Skip to content

Terekspresi dalam Kehidupan

 

Roma 10:10

“Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.”

Seseorang mungkin jadi orang baik dan bisa menjadi anggota masyarakat Kerajaan Surga, tapi tidak pernah menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah dan tidak pernah dimuliakan bersama Yesus, karena ia tidak serupa dengan Yesus. Kalau serupa dengan Yesus, ia pasti melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Perhatikan, Yesus menyuruh murid-murid-Nya meninggalkan jala dan perahunya untuk mengikut Yesus. Matius harus meninggalkan meja cukainya, orang kaya dalam Matius 19 harus menjual seluruh miliknya dan memberikannya kepada orang miskin, Tuhan memerintahkan bahwa orang harus melepaskan segala sesuatu baru bisa menjadi murid atau diubah. Paulus harus melepaskan semua dan menganggapnya sampah, baru memperoleh Kristus. Dan banyak lagi ayat Alkitab yang menunjukkan hal ini. Ironis, mengapa sekarang ajaran ini lenyap? Pengajaran mengenai mempersiapkan jalan bagi Tuhan hilang dari gereja. Mari, kita temukan kembali.

Jadi kalau kita percaya Yesus, justru kita mesti masuk dalam wilayah pergumulan, pergulatan untuk menjadi manusia Allah. Sekarang pertanyaannya, apakah kita bersedia melakukan apa pun yang Allah perintahkan? “Perintah” di sini bukan hanya melakukan hukum-hukum seperti hukum-hukum yang Musa berikan, melainkan segala sesuatu yang Allah perintahkan. Seperti Abraham harus menyembelih anak kandungnya sendiri sebagai kurban bakaran. Ini sudah lebih dari sekadar melakukan hukum yang tertulis, tetapi apa yang diingini Allah. Ini berarti melayani perasaan Allah. Injil itu pada dasarnya kabar baik, di mana manusia memperoleh pengharapan diubah menjadi manusia sesuai rancangan Allah semula yang bisa bertindak sesuai pikiran dan perasaan Allah. Maka jangan dikaitkan dengan persoalan kesembuhan, mukjizat, atau berkat-berkat jasmani. Intinya itu, dan memang untuk menarik perhatian supaya orang-orang Israel melihat Yesus atau penginjilan, harus ditandai dengan mukjizat. Dan ada hamba-hamba Tuhan yang dipakai Tuhan untuk itu.

Tetapi untuk bisa diubah segambar dengan Allah, untuk serupa dengan Yesus atau sempurna seperti Bapa, kita harus punya kesediaan untuk melakukan apa saja yang Allah perintahkan. Zakheus sudah mendengar sebagian ajaran Yesus. Karena, teman seprofesinya, Matius, juga sudah menjadi murid Yesus. Tidak mungkin Zakheus tahu dengan sendirinya. Pasti Roh Kudus pimpin, atau mendengar sebagian apa yang Yesus ajarkan. “Tinggalkan segala sesuatu, jangan terikat oleh harta.” Maka, Zakheus mempraktikkan itu. Tapi Zakheus belum sempurna. Itu baru awal. Itu hari pertama Yesus menumpang. Belum apa-apa. Tetapi setelah itu, Zakheus pasti dibimbing mencapai kesempurnaan. Kalau tindakan seperti Zakheus saja tidak kita lakukan, kok mau selamat? Yesus berkata, “Karena orang ini anak Abraham juga.” Orang ini telah bertindak seperti Abraham, itu maksudnya. Maka dia selamat, sehingga Yesus katakan bahwa “Keselamatan terjadi pada rumah ini.”

Kalau kita membandingkan dengan orang Kristen mula-mula, mereka itu luar biasa. Demi iman kepada Yesus, mereka melepaskan segala sesuatu. Apa pun yang Allah kehendaki, termasuk kehilangan nyawa. Makanya kalau di Roma 10:10 mengatakan, “Dengan hati, orang percaya dibenarkan; dengan mulut, orang mengaku, diselamatkan,” ini adalah kehidupan yang diserahkan sepenuh untuk Tuhan. Kalau orang berani mengaku Yesus adalah Tuhan, itu pertaruhannya nyawa. Tidak seperti orang hari ini yang mulutnya mengaku, dan aman-aman saja. Tetapi orang Kristen awal, gereja mula-mula, hati mereka percaya, dan mereka tidak dapat menyembunyikan percayanya itu. Mereka tak dapat menutup mulutnya. Makanya kesaksian demi kesaksian disampaikan walaupun nyawa pertaruhannya. 

Tapi setelah melalui konsili-konsili dan banyak perdebatan, malah kekristenan mengalami kemunduran, sampai hari ini. Ini berarti ada yang salah. Percaya yang benar pasti membuahkan kesaksian, dan itu terekspresi dalam kehidupan. Orang percaya pada gereja mula-mula adalah orang yang benar-benar memiliki sikap hati yang bersedia melakukan apa pun yang Tuhan kehendaki. Firman Tuhan mengatakan, “Orang yang menderita penderitaan badani, berhenti berbuat dosa.” Artinya, kalau orang sudah bersedia menderita secara fisik demi melakukan apa yang Tuhan kehendaki, maka mereka tidak mau berbuat dosa, karena belajar untuk mempertahankan iman dan nyawa serta darahnya saja sudah sulit. Sekarang kita tidak menghadapi pisau, golok, tombak, binatang buas, atau penganiayaan secara fisik, tapi kita menghadapi dunia yang menyeret kita untuk mengingini banyak hal. Makanya, mestinya yang kita lakukan sekarang ini adalah bagaimana menjadikan keinginan Bapa segalanya bagi kita.

Pertobatan adalah kesediaan kita untuk melakukan apa pun yang Allah kehendaki. Bukan hanya kembali ke Taurat lalu menyembah Yahweh, seperti pertobatan orang Yahudi waktu itu. Mereka sudah melakukan di zaman Yohanes Pembaptis. Tetapi formalitas, legalistik. Akhirnya tidak berpusat pada Allah, tapi pada diri sendiri dan hukum itu. Jadi, kita sekarang ini kalau mau menjadi anak-anak Allah, bisa dididik, bisa diubah Tuhan, memiliki keselamatan, mari kita persiapkan jalan bagi Tuhan yaitu kesediaan hati untuk melakukan apa pun yang Allah perintahkan.