Orang yang tidak sungguh-sungguh memperhatikan keadaan karakternya adalah orang yang sebenarnya tidak menghormati Tuhan. Orang yang merasa sudah menjamu Tuhan dengan pujian dan penyembahan, merasa sudah melakukan perbuatan baik, sudah memberi perpuluhan, dan berpikir Tuhan senang, sebenarnya ia meremehkan dan menghina Tuhan. Seakan-akan Tuhan senang dipuji-puji tanpa melihat sikap hati kita, seperti orang yang bermental picik, rendah, yang suka dipuji tanpa melihat motif orang memuji dirinya. Kalau orang yang berkualitas, ketika ia dipuji seseorang, ia tidak mudah menerima pujian tersebut. Bahkan dia akan bertanya, “Kenapa kamu memujiku? Apa motif kamu memujiku?”
Sebagai Bapa, Dia ingin kita sembuh dan untuk itu Yesus datang di mana bilur-bilur-Nya menyembuhkan kita. Tetapi bukan untuk kesembuhan fisik, melainkan kesembuhan yang berkaitan dengan karakter. 1 Petrus 2:24, tidak ada kaitannya dengan kesembuhan fisik, itu berbicara soal karakter. Oleh bilur-Nya, oleh kurban-Nya, oleh fasilitas keselamatan, kita bisa diubah. Hal yang Tuhan kehendaki adalah kita sempurna seperti Bapa. Sempurna seperti Bapa artinya segala sesuatu yang kita lakukan di dalam standar Allah. Ini yang dimaksud dalam Ibrani 12:9-10, yaitu mengambil bagian dalam kekudusan Allah yang oleh karenanya Dia mendidik kita supaya kita menjadi putra, pangeran, anak yang sah; bukan menjadi anak yang tidak sah.
Sah atau tidaknya keadaan kita sebagai anak-anak Allah tergantung kita sendiri. Allah menyediakan keselamatan yang membuat setiap kita bisa menjadi anak-anak Allah. Tetapi bagi yang tidak mau belajar, tidak mau dididik, suatu hari Yesus akan berkata, “Aku tidak mengenal kamu.” Kalau kita menghormati Allah sebagai Bapa dan mengasihi Tuhan Yesus yang telah mati menebus dosa-dosa kita, maka kita bersedia melakukan apa pun yang Dia kehendaki dan apa yang Dia kehendaki yaitu memiliki kekudusan standar Allah. Untuk memiliki kekudusan standar Allah adalah karakter kita yang harus dibentuk. Orang yang tidak sadar kalau dia mudah tersinggung, mencari hormat, masih mau menyenangkan perasaannya sendiri, tidak peduli perasaan orang adalah orang yang tidak peduli perasaan Tuhan.
Firman Tuhan mengatakan, “Sekalipun kamu memberikan seluruh hartamu, memberikan tubuhmu dibakar, tapi apabila tanpa kasih, maka sia-sia.” Masalahnya, jangankan memiliki kepekaan akan Allah, berkarakter baik pun belum. Bukan hanya kepada orang lain, kadang-kadang kepada pasangan atau anak pun dia pelit. Orang pelit itu tidak akan masuk surga karena orang pelit pasti egois. Tuhan mengajarkan kita menjadi anggur yang tercurah dan roti yang terpecah. Orang yang pelit tidak bisa menjadi anak-anak Allah. Banyak orang di luar Kristen yang tidak pelit, yang baik, yang berkemurahan. Kita harus realistis. Masalahnya, bagaimana dengan kita yang merasa sebagai anak-anak Allah yang seharusnya mempunyai kepekaan?
Ini target yang harus dicapai. Kalau target ini tidak menjadi obsesi, cita-cita, kerinduan, keinginan, maka tidak bisa. Jadi kita harus sadar kalau kita belum seperti yang Tuhan kehendaki; kita masih sakit. Godaan besar untuk pendeta adalah merasa tidak perlu ada proses terapi atau kesembuhan lagi. Banyak orang yang merasa karena ia sudah bisa berbicara tentang Tuhan maka ia merasa sudah lebih sembuh daripada orang yang tidak bisa bicara tentang Tuhan. Ini penyesatan berpikir kita. Maka tidak heran ada teolog, dosen sekolah teologi, juga pendeta dan lulusan-lulusan sekolah teologi moralnya tidak lebih baik dari orang lain. Bahkan ada yang lebih buruk karena merasa memiliki pengetahuan teologi, sehingga merasa semakin lebih sembuh. Padahal, itu tidak menentukan, harus ada tekad, sikap, dan kebiasaan.
Jadi banyak orang yang tidak menghormati Tuhan dan tidak mengasihi Dia karena fokus kepada pemenuhan kebutuhan jasmani, kesenangan-kesenangan hidup, dan merasa berhak memiliki keinginan-keinginan. Dia tidak memedulikan perasaan Allah, juga perasaan sesama. Ayo kita benahi diri. Setiap kita masih termasuk orang yang belum sempurna dan karenanya kita masih terus belajar untuk tidak melakukan satu kesalahan pun karena sudah banyak melakukan kesalahan di masa-masa lalu, maka kita tidak mau melakukan kesalahan lagi. Kita mau menyenangkan Tuhan dengan sikap yang benar. Dan ini adalah pilihan.
Jadi, kita itu mengalami proses penyembuhan batin, rohani, karakter kita supaya kita mengenakan hidup Yesus di dalam hidup kita. Kalau orang bertemu kita lalu masih melihat karakter-karakter manusia lama di dalam hidup kita, berarti kita tidak bertumbuh. Kalau orang jauh hanya bisa melihat dari jauh, menilai dari jauh. Tetapi orang di sekitar kita mau tidak mau melihat apakah benar-benar kita seperti Yesus. Maka, kita harus paksa diri untuk benar. Sebab kalau tidak memaksa diri, susah berubah. Kita aniaya diri kita sendiri supaya kita tidak menganiaya perasaan Tuhan.
Orang yang tidak peduli dengan cacat karakternya sebenarnya lebih menghargai dan menghormati diri sendiri daripada Tuhan, juga menilai dunia lebih berharga daripada Tuhan.Cacat karakter itu harus kita tanggulangi dengan melepaskan percintaan dunia. Maka Tuhan mengatakan dalam Lukas 14:33, “Kalau kamu tidak melepaskan dirimu dari segala milikmu, kamu tidak dapat menjadi murid-Ku.“ Artinya kamu tidak dapat Kuubah. Jadi jangan sampai kita ke gereja bernyanyi dan memuji Tuhan, tetapi kita sembarangan terhadap manusia lain dan melakukan banyak hal yang melukai sesama, serta merasa kuat karena orang tidak berdaya. Kita harus bertobat dan saat ini mari kita ambil keputusan untuk berubah.