Bagi setiap orang yang menjadi umat pilihan, yang mau bersungguh hati dengan Tuhan, hidupnya tidak dibuat lancar dan baik-baik secara lahiriah; dalam arti tidak dibuat Tuhan tidak bermasalah. Memang Tuhan ingin keadaan kita baik-baik, tetapi Tuhan harus membuat keadaan kita kurang baik—bahkan tidak baik—demi berkat abadi yang Dia sediakan bagi kita. Perhatikan hal ini dan tanamkan erat dalam hati karena ini menjadi kunci penting sukses hidup. Maka kita akan sering menjumpai keadaan-keadaan yang membingungkan; yaitu Tuhan menghendaki kita memercayai pribadi-Nya. Dengan cara menyenangkan atau memuaskan hati Tuhan. Jadi, kalau Tuhan membuat semacam “permainan.” Misalnya, Ia membiarkan Yusuf terpuruk, makin terpuruk, dan semakin terpuruk. Tapi, Yusuf tidak meninggalkan percayanya kepada Allah. Dan itu terbukti dari ketaatan dan kesetiaannya kepada Allah, Elohim Yahweh. Padahal kenyataan hidup yang dialami Yusuf bertolak belakang dari mimpi yang dia peroleh.
Apalagi Abraham; bagaimana Tuhan membiarkan ia selama 25 tahun baru memiliki keturunan, setelah dijanjikan bahwa keturunannya akan sebanyak bintang di langit dan sebanyak pasir di laut. Abraham pun telah mengganti namanya dari Abram menjadi Abraham. Demikian juga dengan Daud, coba kita bayangkan perasaan Daud yang diurapi oleh Samuel di depan anak-anak bapak Isai, tapi hidupnya makin terpuruk. Nyawanya seperti telur di ujung tanduk. Dia pura-pura menjadi gila, dia sampai menyeberang berpihak ke musuh Israel, yaitu kepada bangsa Filistin, yang mana dia pernah merobohkan Goliat, pahlawan mereka. Belum lagi di kota Ziklag, seluruh keluarga dan harta bendanya, termasuk juga keluarga dan harta benda dari semua hulubalang dan pengikutnya yang setia, tidak tahu ke mana rimbanya.
Ini asyik sekali, namun harganya mahal, yang memaksa kita untuk meragukan Tuhan, berpotensi kita untuk mencurigai Tuhan. Satu kalimat yang kita harus katakan dan imani, “Dia tidak akan pernah melukai aku.“ Kalau seorang dokter melukai pasien, itu untuk menyembuhkan. Kalimat yang tepat: “Engkau tidak akan pernah mencelakai aku. Engkau tidak akan berkhianat kepadaku. Engkau tetap setia kepadaku, walaupun keadaan di sekitarku berkesimpulan Engkau meninggalkan aku. Tapi, Engkau tidak akan meninggalkan aku. Engkau tidak akan mencelakai aku.“ Ini menjadi kesukaan Tuhan, yaitu ketika kita memercayai Dia dalam keadaan yang secara akal kita adalah Tuhan meninggalkan kita.
Yang pertama, karena keadaan tidak nyata. Itu membuat seseorang bisa meninggalkan Tuhan. Di sini kita belajar untuk mengenal pribadi-Nya, keinginan-Nya, kehendak-Nya, selera-Nya. Walau kita sering tidak mengerti mengapa keadaan kita jadi begini. Tapi kita tetap mencari Tuhan siang dan malam. Kita harus bekerja dengan giat, rajin menjaga keluarga, menjaga kesehatan, hanya supaya kita bisa mengenal Dia dan mengerti isi hati-Nya, supaya kita bisa selalu sepikiran dan seperasaan dengan Tuhan. Yang kedua, ragu-ragu. Tidak meninggalkan Tuhan, tapi ragu-ragu. Atau kalimat lain, setengah-setengah, tidak sungguh-sungguh. Orang-orang seperti ini masih seperti untung-untungan. Kalau Tuhan hadir, Tuhan nyata, kusambut. Kalau tidak, ya sudah; seperti gambling. Dan ini merupakan kelompok terbanyak. Tidak meninggalkan Tuhan, tapi setengah-setengah. Untuk bisa seiring dengan Tuhan, berjalan dengan Tuhan, hidup dalam persekutuan dengan Tuhan atau sepikiran dan seperasaan dengan Tuhan, maka hati dan pikiran kita, harus bersih dan suci. Yang ketiga, tidak mengandalkan Tuhan sama sekali. Mereka sombong.
Yeremia 17:9 mengatakan, “Betapa liciknya hati, lebih licik dari segala sesuatu.” Padahal, yang menjadi objek dari pelayanan kita adalah hati. Sebab Tuhan menyembuhkan hati. Hati yang masih iri, gila hormat, materialisme, mata keranjang, mata duitan, kesombongan terselubung. Dia harus tahu gerak hati yang terdalam, liciknya hati. Hanya orang yang dekat dengan Tuhan, yang berjalan dengan Tuhan, yang akan menemukan segala penyakit di dalam jiwanya. Maka, kalau dokter palsu itu jahat sekali, atau orang yang memalsu obat itu jahat sekali. Pendeta harus memiliki ketelitian sebegitu rupa di dalam hidupnya, supaya dia juga bisa mengobati orang. Sebab kalau seorang hidupnya bersih, dia berjalan dengan Tuhan, pasti dia mendengar suara Tuhan.
Kalau sakit fisik itu gampang dilihatnya, tapi kalau sakit batin, belum sembuh rohaninya, itu yang sulit. Itu yang Allah tidak mudah menyelesaikan karena melibatkan kita. Namun ada orang yang sakitnya sudah kronis sehingga perlu bolak-balik ke dokter. Kalau kita sadar sakit dalam batin kita, maka kita akan bolak-balik ke Tuhan, bahkan setiap hari ada di kaki Tuhan. Hidup kita dibuat sulit, ada hal yang tidak bisa dipecahkan, mengapa? Supaya kita sadar bahwa hidup ini tidak mudah, tetapi yang lebih sulit yaitu menggarap batin kita sendiri.