Dalam kehidupan orang Kristen, tanpa disadari banyak kegiatan yang “tidak berarti” atau “tidak bernilai sama sekali” menyita waktu, pikiran, dan semua potensi diri yang mestinya dapat digunakan untuk mencari Kerajaan Allah. Banyak orang Kristen yang memiliki berbagai kesibukan yang sebenarnya tidak berarti, sehingga melupakan apa yang seharusnya bernilai lebih penting. Mereka sibuk atau asyik dengan hal-hal yang tidak berarti. Dengan keadaan itu, mereka membawa diri kepada kebinasaan. Hal ini terjadi dalam kehidupan orang percaya, sebab mereka menyamakan standar hidup orang percaya dengan manusia di sekitarnya yang bukan umat pilihan. Bagi manusia pada umumnya, mereka sudah biasa melakukan segala sesuatu yang sebenarnya sia-sia hanya untuk menyenangkan diri sendiri untuk sementara waktu. Segala sesuatu yang mereka dilakukan tidak memiliki dampak yang positif terhadap kehidupan di kekekalan. Tentu saja mereka tidak peduli sebab mereka tidak mengerti sama sekali hal kekekalan.
Banyak orang tidak berpikir bahwa akibat dari perbuatannya yang sia-sia bisa menyebabkan mereka kehilangan sesuatu yang tak ternilai, yaitu kehidupan kekal yang tidak dapat diupayakan lagi setelah meninggal dunia, baik oleh dirinya maupun orang lain. Orang percaya tidak boleh terjerat oleh kesenangan-kesenangan sementara dunia sehingga kehilangan kesempatan mengupayakan harta di surga, yaitu kemuliaan bersama dengan Yesus (Mat. 6:19-20). Kemuliaan bersama dengan Tuhan Yesus tidak boleh dan memang tidak dapat ditukar dengan hal-hal yang tidak berarti yang bersifat sementara. Oleh sebab itu, kita harus memeriksa diri kita dengan jujur, apakah masih ada kegiatan hidup yang sia-sia yang kita masih lakukan.
Kegiatan hidup yang sia-sia adalah hal-hal yang tidak berarti yang dilakukan hanya untuk menyenangkan hati sesaat. Banyak orang Kristen menolerir tindakan-tindakan bodoh seperti menghabiskan waktu di depan layar TV, shopping berkepanjangan, bersolek berlebihan, menekuni bacaan yang tidak baik untuk konsumsi pikiran, menikmati hobi yang tidak membawa seseorang bertumbuh dalam iman, berteman karib dengan orang yang tidak mengasihi Tuhan, dan lain sebagainya. Suatu hari, orang-orang seperti ini akan sangat menyesal. Penyesalan atas kesalahan ini memang tidak bisa dibayangkan pada hari ini, sebab merupakan penderitaan yang tidak terbayangkan. Tanpa disadari, banyak kegiatan yang sia-sia yang ternyata menguras energi sehingga energi yang seharusnya digunakan untuk bertumbuh dalam Tuhan, disia-siakan. Dengan cara hidup seperti ini, seseorang membunuh kehidupan imannya yang seharusnya bertumbuh secara bertahap.
Sebenarnya ketika seseorang melakukan hal yang sia-sia, ia melakukan tindakan ketidaksetiaan kepada Allah. Ketidaksetiaan yang fatal atau ekstrem sampai hubungan dengan Allah rusak sama sekali sehingga tidak dapat diperbaiki adalah keadaan paling mengerikan dalam kehidupan orang Kristen. Ketidaksetiaan seperti itu bisa terjadi dalam kehidupan setiap orang Kristen yang ceroboh dalam kehidupannya. Jadi, setiap orang percaya memiliki kemungkinan melakukan kebodohan, seperti yang dilakukan oleh anak-anak dunia yang menyia-nyiakan waktu untuk hal yang tidak bernilai. Harus diperhatikan, hal ini bisa terjadi dalam kehidupan kita, mulai dari hal-hal yang sederhana yang kita anggap tidak membahayakan.
Banyak orang tidak menyadari ketika dirinya terbawa oleh suatu kegiatan yang sia-sia, akhirnya sampai tidak bisa lepas dari kegiatan tersebut. Dalam hal ini, orang percaya harus belajar meneliti setiap tindakan dan keadaan diri supaya cepat mengenali kalau ada indikasi ketidaksetiaan dalam dirinya terhadap Allah dari hal-hal yang kelihatannya sederhana atau kecil. Kita harus memiliki kesadaran terhadap tipu daya Iblis yang mau membinasakan kita.
Firman Tuhan mengatakan agar kita tidak menyia-nyiakan keselamatan yang begitu besar yang disediakan bagi kita. Kalau energi—yaitu waktu, tenaga, perhatian, dan semua potensi—yang ada pada kita diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang tidak membangun kehidupan semakin serupa dengan Yesus, berarti kita telah melakukan tindakan menyia-nyiakan keselamatan. Hal inilah yang tidak disadari oleh banyak orang Kristen, bahkan tidak disadari oleh aktivis jemaat, dan juga para pendeta dan teolog. Padahal, untuk mencapai sebuah kehidupan yang berkenan kepada Tuhan yaitu menjadi manusia yang serupa dengan Tuhan Yesus, orang percaya harus mengerahkan segenap hidup. Melakukan hal-hal yang tidak penting yang kelihatannya tidak mengganggu pertumbuhan rohani padahal merupakan pembuangan energi, adalah seperti sebuah kebocoran yang bisa berakibat sangat fatal. Dalam hal ini, orang percaya harus belajar untuk setia dan benar dalam hal-hal kecil. Orang yang setia dan benar dalam hal kecil akan dapat setia dalam hal-hal yang besar. Jika dari hal-hal yang kecil dan sederhana seseorang melatih mengutamakan Tuhan, ia akan terus bertumbuh menjadi orang yang setia kepada Tuhan untuk hal-hal yang besar.