Sejatinya, berdoa itu tidak mudah. Menyembah Tuhan itu juga tidak mudah, berdialog dengan Tuhan itu tidak mudah. Meyakini bahwa Allah itu ada, hidup, hadir, tidak mudah. Warna hidup kita setiap hari harus benar-benar memberi nilai tinggi Tuhan. Kita bisa berdialog dengan Tuhan lewat perjalanan waktu yang panjang, baru kita bisa menyentuh adanya percakapan yang sejati dengan Tuhan. Bagaimana suara kita bisa sampai takhta Tuhan, dihargai oleh Tuhan? Bagaimana kita bisa punya doa penyembahan layak sampai takhta Tuhan? Kalau hati dan hidup kita bersih, hati kita tidak terikat dunia dan benar-benar menghormati Tuhan.
Tidak salah punya rumah, mobil, dan segala fasilitas, tapi hati kita tidak terikat di mamon itu. Justru ini menjadi alat untuk membangun hubungan kita dengan Tuhan. Kita harus mencintai Tuhan seperti orang yang sedang kasmaran; makin hari makin kuat cinta kita. Ada keharuman Tuhan yang kita cium di dalam roh kita, ada atmosfer yang kita nikmati, yang membuat kita kecanduan atmosfer itu, sehingga tidak ada hari tanpa doa dan pertemuan dengan Tuhan, sampai kita belajar 24 jam ada di hadirat Allah. Siang malam memikirkan Tuhan, harus seekstrem-ekstremnya. Percaya, kita tidak akan menjadi kacau, atau etos kerja kita tidak rusak, tanggung jawab yang harus kita penuhi, tidak akan kita hindari; kita menjadi manusia yang agung.
Kalau hati kita bersih, tidak ada ikatan dunia, tidak gila hormat, maka penyembahan kita sampai ke takhta Tuhan. Kita bisa mencapai puncak kesucian setinggi-tingginya, puncak keberkenanan di hadapan Allah setinggi-tingginya. Ingat, kita hanya punya satu kali kesempatan hidup berurusan dengan Allah semesta alam yang Maha Besar, yang dari kekal sampai kekal. Kita bukan berurusan dengan dewa yang terbatas kuasanya. Kita berurusan dengan Allah yang tidak terbatas, yang ada dari kekal sampai kekal, yang memiliki segala kuasa, Kerajaan, kemuliaan yang menjanjikan. Maka kita harus terbang tinggi, dan ini bukan fantasi.
Jadi, hari ini kita harus mulai mengambil keputusan, “Dia segalanya dalam hidupku,” jangan setengah-setengah, siang malam pikirkan Tuhan. Petakan hidup kita, petakan hari kita. Jangan mengisi hari tanpa tujuan. Kalau kita tidak memetakan hari kita, maka kita tidak akan pernah bisa mewujudkan, “Siang malam memikirkan Tuhan.” Memikirkan Tuhan bukan hanya muncul di dalam pikiran kita, tetapi ada waktu-waktu di mana kita benar-benar berurusan dengan Tuhan. Kita hidup di hadirat Tuhan. Betapa menyenangkan hidup seperti ini. Kita tidak akan dipermalukan, keturunan kita pun akan diingat Tuhan.
Allah itu hidup, Allah itu nyata. Jadikan Allah itu hidup, jadikan Allah itu nyata di dalam hidup kita, dan yang membuat Tuhan menjadi hidup, nyata, dan hadir adalah diri kita sendiri. Tidak ada masalah yang dibiarkan Tuhan menghancurkan hidup kita. Karena kita dibela Tuhan. Kalau Tuhan menyertai, tidak ada yang bisa mengalahkan kita. Orang bisa menyalahkan, tapi tidak bisa mengalahkan kita, karena Tuhan di pihak kita. Ini bukan soal keributan, tapi bagaimana Tuhan membela dan menjaga kita, dan kita terus berjalan menuju satu ujung di mana akan terbit matahari yang tidak pernah terbenam, yaitu Tuhan.
Namun ironis, banyak orang Kristen memberikan porsi yang tidak pantas untuk Tuhan. Karena standar dunia yang sudah rusak, mereka tidak menghormati Tuhan secara pantas. Dan yang paling merusak adalah kewajaran hidup seperti manusia lain, dan pola keberagamaan yang titik tekanannya pada liturgi seremonial semata. Padahal kekristenan adalah jalan hidup; hidup-Nya Yesus yang kita kenakan. Kalau kita mengenakan hidupnya Yesus, di situ kita bisa bersekutu dan berjalan dengan Tuhan. Karena Bapa berkata, “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus,” maka kita tidak bisa main-main lagi. Dulu kita hidup sembarangan, Tuhan masih beserta. Walau kita tidak setia, Tuhan tetap setia.
Namun, sekarang kita harus mengerti bahwa kita yang harus membayar harga untuk bisa berjalan dengan Tuhan. Kita hanya punya satu kali kesempatan hidup. Dan merupakan suatu kehormatan bisa mengenal Allah yang benar. Tidak ada Allah yang benar selain Allah Israel, Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Yahweh nama-Nya. Kita bersyukur mengenal Dia, Allah yang dari kekal sampai kekal. Hampiri Dia, sampai kita gemetar, dan bisa menghayati kedahsyatan kebesaran-Nya. Jangan berfantasi tentang Allah, namun alami Dia. Maka miliki prinsip ini, “siang malam memikirkan Tuhan.”