Skip to content

Skenario Allah

 

Kalau kita mengingat kisah Elia, ia merupakan seorang nabi yang berani sekali. Dia melawan raja yang tidak takut akan Allah, yang beristrikan Izebel, yang memiliki dewa dan menyembah Baal sehingga mereka memiliki nabi-nabi Baal. Elia adalah seorang hamba Allah yang membela Allah, ia menantang nabi-nabi Baal untuk membuktikan siapa Allah yang benar. Dan hal itu ia lakukan demi untuk menyelamatkan banyak umat Israel yang disesatkan. Kita membaca Alkitab, bagaimana Elia dapat membuktikan bahwa Allah yang benar adalah Allah Israel, Elohim Yahweh yang membakar mezbah korban Elia. Sedangkan korban yang dimiliki nabi-nabi Baal tetap tidak terbakar karena tidak ada api. Tetapi korban nabi Elia terbakar; api turun dari langit. 

Namun, kisah tidak berhenti sampai di situ. Raja yang tidak takut akan Allah mengancam nyawa Elia, terutama istrinya; Izebel. Mereka mengejar Elia, dan Elia merasa hidupnya terancam. Sampai kemudian Elia putus asa. Dalam keputusasaan Elia sempat berkata, “Lebih baik aku mati.” Di situ tersirat, Allah tidak menghabisi sama sekali musuh-musuh Elia dan itu yang membuat Elia mungkin sedikit kecewa. Kemenangannya terhadap nabi-nabi Baal tidak membuat tuntas kemenangan yang dia capai. Barangkali Elia berharap dengan kemenangannya melawan nabi-nabi Baal, langsung semua selesai. Tapi ternyata tidak. Wanita jahat Izebel memburu nyawanya. Dan ini yang membuat Elia kemudian menjadi takut. 

Mengapa Allah memiliki skenario seperti itu? Sering kali kita menemukan banyak misteri di dalam kehidupan—misteri Tuhan—tetapi pasti Tuhan tidak pernah gagal dengan apa yang Dia lakukan. Tidak mungkin Allah gagal dengan apa yang Dia rencanakan. Karena Allah adalah Allah yang sempurna, tidak mungkin Allah melakukan sesuatu yang salah, bahkan meleset sedikit pun tidak. Elia dijaga oleh Tuhan dengan keadaan seperti itu. Dan Elia tetap rendah hati dan memberikan kemuliaan hanya bagi Allah. 

Ini hal yang luar biasa. Karena manusia dengan keadaannya yang terbatas bisa lupa diri ketika ia ada di puncak prestasi, ada di dalam puncak keberhasilan, dan itu yang sering kali tidak disadari oleh banyak orang. Tuhan tidak membuat pekerjaan Tuhan mudah dijalani. Itu juga menjadi pertanyaan banyak orang percaya—khususnya para hamba Tuhan—mengapa Tuhan tidak membuat mudah jalan pelayanan kita? Kadang-kadang sampai kita seperti terjepit, jalan seperti berat. Tetapi rupanya Tuhan menghendaki demikian, supaya kita tidak menjadi sombong dan angkuh, supaya kita tidak menepuk dada dan merasa berjasa. 

Kisah mengenai Elia yang membunuh sekitar 450 nabi Baal merupakan prestasi yang luar biasa, menakjubkan dan itu bisa menjadi kendaraan Elia mengangkat diri. Tetapi kisah tidak berhenti sampai Elia membunuh nabi-nabi Baal. Izebel, istri raja Ahab, mengejar nabi Elia terus dan mau membunuhnya. Kenapa Izebel tidak bertobat, lalu Elia mendapat kehormatan? Kenapa Izebel, raja Ahab tidak kemudian menundukkan diri, mengaku bersalah lalu menyembah Elohim Yahweh, tapi malah masih mau membunuh Elia? Sulit dipahami skenario itu atau sulit dipahami keadaan ini. Sulit, tetapi di balik ini ada perlindungan Tuhan bagi Elia. Elia dikasihi Tuhan. Allah menghendaki hidup Elia berjalan dengan baik di mata Tuhan dan berakhir dengan baik, yang akhirnya Elia dijemput oleh Tuhan dengan kereta berapi.

Saat ini, kalau pelayanan kita dibuat Tuhan sulit, dibuat Tuhan tidak mudah, tentu ada maksud Tuhan di balik semua itu. Yaitu: pertama, supaya kita rendah hati. Yang kedua, supaya kita jangan jatuh dalam dosa; bisa dosa kesombongan atau dosa-dosa yang lain. Sebab kalau keadaan mudah, nyaman, atau tidak ada masalah, kita bisa sombong atau kita melakukan dosa-dosa lain atau kenyamanan hidup membuat kita tidak merindukan langit baru bumi baru.