Skip to content

Tidak Mau Merdeka

 

Keluaran 21:5

“Tetapi jika budak itu dengan sungguh-sungguh berkata: 

Aku cinta kepada tuanku, kepada istriku dan kepada anak-anakku, aku tidak mau keluar sebagai orang merdeka.”



Pada zaman itu, ada saatnya seorang budak diberi kesempatan untuk keluar dari rumah tuannya, mereka bisa jadi orang merdeka. Tapi budak yang mencintai tuannya akan berkata, “Aku tidak mau keluar, aku tetap mau jadi orang yang terbelenggu, menjadi orang yang terikat.” Apabila kita berkata, “Aku mengasihi-Mu, Tuhan,” apakah kita juga berani berkata, Aku tidak mau keluar dari cengkeraman-Mu, Tuhan. Aku mau menjadi budak Tuhan, terikat dengan Tuhan, tidak merdeka.Pada umumnya, setiap orang mau jadi orang merdeka; merasa bebas mau ngomong apa, mau pergi ke mana, mau beli apa, mau buat apa, mau lihat apa, mau dengar apa. Kalau kita mengasihi Tuhan, kita tidak boleh begitu. Dulu kita hidup dalam belenggu kuasa gelap yaitu dunia. Lalu kita dibebaskan, dimerdekakan oleh Tuhan, sehingga kita bebas, merdeka. Tapi sekarang kita masuk dalam belenggu Tuhan. 

Kita memilih untuk tidak menjadi orang merdeka, kita memilih untuk menjadi orang yang terbelenggu oleh Tuhan, karena kita mencintai Tuhan. Tuhan sedang menunggu kita untuk punya kesucian puncak, untuk rendah hati. Kalau kita menjadi orang terbelenggunya Tuhan, maka Ia akan membawa kita di Kerajaan-Nya. Ayat selanjutnya mengatakan, “Maka haruslah tuannya itu membawanya menghadap Allah, lalu membawanya ke pintu atau ke tiang pintu, dan tuannya itu menusuk telinganya dengan penusuk, dan budak itu bekerja pada tuannya untuk seumur hidup.” Ditindik sebagai tanda bahwa dia menjadi orang yang tidak merdeka. Dan ditindik itu dilukai, bahkan bisa sampai sakit. Sebagai umat Perjanjian Baru, kuping kita tidak ditindik seperti para budak di zaman itu, tetapi hati kita yang ditindik; hati yang remuk, brokenness. Jadi begitu kita berdoa, pecah hati kita, remuk. Hati pecah karena perasaan melankolis itu beda dengan hati pecah karena Tuhan. 

Keberagamaan atau bertuhan itu benar-benar sangat personal, sangat pribadi. Artinya, bukan hanya orang lain tidak boleh atau tidak perlu mencampuri, tetapi juga setiap individu harus sungguh-sungguh mengalami perjumpaan dengan Allah dalam interaksi yang benar-benar spesial, benar-benar khusus. Sesuai dengan keberadaan setiap individu itu unik, di jagat raya ini tidak ada dua orang yang sama persis, apalagi tiga. Setiap orang memiliki DNA yang tidak ada kesamaannya dengan DNA siapa pun di jagat raya ini, kapan pun dan di mana pun. Maka, hubungan antara Sang Khalik, Sang Pencipta dengan individu tersebut juga khusus. Dan itu jika benar-benar terbangun, sungguh tak ternilai. 

Allah memiliki rancangan untuk setiap individu, dan Allah menghendaki rancangan itu terwujud, terealisir. Bagaimana Allah sebagai Bapa memiliki hubungan yang unik, yang istimewa dengan setiap individu itu. Lebih erat, lebih istimewa dari hubungan antara majikan dengan budak. Dalam hal ini, harus dihayati bahwa setiap individu itu sangat berharga. Bukan hanya memiliki kekekalan, namun setiap individu juga memiliki keunikan. Dan Allah yang tidak terbatas, bisa mengimbangi keunikan setiap individu, berapa pun jumlahnya. Setiap kita dirancang oleh Tuhan. Keunikan kita telah dirancang oleh Allah, dan Allah tahu bagaimana berinteraksi dengan manusia model kita yang unik, yang tidak ada duanya itu. Dan itu luar biasa. Kita bukan hanya memiliki kekekalan, melainkan kita juga memiliki keunikan yang luar biasa, yang hanya Allah yang dapat mendesain. Dan Allah merancang bagaimana menikmati sebuah intimasi, sebuah hubungan dengan kita masing-masing ini. 

Jadi, kenali bahwa kita memang tidak kebetulan ada di Bumi. Setan membuat kita merasa tidak berharga dengan berbagai peristiwa. Setan membuat kita berkata kepada diri kita sendiri: “Aku tidak berharga, aku tidak bernilai.” Dan dengan cara ini, kita meremehkan Allah, tanpa kita sadari. Dan setan mendesain keadaan itu. Kegagalan studi, karier, rumah tangga, atau keberadaan kita yang tidak memiliki nilai lebih di mata manusia bukanlah kegagalan selama kita bisa menjangkau Tuhan, dan Tuhan masih mau berinteraksi dengan kita. Apa pun dan bagaimanapun keadaan kita hari ini, kita tetap berharga selama kita masih membuka diri untuk berkata, Tuhan, pegang tanganku. Aku ikatkan diriku terbelenggu dengan-Mu. Maka jangan menoleh ke belakang lagi. Kita semua harus terus mencari hadirat Tuhan dengan tekun sampai kita menemukan-Nya. Jadilah orang yang merdeka dari dunia, tapi terbelenggu oleh Tuhan.