Saudaraku,
Prajurit yang baik tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupan (2Tim. 2:4). Kalimat ini dalam teks aslinya berarti tidak memiliki bisnis atau urusan untuk dirinya sendiri. Hal ini sangat bisa dimengerti sebab doktrin prajurit pada zaman dahulu memang demikian. Mereka tidak boleh menikah dalam usia tertentu, dan dalam masa bertugas atau musim perang tidak boleh pulang ke rumah. Hidup mereka telah tergadai atau terjual di bawah kekuasan suatu dinasti atau pemerintahan. Nyawa mereka menjadi tidak berharga demi membela kepentingan negara atau kejayaan kerajaan dan kemuliaan serta kebesaran raja atau kaisarnya.
Jadi, menjadi prajurit berarti telah mati bagi keluarganya, kampung halaman, orang tua dan semua kaum handai taulannya bahkan terhadap diri sendiri. Keluarga pun harus melupakan ayah dan anak-anak mereka yang maju ke medan perang, supaya kalau yang pulang hanya nama saja, keluarga tidak terlalu terpukul. Oleh sebab itu keluarga harus berani menganggap mereka sudah mati. Lebih tepatnya lagi mereka berprinsip: “lebih baik pulang hanya nama daripada pulang masih hidup tetapi sebagai pengkhianat.”
Betapa beruntungnya kalau kita sebagai anak-anak Allah bisa diperlakukan oleh Tuhan Yesus sebagai prajurit-Nya. Untuk itu kita harus sungguh-sungguh memercayai dengan benar bahwa Tuhan Yesus adalah Raja yang akan memerintah di kekekalan. Memercayai di sini bukan hanya mengakui dengan mulut bahwa Dia adalah Raja, melainkan menunjukkan tindakan konkret untuk membela kepentingan negara, kejayaan Kerajaan-Nya serta kemuliaan atau kebesaran Tuhan Yesus Kristus. Selama orang masih memiliki kerajaan sendiri, berusaha untuk membela kepentingan diri sendiri dan mencari kejayaan bagi diri sendiri, maka ia tidak dapat dipercayai Tuhan untuk menjadi prajurit-Nya.
Banyak orang yang mengaku bahwa Tuhan Yesus adalah Raja, tetapi pernyataan tersebut tidak memiliki implikasi sama sekali dalam kehidupannya. Ini berarti belum menerima Dia sebagai Raja, sebab penerimaan terhadap Tuhan Yesus sebagai Raja harus dinyatakan dalam tindakan yang konkret, yaitu menjadi prajurit-Nya. Tentu prajurit yang baik, bukan pengkhianat seperti Yudas. Ada orang-orang baik dalam gereja yang sebenarnya seperti Yudas, tidak sungguh-sungguh mengabdi kepada Tuhan, malahan tidak sedikit yang menggunakan kegiatan pelayanan untuk mencari kehormatan dan berbagai keuntungan untuk diri sendiri.
Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono
Menerima Tuhan Yesus sebagai Raja harus dinyatakan dalam tindakan yang konkret, yaitu menjadi prajurit-Nya.