Skip to content

Tempat Kediaman Roh Kudus

Roh jahat memang diprogram oleh kuasa gelap untuk menempati manusia. Dan pasti dirancang dengan kecerdasan atau kecerdikannya. Jadi, jangan kita lengah. Ada kuasa kegelapan yang memang dikirim untuk merusak hidup kita. Roh jahat bisa masuk kalau tempat itu tidak diisi. Kalau dia masuki lagi, ada bantuan 7 roh lain masuk. Jadi, dia lebih jahat keadaannya. Mungkin sekarang kita tidak sadar bahwa kita sedang menuju lebih jahat. Belum kelihatan, tetapi bisa dalam kondisi bahaya. Apalagi setan bisa memakai seorang pendeta yang bisa pintar bicara, dan juga media sosial, maka dampaknya itu besar. Tentu Iblis mengerti bagaimana memakai seseorang yang memiliki tempat strategis. 

Sekarang kita harus memeriksa diri sendiri. Roh yang ada pada kita, apakah Roh Allah atau bukan. Di sisi lain, Roh Kudus mencari tempat kediaman yang di dalamnya Roh Kudus nyaman. Roh Kudus mau memakai orang itu menjadi alat kemuliaan bagi nama-Nya. Untuk itu, kita harus sungguh-sungguh bersiaga supaya tidak jatuh dalam dosa, tidak mata duitan, tidak mata keranjang, supaya bisa menguasai diri, lemah lembut, supaya bisa menjadi teladan. Karena kita adalah manusia yang tidak diberi imunitas. Yesus pun tidak punya imunitas. Maka, Iblis mencobai Dia, supaya bisa menjatuhkan. Namun, Yesus memakai senjata firman. Dengan firman, Yesus bisa mengalahkan kuasa gelap. 

Cerdiknya kuasa kegelapan, membuat banyak orang tidak menjadi jahat secara moral umum. Ia membuat orang baik-baik, santun, tetapi tidak sampai pada standar yang Allah kehendaki; yaitu sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus. Yang dikehendaki Allah itu kudus, tak bercacat tak bercela (1 Ptr. 1:16). Tuhan menghendaki kita kudus dengan standar kekudusan Allah. Iblis bisa merasuki hidup seseorang, tetapi tidak membuat orang itu jadi biadab atau bejat, cukup membuat dia puas dengan keadaan hidupnya yang tidak bertumbuh, tidak mencapai maksud keselamatan yang diberikan Tuhan.

Yang mengerikan, pendeta atau hamba Tuhan. Pendeta itu baik, bukan pendeta bejat. Dia tidak berzina, jujur, tetapi dia masih mau menikmati hidup, mempunyai kewajaran. Dia tidak membawa jemaat kepada kesempurnaan. Maka, kalau kita tidak bertemu Tuhan langsung, kita tidak menemukan atmosfer itu. Maka, sediakanlah waktu minimal 30 menit setiap hari. Kita pasti akan punya pengalaman yang adikodrati; melampaui akal. Kita akan memiliki kesaksian dalam batin, punya kepekaan, dan kita akan menemukan atmosfer Kerajaan Surga. Baru kita bisa membedakan pendeta benar atau tidak. 

Kalau untuk hal ekonomi atau untuk yang lain, bolehlah apa adanya. Namun, kalau kesucian, kekudusan, keberkenanan, kita harus sampai puncak. Hidup kita singkat. Seberapa puasnya punya rumah besar, mobil mewah, vila di Bali, atau deposito dalam jumlah besar? Namun, kekekalan—waktu yang tidak berakhir, di mana ada padang hijau yang tidak bertepi—betapa indahnya. Di sana kita akan bertemu orang tua, anak-anak, keluarga, pasangan hidup, sahabat kita tanpa penderitaan, tanpa perang. Tidak ada kemiskinan dan sakit-penyakit. Kita mau ke sana. Maka, jaga diri. Jangan salah, jangan jatuh dalam dosa. Kita harus serius bergumul. 

Roma 3:23, “Karena semua manusia telah jatuh dalam dosa dan kehilangan kemuliaan.” Tuhan mau kita punya kemuliaan Allah. Bagaimana agar kita bisa punya kemuliaan Allah? Kalau kita punya moralitas Allah, punya kesucian Allah. Bagaimana kita bisa punya kesucian Allah? Kalau Allah memenuhi kita. Bagaimana kita bisa dipenuhi Allah? Kalau firman memenuhi kita. Bagaimana firman bisa memenuhi kita? Kalau suara Roh kita dengar tiap hari; menjadi rhema. Firman Tuhan mengatakan, Manusia hidup bukan hanya dari roti, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (rhema).” Lalu, bagaimana kita bisa mendengar rhema? Temui Tuhan. Rasakan dan belajar dari Tuhan. 

Setan tidak takut teologi. Namun, kalau setiap hari kita mendengar suara Allah dan kita turuti, maka setan takut. Domba yang baik mendengar suara gembalanya. Kalau kita mendengar suara Tuhan (rhema), ini tidak membuat kita jadi mistis. Kita harus mendengar suara Tuhan, karena Roh Kudus diberikan untuk menuntun kita kepada seluruh kebenaran. 1 Korintus 6:19-20, “Kamu telah dibeli dengan harga yang lunas dibayar. Bahwa kamu bukan milik kamu sendiri.” Kita sudah dibeli, supaya Roh Kudus bisa mendiami tubuh kita. Kalau dulu bait Allah tempat Allah diam, sekarang tubuh kita, karena sudah dibeli. 

Jadi, tubuh-tubuh orang percaya yang dibeli ini, mau didiami Roh Kudus. Roh Kudus mau memenuhi hidup kita, bukan dengan kepenuhan temporal. Memang ada kepenuhan temporal pada waktu hari Pentakosta, atau saat-saat tertentu orang dipenuhi Roh Kudus, berbahasa roh. Atau ada manifestasi karunia Roh, tetapi itu tidak permanen. Jadi, jangan heran kalau ada orang pernah bernubuat dan berbahasa roh, tetapi kelakuannya sekarang jahat. Itu terjadi karena dia tidak dipenuhi secara permanen. Kepenuhan Roh Kudus secara permanen terjadi ketika seseorang berpikir seperti Roh Kudus berpikir.

Roh Kudus mencari tempat kediaman yang di dalamnya Roh Kudus nyaman. Dan Roh Kudus mau pakai orang itu menjadi alat kemuliaan bagi nama-Nya.