Skip to content

Tidak Bisa Tidak Memilih

 Saudaraku sekalian,

Sungguh-sungguh dunia kita hari ini adalah dunia yang dikondisi Allah menjadi alat penampian atau pemisahan. Seperti yang dikatakan di dalam kitab Daniel, yang jahat akan bertambah jahat, orang fasik berlaku fasik. Jadi, sudah tidak setengah-setengah lagi. Seakan-akan mereka berkata, “Aku memang jahat, mau apa kamu? Ini tindakanku, aku suka dengan tindakan ini. Apa urusanmu denganku?” Dalam 2 Petrus 3 juga dikatakan bahwa orang akan mencemooh Allah, meledek, menghina Tuhan. Bukan hanya dengan perkataan, melainkan dengan perbuatan. Seakan-akan mereka mau berkata, “Ini aku, aku ini. Mau apa?” 

Saudara, jangan sampai kita terbawa oleh suasana dunia seperti ini. Mungkin kita tidak menjadi bejat atau rusak, tetapi kita tidak menjadi manusia seperti yang Allah kehendaki. Dan itu juga sudah satu kerugian dan kecelakaan yang besar. Kalau dunia makin dibawa ke kutub hitam, kutub gelap, kutub jahat, kita mau memberi diri dibawa ke kutub yang makin kudus, makin suci, makin berkenan kepada Allah. Di dalam masa penampian ini, kita tidak bisa tidak mengambil sikap. Kita tidak bisa tidak memilih. Sebab tidak mengambil sikap, tidak memilih berarti memilih masuk ke dalam persekutuan dengan kuasa kegelapan. Jadi orang yang tidak memilih atau dia mengambil keputusan tidak memilih, itu berarti dia akan terseret ke dalam kegelapan dunia ini. Kita harus memilih, kita harus mengambil sikap, dan kita memilih, kita mengambil sikap di pihak Tuhan.

Dan kalau kita memilih, mengambil sikap di pihak Tuhan, maka tidak bisa tidak, kita harus hidup di dalam kekudusan dan kesucian, karena Allah tidak bisa berjalan dengan orang yang hidupnya tidak bersih. Itu berarti kita harus sungguh-sungguh memperhatikan setiap langkah hidup kita, setiap kata yang kita ucapkan, setiap gerak pikiran perasaan kita dan perbuatan kita harus terkoreksi. Sebab di situlah kita menentukan kita di pihak siapa. Setiap hari, dari perkara kecil sampai perkara besar, dari menit ke menit kita diperhadapkan kepada pilihan-pilihan, apa yang kita pikirkan, apa yang tidak pikirkan, apa kita renungkan, apa yang tidak kita renungkan, apa yang kita ucapkan dan yang tidak kita ucapkan, apa yang lakukan dan yang tidak kita lakukan; kita dikondisi untuk memilih.

Ingat, orang yang tidak memilih, berarti dia memilih untuk tidak memilih, dan itu berarti ia akan terseret ke dalam kegelapan abadi. Tapi kita memilih Tuhan, kita memilih Allah Israel Yang Maha Kudus. Dan untuk itu, kita benar-benar menjaga kekudusan. Bagi hamba-hamba Tuhan yang mau menyampaikan firman di mimbar, Saudaraku, perasaan krisis kita harus menyala terus seperti perasaan Bapa yang tidak menghendaki seorang pun binasa, kita juga memiliki perasaan seperti itu. Kita tidak ingin ada orang binasa. Ya, walaupun tentu kenyataannya ada orang-orang yang tidak mau mengerti kita, kita dibuli, kita dijahat-jahati. Biasanya orang-orang seperti itu, kemungkinan pertama, karena ia tidak mendapatkan keuntungan apa-apa dari kita, padahal mereka mau mendapat keuntungan dari kita. Yang kedua, memang tidak bermaksud mendapatkan keuntungan dari kita, tapi mendapat keuntungan dari dunia atau dari objek lain. Yang ketiga, memang dikuasai kuasa gelap.

Jadi, kita harus berada di kutub yang benar. Dan kalau kita di kutub yang benar, di kutub kekudusan dan kesucian, pasti kuasa gelap tidak suka. Dia berusaha menjatuhkan kita dengan segala sarana, hati-hati. Banyak sarana yang ada di sekitar kita yang Iblis bisa pakai untuk menjatuhkan kita, banyak sarana. Apakah sarana itu berupa godaan untuk berbuat dosa, godaan untuk memuaskan keinginan-keinginan daging. Cobaan godaan itu bisa berupa orang-orang yang menjahati kita, sehingga kita pahit hati dan mau membalas kejahatan dengan kejahatan. Tapi kita jangan lakukan itu, kita harus punya integritas tetap memilih Tuhan, Saudaraku. 

Saudaraku sekalian,

Integritas seperti ini harus tetap kita pertahankan, kita jaga sampai kita meninggal dunia, kita dijumpai oleh Bapa berkeadaan tak bercacat tak bercela dalam keadaan berkenan kepada Allah. Oleh sebab itu, kita mau memperbaharui komitmen kita, “Aku di pihak-Mu, Tuhan. Aku memilih Engkau. Aku mau hidup suci tak bercacat tak bercela. Aku mau menjadi anak kesukaan-Mu, Bapa, melayani Engkau. Menjadi alat di dalam tangan-Mu untuk menjadi berguna bagi Kerajaan-Mu.” Tiap hari kita update. Kita perbaharui supaya gairah kita tetap utuh, bahkan makin menyala-nyala. Kita supaya dapat terus di kutub kekudusan, kutub kesucian, kutub pihak Tuhan, bukan pihak dunia.

 

Di dalam masa pemisahan yang sekarang terjadi, atau masa penampian, kita harus terus mencari wajah Tuhan, mendapat kekuatan baru dari firman, dan terus menjaga kekudusan. Hal inilah yang akan membuat kita selamat sampai kita masuk rumah Bapa. Tidak banyak orang yang berani bertindak seperti ini. Banyak orang menganggap ini konyol, atau menganggap ini tidak berguna, atau menganggap ini tidak berfaedah, atau menganggap ini sebagai hal yang tidak bernilai. Tapi kita tahu, kita percaya, ini adalah satu-satunya hidup yang bernilai, satu-satunya hidup yang berharga. Inilah satu-satunya hidup yang unggul. Dunia kita tinggalkan.

 

Jangan sampai mata kita menyukai tontonan, hiburan, atau apa pun yang membuat hati merasa senang dan terikat di dalamnya. Kita mau memandang Tuhan dan terikat dengan Tuhan, bahwa kita tidak punya kebahagiaan apa pun selain Tuhan. Mungkin ini dianggap ekstrem oleh orang-orang muda. Tetapi kalau orang-orang muda tidak mulai belajar demikian, mereka akan terseret menuju kegelapan abadi. Dan bagi yang sudah berumur, sudah tidak ada waktu lagi untuk hidup main-main, tidak ada waktu lagi untuk setengah-setengah. Kita harus seekstrem-ekstremnya, sefanatik-fanatiknya dalam mencari Tuhan. Seperti yang saya kemukakan berulang-ulang, satu-satunya dunia yang kita miliki adalah Tuhan, tidak ada dunia lain.

 

Masuki tahun 2025 dengan komitmen baru. Tuhan menyertai kita senantiasa.

Teriring salam dan doa,

Dr. Erastus Sabdono

 

 

 

Di dalam masa penampian ini, kita tidak bisa tidak mengambil sikap, kita tidak bisa tidak memilih.