Skip to content

Tuhan Menguji Batin

Seorang teknisi pesawat terbang bukan hanya harus orang yang genius, melainkan juga teliti. Ia harus bisa memeriksa komponen mesin pesawat terbang dan memastikan bahwa pesawat itu laik terbang. Sebab bisa membawa—bukan saja puluhan, melainkan ratusan penumpang. Kalau naik mobil di jalan beraspal atau di tanah rusak, kita bisa menepi atau berhenti di tempat, tetapi kalau pesawat tidak bisa. Jadi, harus benar-benar presisi. Bukan hanya genius, melainkan juga super teliti, demi keselamatan pesawat itu. 

Pertanyaannya, pernahkah kita sungguh-sungguh memperkarakan bagaimana dengan pesawat hidup kita ini? Kita membutuhkan tuntunan Roh Kudus, agar kita mengenali keadaan diri kita dengan benar. Bukan saja cerdas secara intelektual, tetapi cerdas secara rohani, memiliki kualitas spiritual quotient (SQ), kecerdasan rohani yang baik untuk bisa mengenali dan menyelami sedalam-dalamnya keadaan diri kita. Firman Tuhan mengatakan, “Betapa liciknya hati, lebih licik dari segala sesuatu” (Yer. 17:9). Di ayat selanjutnya, firman Tuhan mengatakan, “Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin atau menguji hati manusia” (Yer. 17:10).

Tuhan yang menguji batin. Maka, manusia harus menyadari dan mengelola batinnya dengan baik. Kita memohon Roh Kudus memberikan kita kemampuan, kegeniusan rohani atau kecerdasan rohani sekaligus ketelitian dan kejujuran mengenal diri kita. Kiranya kita mau serius untuk merenungkan, membuat simulasi di dalam pikiran, yaitu: kalau aku berhadapan dengan Tuhan semesta alam, kira-kira bagaimana? Betapa mengerikan kalau masih ada hal yang tidak patut yang kita lakukan, yang masih tersisa di dalam hidup kita. Karenanya, kita mohon petunjuk Roh Kudus agar kita benar-benar serius memeriksa diri dan dituntun oleh Roh Kudus untuk mengenali keadaan kita di hadapan Tuhan. Dengan kacamata Allah yang cerdas dan sempurna, pasti kita bisa mengenali keadaan kita sebagaimana adanya. Kita harus meminta agar Roh Kudus menolong kita.

Sejujurnya, kita pasti merasa bahwa masih saja ada kemelesetan yang kita lakukan dalam hidup ini. Masih saja ada ketidaktepatan yang kita lakukan. Mungkin, kita tidak melakukan dosa-dosa pelanggaran moral yang memalukan dan bahkan melanggar hukum, kita tidak melakukan lagi. Kita tidak pernah melakukannya, tetapi bisa saja masih ada dosa yang tersembunyi di dalam hati kita; kesombongan terselubung, ketidaktulusan, hasrat menjadi orang terhormat, senang dipuji, senang disanjung, bangga dengan prestasi, bangga  dengan pengalaman yang kita merasa senang kalau orang tahu prestasi kita, pengalaman kita, istimewa kita; baik kita sendiri atau istimewa keluarga atau istimewa orang-orang yang memiliki hubungan darah dengan kita, yang kita bisa jual menjadi kebanggaan kita. Kita harus jujur bahwa banyak ketidaktepatan yang masih sering kita lakukan dan mungkin tidak kita sadari.

Di hadapan Tuhan semua akan terbuka dan telanjang. Itulah yang harus terus kita pertimbangkan. Kita yang harus membuat simulasi di dalam pikiran kita, kita bayangkan kita ada di hadapan Allah Yang Maha Kudus. Tidak ada sesuatu yang tersembunyi di hadapan Allah. Jangan sampai ternyata masih ada kebusukan-kebusukan di dalam diri kita yang masih kita simpan atau kita pertahankan. Betapa mengerikan hal itu ketika kita ada di hadapan Allah. Kita mau menjadi seorang yang benar-benar bersih di hadapan Allah, yang tidak bercacat dan tidak bercela agar Tuhan pasti berkenan, Roh Kudus pasti berkenan. Roh Kudus pasti membukakan pikiran kita untuk dapat mengenali diri kita dengan benar.

Mari kita tidak cepat merasa puas diri dengan apa yang telah kita capai. Sudah menjadi jemaat yang rajin, sudah menjadi aktivis yang giat, sudah menjadi pendeta yang terhormat; jangan puas dengan keadaan-keadaan ini. Namun, bawalah hidup kita kepada Tuhan dan terus perkarakan, apakah masih ada sesuatu yang tidak pantas, sesuatu yang tidak patut yang masih kita lakukan? Seseorang yang benar-benar menghormati Allah akan berusaha untuk berkeadaan berkenan kepada Tuhan. Seorang yang sungguh-sungguh mencintai Tuhan akan berusaha untuk menjadi anak-anak Allah yang menyukakan hati Bapa. 

Seorang yang sungguh-sungguh takut akan Allah, akan menundukkan diri dan berjuang bagaimana hidup menyukakan, memuaskan hati Bapa. Sungguh, berbahagialah orang-orang yang memuaskan, menyukakan hati Bapa sebab ia akan menjadi perkakas indah di dalam Kerajaan Bapa di surga sepanjang waktu, tiada henti menyenangkan Bapa. Kiranya kita dapat menjadi instrumen yang memuaskan dan membahagiakan hati Bapa di surga. Maka, jangan ada kerinduan lebih besar dari hal ini. Bahkan, hal ini yang harus menjadi kerinduan kita satu-satunya, bagaimana kita dapat selalu menyukakan, membahagiakan hati Bapa di surga. 

Tuhan yang menguji batin. Maka, manusia yang harus menyadari dan mengelola batinnya dengan baik.