah sebabnya Yesus berkata, “Kumpulkan harta di surga, bukan di bumi. Sebab di mana ada hartamu, di situ hatimu berada.” Yesus berkata bahwa Ia pergi menyediakan tempat bagi kita, dan setelah Ia menyediakan, Dia akan kembali, supaya di mana Tuhan berada, kita juga ada.
Paulus juga mengatakan bahwa kewargaan kita ada di surga, bukan di dunia. Itulah sebabnya Paulus juga mengatakan bahwa kita harus memikirkan perkara-perkara yang di atas, bukan yang di bumi (Kol. 3:1-4). Petrus pun berkata bahwa harta kita bukan di bumi, tetapi di surga (1Ptr. 1:3-4). Maka, ia menasihati agar kita menaruh seluruh pengharapan pada penyataan kedatangan Yesus (1Ptr. 1:13-14). Selanjutnya, Petrus juga menyatakan di ayat ke-17 bahwa kita adalah orang yang menumpang, orang yang tinggal di paroki (παροικί), tempat menumpang sementara. Orientasi orang Kristen harus pada negeri yang dijanjikan itu, yang sekarang nyaris tidak pernah dikampanyekan secara proporsional.
Beda dengan zaman rasul-rasul, Paulus sendiri mengatakan, “Aku rela mengalami semua itu hanya supaya aku dapat kebangkitan dari antara orang mati.” Di depan penguasa, ia berkata, “Aku rela dipenjara karena belenggu ini demi kebangkitan dari antara orang mati.” Pengharapan ke depan. Hari ini, tidak sedikit orang yang mencibir ketika kita bicara soal langit baru dan bumi baru. Tetapi kita tidak boleh surut sedikit pun. Orang Kristen yang ada dalam pengaruh kuasa kegelapan, hatinya terpisah dari Kerajaan Surga. Dan ciri itu sudah cukup menunjukkan bahwa orang tersebut terhilang. Jadi sangat naif kalau ciri orang terhilang itu hanya keluar dari kelompok gereja atau kelompok orang-orang Kristen, tidak pernah ke gereja, atau yang bermoral rusak atau dianggap melanggar moral.