Salah satu hal yang membuat kita benar-benar menjadi serius berurusan dengan Tuhan atau sekaligus menjadi tanda bahwa kita serius dengan Tuhan adalah bahwa kita benar-benar siap ada di hadapan takhta pengadilan Tuhan. Kuasa kegelapan sering membisikkan satu kata yang membuat kita tidak serius berurusan dengan Tuhan. Kata itu adalah: “Nanti!” Sebenarnya, inilah yang membuat banyak orang menunda, membuat orang tidak 100% serius dengan Allah. Oleh sebab itu, kita bukan hanya berpikir ‘mungkin hari ini adalah hari terakhirku’—yang mana ini pun belum tentu orang mau merenung dan memikirkannya—melainkan kita harus memiliki waktu mengadakan perjumpaan dengan Tuhan, lalu benar-benar membayangkan dan merenungkan seakan-akan kita sudah ada di hadapan takhta pengadilan Kristus.
Pada saat itu, kita akan benar-benar terkoreksi; apa-apa yang masih ada dalam kehidupan kita, yang Tuhan tidak berkenan. Sekecil apa pun dosa dan kesalahan, sehalus apa pun itu, bisa terkoreksi. Tentu tergantung seberapa kita benar-benar serius memperhadapkan diri di hadapan Tuhan dan membuka diri untuk diperiksa, diteliti. Roh Kudus tidak mungkin tidak memberitahu kalau ada sesuatu di dalam hidup kita yang Bapa tidak berkenan, sehingga tidak ada orang yang nanti di hadapan Allah dapat berkata, “Saya tidak tahu ada kesalahan ini. Saya tidak tahu ternyata ini hal yang Engkau tidak berkenan.” Tuhan pasti memberitahu kepada kita. Sampai nanti kita akan bisa merasakan hal-hal yang bisa mengoyak kesucian kita.
Ketika kita minta ampun atas dosa dan kesalahan kita, Tuhan ampuni, Tuhan lupakan. Maka hati kita bisa robek atau terkoyak pada waktu kita berbuat dosa lagi; apakah itu mengucapkan kata yang tidak patut, memikirkan apa yang tidak patut, apalagi bertindak sesuatu yang tidak patut. Tetapi kadang, memang ada perbuatan-perbuatan yang tidak berkategori dosa, tetapi sudah cukup membuat kesucian kita bisa rentan. Kalau kita sampai membiarkan perbuatan itu kita lakukan, nanti lahir perbuatan lain, pasti jadi robek. Kita harus melatih diri untuk memiliki kebiasaan tidak menyentuh hal-hal yang bisa membuat kesucian kita terkoyak.
Manusia lama kita itu licik. Ia bisa membawa kita ke tahap-tahap yang membuat kita berbuat dosa. Jadi kalimat: “dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan tetapi lepaskan kami daripada yang jahat,” maksudnya kita harus menjauhi hal-hal yang bisa membawa kita ke dalam perbuatan dosa. Ini hal yang sangat penting untuk kita perhatikan dalam menjalani kehidupan ini. Bagaimana kita bisa memiliki kepekaan itu? Yaitu ketika kita membawa diri kita pada penghayatan, perenungan seakan-akan kita sudah ada di hadirat Allah. Bukan nanti, melainkan saat ini. Bukan hanya “mungkin hari ini hari terakhirku,” bukan hanya itu, melainkan di saat ini kalau aku di hadapan Tuhan—dan memang kita harus selalu ada di hadapan Tuhan—apa yang salah dalam hidupku? Kita akan bahagia sekali ketika kita membuka diri dan tidak didapati salah. Atau kalau ada salah, kita harus segera minta ampun kepada Tuhan dan berkomitmen untuk serius bertobat.
Manusia lama kita masih kuat dan itu menuntut. Manusia lama kita bisa menjadi pangkalan Iblis. Jadi, waktu kita membuka diri di hadapan Tuhan, Tuhan periksa, kita bisa melihat adanya pangkalan. Mungkin pangkalan nafsu, materialisme, senang hormat dan disanjung. Kalau kita bisa menghancurkan pangkalan itu, setan tidak punya tempat berpijak. Dia tidak bisa bermanuver di dalam diri kita. Hal ini memang tidak mudah, karena matinya selera-selera tadi, harus lewat pergumulan berat dan panjang. Hal itu yidak bisa lenyap secara otomatis.
Jika kita masih senang dihormati, maka harus ada pergumulan di mana kita mendapat kesempatan dihormati, tetapi kita tidak mengambil kesempatan itu. Dari hal itu, kita bisa menghancurkan pangkalan itu. Hal itu memang berat. Apalagi kalau kita menunda pertobatan, menunda hidup suci, maka selamanya kita tidak pernah hidup suci. Harus secepatnya. Hati-hati, manusia lama itu licik! Jadi, harus ada waktu dan selalu diadakan, seakan-akan kita ada di hadapan Tuhan. Seperti yang dikatakan dalam Efesus, “perhatikanlah dengan saksama bagaimana kamu hidup.” Maka, mari kita membiasakan diri untuk hidup 24 jam di hadirat Allah. Kita harus membawa diri di hadapan Tuhan dan benar-benar memeriksakan diri, adakah sesuatu yang salah yang masih kita lakukan? Yang bertanya serius saja, kadang-kadang Tuhan seperti diam. Maka kita harus duduk diam menantikan Tuhan. Tuhan pasti akan menunjukkannya kepada kita. Selanjutnya, kita akan tahu hal-hal apa yang dapat mengoyak kekudusan kita.
Kita harus melatih diri untuk memiliki kebiasaan tidak menyentuh hal-hal yang bisa membuat kesucian kita terkoyak.