Skip to content

Tindakan Tuhan

Allah memperkenalkan diri-Nya, menunjukkan kehadiran-Nya di dalam hidup kita lewat peristiwa-peristiwa kehidupan. Peristiwa-peristiwa kehidupan itu membuktikan kehadiran Allah. Biasanya, orang membuktikan kehadiran Allah saat doanya dijawab. Itu juga bisa dan itu mengagumkan. Kita punya kebutuhan, kita berdoa, lalu Tuhan buka jalan. Itu juga ajaib, seperti Tuhan mengirim burung gagak kepada Elia. Tetapi, jangan terjebak hanya dalam mukjizat atau hal-hal yang menyenangkan. Tindakan Tuhan dalam hidup kita mestinya lebih kita tangkap ketika Dia menyempurnakan karakter kita; sebab itu adalah berkat kekal. Kita melihat bukti kehadiran Allah lewat persoalan, lewat mukjizat. Tetapi, mestinya bukan hanya melalui mukjizat yang menurut kita menguntungkan, melainkan kehadiran Tuhan melalui peristiwa-peristiwa hidup yang menyempurnakan karakter. Kalau kita menemukan Tuhan, hidup kita pasti luar biasa. 

Allah itu sangat detail. Setiap peristiwa, pasti ada berkatnya. Kita perkarakan saat berdoa, atau ketika tidak mendapat jawaban doa, kita diam, merenung, pasti Tuhan bicara. Dalam diri kita ada banyak “sampah” yang tidak kita sadari belum terbuang. Ketika kita mengucapkan kata yang salah, hal itu bisa cepat kita sadari. Tetapi kalau kesombongan dari hati, itu licik sekali. Sering kita tidak tahu bahwa itu adalah kesombongan. Tuhan mengubah kita melalui peristiwa-peristiwa yang detail sekali. Kita bisa kagum terhadap cara Allah mendidik, merawat kita dengan peristiwa-peristiwa yang detail. Maka, kita pasti luar biasa. 

“Sampah” yang dimaksud adalah unsur-unsur daging yang tidak rohani, yang bertentangan dengan kehendak Allah di dalam diri kita. Dan Tuhan tidak bisa mengubah secara sulapan atau ajaib. Tuhan terikat dengan tatanan-Nya, yaitu proses. Ayat yang mengatakan, “Allah bekerja dalam segala sesuatu mendatangkan kebaikan,” secara implisit nampak tatanan Tuhan bahwa Dia tidak bisa mengubah kita tanpa peristiwa kehidupan. Tuhan pasti akan membuat peristiwa-peristiwa hidup untuk mengubah kita. Tetapi, jangan kita membuat peristiwa sendiri. Di dalam segala hal, Allah mau membentuk kita. Waktu orang tidak punya uang, kelihatan rendah hati. Begitu punya uang, berubah. Waktu belum jadi pemimpin, kelihatan baik. Begitu jadi pemimpin, punya kekuasaan, berubah. 

Bagaimana Allah bisa memercayakan pekerjaan yang besar kepada kita, kalau kita masih punya unsur-unsur duniawi (kedagingan) yang tidak sesuai kehendak Allah? Kalau kita mendapatkan kesaksian ajaib, mukjizat, kesembuhan, tetapi karakter tidak berubah, artinya kita belum kuat mengakui kehadiran Allah dalam hidup kita. Tetapi kalau dari perkara kecil, detail, day by day, kita akan tahu bahwa Allah hidup dan hadir di hidup kita. Orang yang berurusan dengan Tuhan, tidak boleh membuka diri terhadap urusan yang lain. Kalau Alkitab berkata, “Baik kau makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah,” jadi tidak ada urusan yang Tuhan tidak dimuliakan. Tidak ada urusan di mana Tuhan boleh diasingkan. Dunia dan urusan kita hanya satu: Tuhan. Kepentingan kita hanya satu: Tuhan. Tuhan berkata, “Kepentingan-Ku juga hanya satu: kamu,” kepada setiap individu. 

Allah itu detail sekali, bagaimana menjadikan kita cemerlang, dari perkara-perkara kecil setiap hari. Kalau kita detail menghubungkan setiap peristiwa hidup dengan Tuhan, maka kita menemukan tindakan-tindakan Tuhan. Kalau kita mengalami, kita akan tahu bahwa Allah itu hidup dan aktif sekali. Roh Kudus dimeteraikan dalam diri kita, membentuk kita, itu luar biasa. Sukses kita dalam hidup ini hanya satu: kesucian. Kesucian itu teknis praktis, tetapi tentu batiniah. Kata “kesucian” memuat pengertian potensi melakukan segala sesuatu sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Bagaimana itu bisa terwujud? Harus ada perubahan terus, ada daya lenting, fleksibilitas untuk menurut terhadap kehendak Tuhan. Kalau daya lenting kita rendah, tidak punya fleksibilitas untuk Tuhan, maka kita tidak bisa sepikiran, seperasaan dengan Allah. 

Kalau kita punya daya lenting yang tinggi, kita mengerti apa yang Allah kehendaki. Satu kata yang kita ucapkan, harus tepat, sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Kalau kita punya daya lenting tinggi untuk mengikuti kehendak Allah, artinya setiap kata jangan salah, pikiran, perasaan harus bersih. Selama 70 tahun umur hidup kita, itulah sekolah kehidupan. Jangan ragukan kecakapan Guru Agung kita, Tuhan Yesus, dalam membentuk kita. Ia sangat cerdas. Jika kita melihat hidup kita, “Mengapa saya masih seperti ini?” itu bukan salah Sang Guru, tetapi salah kita sendiri. Allah bekerja dalam segala hal; tidak ada peristiwa yang terjadi tanpa campur tangan Tuhan. Tidak ada peristiwa yang terjadi, lalu tidak ada maksud baik Tuhan. Tidak ada peristiwa yang terjadi tanpa pelajaran rohani di dalamnya.

Tindakan Tuhan dalam hidup kita mestinya lebih kita tangkap ketika Dia menyempurnakan karakter kita; 

sebab itu adalah berkat kekal.