Kita harus menyadari bahwa grafik kenyamanan, grafik kemakmuran, grafik keamanan hidup manusia makin hari makin turun. Dalam berbagai aspek dan bidang hidup terjadi guncangan dan krisis. Sebenarnya apa yang terjadi dewasa ini merupakan peringatan dari Tuhan. Seperti suara yang berkata, “Mempelai datang, persiapkan dirimu. Mempelai datang, persiapkan dirimu.” Di dalam Wahyu 3:20 tertulis, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk. Jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” Kata pintu yang dimaksud, bukanlah pintu hati, melainkan pintu dunia. Ayat ini tidak ditujukan untuk orang yang belum menerima Yesus. Ini untuk jemaat yang sudah mengenal dan menerima Yesus; ditujukan kepada Jemaat Laodikia, jemaat terakhir.
Kita adalah jemaat terakhir. Dan Tuhan menghendaki agar jemaat Tuhan siap menyambut kedatangan-Nya. Banyak orang Kristen yang tidak menyadari hal ini. Hatinya dibuka untuk banyak kesenangan, untuk banyak hal yang membuat Tuhan tidak memiliki tempat dan ruangan di dalam hatinya. Ingat firman Tuhan mengatakan, “Kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan.” Ruangan hati kita harus hanya disediakan untuk Tuhan atau tidak usah sama sekali. Tidak cukup 50%, tidak cukup 60%, tidak cukup 90%, bahkan 99% sekalipun. Segenap hati kita, seluruh ruangan hati kita, harus sungguh-sungguh dipenuhi oleh Allah. Melalui perjalanan hidup yang panjang, akhirnya kita mengerti, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, segenap kekuatan” itu berarti tidak ada ruangan dalam hati kita untuk siapa pun dan apa pun, tapi hanya untuk Tuhan.
Mungkin kita berkata, “Mana bisa? Mana mungkin?” Miliki komitmen terlebih dahulu: “Aku mau, Tuhan.” Nanti Roh Kudus akan menuntun kita. Waktu KKR dulu, kita menerima Yesus, “Mari masuk, mari masuk, masuk hatiku, ya, Yesus,” dan kita merasa sudah menerima Tuhan Yesus. Bertahun-tahun menjadi orang Kristen—atau bahkan menjadi pendeta—tentu kita merasa bahwa kita sudah menempatkan diri secara benar di hadapan Tuhan dan menempatkan Tuhan secara benar di dalam hidup kita. Tapi lewat proses perjalanan, Tuhan memberi kebangunan rohani yang luar biasa; yaitu pertobatan. Kita perlu bertobat terus, seorang pendeta juga perlu dan harus bertobat terus. Dan kita mulai menghayati, mulai mengerti apa maksud firman Tuhan, “Kamu tidak dapat mengabdi kepada dua tuan.”
Perlu perjuangan, dan Roh Kudus menolong kita untuk mengerti hal mana yang membuat hati Tuhan tidak nyaman di dalam hidup kita. Ada hal yang harus kita tanggalkan, dan tinggalkan; bahkan apa yang menurut kita paling kita sayangi, seperti Abraham yang bersedia menyembelih anaknya sendiri. Tingkat tertinggi dari kehidupan rohani atau spiritualitas orang yang berkenan di hadapan Allah adalah ketika yang terbaik yang dia miliki, dia lepaskan. Kalau kita tidak menggumuli hal ini, kita tidak akan pernah tahu hal apa dalam hidup kita yang membuat Tuhan tidak nyaman. Kita bisa merasa sudah jadi orang Kristen baik-baik, apalagi kalau kita adalah aktivis gereja, mengambil bagian dalam kegiatan pelayanan, apalagi seorang pendeta.
Coba kita mulai membayangkan berhadapan dengan Tuhan. Maka akan terasa betapa dahsyatnya Tuhan itu, betapa mengerikan kekudusan-Nya. Itu yang membuat kita membuka hati dan berkata, “Tuhan, periksalah aku. Apakah ada dosa yang masih kulakukan atau masih ada kesenangan dalam hidupku yang Kau tidak ikut menikmatinya, yang Kau tidak berkenan?“ Dan ternyata selalu saja ada hal-hal yang harus dilepaskan. Mari kita berpikir, ketika kita menutup mata nanti, apakah kita sudah bisa benar-benar finishing well, telah menyelesaikannya dengan baik? Apakah kita mendengar suara Tuhan? Songsonglah Dia melalui krisis ekonomi, krisis keamanan, krisis politik, ekosistem bumi yang tak terprediksi, juga perang yang sekarang membara di Timur Tengah dan disinyalir di beberapa tempat.
Apakah kita mendengar suara-Nya dan serius berkemas-kemas? Ini tidak akan mengganggu etos kerja kita, tidak akan mengganggu tanggung jawab kita atas keluarga, pekerjaan, studi, karier, dan lain sebagainya. Kita benar-benar harus mempersiapkan diri sehingga jikalau kita bertemu dengan Tuhan muka dengan muka, maka kita bisa tahan berdiri di hadapan Tuhan. Sebab jikalau kita masih ada dosa, kita tidak akan tahan berdiri di hadapan-Nya. Di kekekalan nanti, Tuhan akan makan bersama-sama dengan mereka yang hidup di dalam kekudusan. Sebab firman Tuhan berkata, “Kuduslah kamu, sebab Aku Kudus.”