Saudaraku sekalian,
Kita akan sangat menyesal kalau suatu hari kita bertemu dengan Bapa di surga, ternyata kita belum mempersembahkan segenap hidup kita untuk Dia. Belum mempersembahkan segenap hidup kita untuk Dia, itu sama dengan belum mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan kekuatan. Kita akan sangat menyesal. Kemudian, baru kita menyadari betapa tidak layaknya kita di hadapan Allah. Sebab yang layak di hadapan Allah adalah orang-orang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan kekuatan. Baru bisa seperti yang dikatakan Alkitab: Tahan berdiri di hadapan Allah. Ternyata kita belum menyerahkan segenap hidup, artinya kita masih melakukan hal-hal yang tidak kita perkarakan dengan Tuhan, apakah hal itu berkenan atau tidak. Masih melakukan hal-hal yang menurut kesenangan, keinginan, kemauan, ambisi kita sendiri.
Karenanya, mari mulai kita belajar tidak melakukan apa pun yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Jadi, segala sesuatu yang kita lakukan, segala sesuatu yang kita perbuat, sesuai dengan kehendak Allah. Dan itu dimulai dari satu kata yang kita ucapkan, Saudara. Dan ini latihan yang sangat penting. Yakobus dalam suratnya menulis, “Siapa yang dapat mengendalikan lidah, ia sempurna.” Perkataan kita harus dari kontrol pikiran dan perasaan. Jangan pikirkan sesuatu yang Tuhan tidak kehendaki. Jangan menikmati perasaan yang Tuhan tidak kehendaki, Saudara. Seperti dendam dan kebencian, itu adalah perasaan yang Tuhan tidak kehendaki. Pikiran-pikiran kotor, perasaan-perasaan kotor, itu Tuhan tidak kehendaki. Apalagi, perbuatan-perbuatan kotor yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.
Menyerahkan segenap hidup buat Tuhan itu jangan kita isi, kita pahami, jangan kita maknai dengan menjadi fulltimer. Banyak orang tertipu oleh dirinya sendiri dan bisa tertipu oleh kuasa kegelapan. Seseorang yang belum menyerahkan segenap hidup buat Tuhan dalam arti yang benar, belum mengendalikan lidah, pikiran, perasaan dan perbuatannya, tapi sudah jadi fulltimer gereja, pasti akan makan korban dan bisa banyak sekali, Saudaraku. Termasuk mereka yang sekolah teologi, sudah punya gelar, tetapi tidak mengendalikan hidupnya. Yang mulutnya jahat, pikirannya kejam, bengis, tindakan-tindakannya melukai orang, masih mau cari panggung di media sosial, panjat sosial, mengisi media sosial dengan perkataan-perkataan kosong, yang pada dasarnya itu hanya untuk pemuasan dirinya, Tuhan tidak suruh melakukan hal itu.
Saudaraku,
Kita jangan ikut-ikutan. Kita selalu memperkarakan apakah yang kita lakukan sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Jangan membaca tulisan-tulisan di media sosial yang itu lahir dari pikiran dunia, dan tidak jarang yang lahir dari pikiran kuasa kegelapan, walaupun ayat Alkitab yang disebut-sebut. Ingat di Injil Matius 4, setan juga menggunakan ayat-ayat Alkitab untuk menjerat dan menjatuhkan Yesus. Puji nama Allah Bapa di surga, Yesus tidak jatuh. Jadi hati-hati, Saudara, jangan dengar. Seperti Hawa dipermainkan oleh ular dengan perkataan, percakapan, terjadi dialog, jangan buka pintu dialog. Termasuk Saudara menanggapi tulisan di media sosial, tidak usah, diam saja. Jadilah manusia yang bermartabat. Nah, ayo, kita telah pernah melewati tahun-tahun di mana kita hidup hanya untuk kesenangan kita sendiri, untuk pemuasan diri sendiri, sekarang kita hidup hanya untuk kesenangan Tuhan.
Kita harus benar-benar full heart mengasihi Tuhan dan itu pasti full time. Orang yang full time dalam pekerjaan gerejani belum tentu full heart, jangan-jangan mereka malah merupakan orang-orang yang bertualang mencari nafkah dengan mudah. Dan mereka akan mendapat tempat yang paling ngeri nanti di neraka, apabila mereka menjadi fulltimer gereja, tetapi tidak mengabdi secara benar, tidak memberkati dan mengubah orang untuk kemuliaan Allah. Tetapi kalau orang yang full heart, mencintai Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan, ia pasti full time. Mari kita belajar, Saudaraku. Kita harus memiliki perasaan gentar, sebab mungkin kita tidak punya kesempatan lagi. Mungkin kita tidak ada waktu lagi, Saudaraku.
Jadi, kalau Tuhan beri kita waktu hari ini, aduh betapa berharganya waktu kita untuk membuktikan cinta kita kepada Tuhan melalui perjalanan hidup di mana kita harus bisa mengambil keputusan ada banyak pilihan-pilihan disitu. Kita membuktikan cinta kita kepada Tuhan dengan pencobaan-pencobaan yang kita alami, kesempatan-kesempatan berdosa, memuaskan daging yang kita temukan, kita hadapi, tetapi kita memilih Tuhan. Tetap memilih Tuhan, tetap menyenangkan Tuhan, wah itu indah sekali, Saudaraku. Yuk kita harus bertekad untuk mencapai kesucian setinggi-tingginya sampai puncak kekudusan yang bisa kita capai, sesuai dengan porsi kita masing-masing, dan mendapatkan sertifikat penilaian sangat memuaskan. Bukan hanya baik, juga bukan hanya baik sekali, melainkan sangat memuaskan, unggul.
Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono
Orang yang tahan berdiri di hadapan Allah adalah mereka yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan kekuatan.