Skip to content

Setia

 

Mungkin kita pernah bertanya-tanya: Mengapa ada orang yang bisa menjadi begitu rohani, ada orang-orang yang menjadi tampak rohani dan memang rohani, saleh, dipakai Tuhan, sedangkan kita tidak?” Lalu, timbul tuduhan di hati kita walaupun tidak kita sadari: “Mungkin karunianya dia besar, karunia saya kecil.” Dan itu tanpa disadari menyesatkan dan menipu kita. Kita memandang Tuhan itu diskriminatif, Tuhan itu pilih kasih. Padahal tidak demikian. Ada satu kata yang penting yang menjadi “kunci” atau rahasianya, dan kata itu adalah ‘setia.’ Setia itu bukan hanya kita tetap menjadi orang Kristen, doa bersama, datang ke gereja. Setia berarti selalu memenuhi apa yang Allah kehendaki dalam segala hal. Jadi sebenarnya, orang menjadi rohani, menjadi saleh, diurapi Tuhan, dipakai Tuhan, berhikmat itu merupakan sebuah akumulasi. Akumulasi dari hal-hal kecil sampai Tuhan percayakan hal-hal besar. 

Dan ini yang orang tidak sadari. Dia merasa dirinya kurang berkarunia dan orang lain lebih berkarunia. Dia merasa Tuhan kurang memberikan perhatian atau kurang memberikan kepadanya berkat-berkat rohani dibanding orang lain. Dan itu salah. Tuhan menyediakan berkat sebanyak-banyaknya untuk setiap individu. Dan itu tergantung bagaimana setiap individu meraihnya. Kalau misalnya, kita ada di depan layar kaca, televisi atau monitor komputer, apa yang kita lihat itu menunjukkan kesetiaan kita. Apakah kita mendengar khotbah, menonton sinetron atau sibuk bermain game? Itu semua tergantung kita. Atau ketika kita duduk diam, apa yang kita pikirkan? Di situ juga menentukan kesetiaan kita. Waktu kita olahraga jalan pagi atau sambil berenang, apa yang kita pikirkan waktu itu? 

Bagaimana kita menggunakan waktu, bagaimana kita mengisi percakapan-percakapan kita? Ingat, kesetiaan itu merupakan akumulasi dari segala hal yang kita lakukan. Dan kalau kita setia di situ, maka kita mengumpulkan karunia-karunia yang Allah telah sediakan bagi kita. Karunia hikmat, karunia marifat. Jadi jangan heran jika ada hamba Tuhan yang diurapi Tuhan luar biasa, sementara kita merasa pengurapan kita tidak sekuat hamba Tuhan tersebut. Jawabannya adalah karena ia telah membayar harganya sejak bertahun-tahun lampau. Dia melewati tahun-tahun panjang ada di ruang doa. Dia memiliki dialog-dialog dengan Allah, dia begitu karib dengan Tuhan dan memiliki percakapan. Dia meninggalkan kebangsawanannya, dia meninggalkan martabatnya dan dia banyak mengasingkan diri untuk bertemu dengan Tuhan. Jadi, kalau seseorang berada di tempat tersembunyi, di balik yang dapat dilihat orang, artinya dia setia. 

Maka perhatikan bagi para pendeta atau pembicara bahwa penampilan kita di mimbar itu menunjukkan apa yang kita lakukan setiap hari. Setiap hari, kalau hamba Tuhan itu seperti “merakit bom”, maka ledakan di mimbar itu akan sangat ditentukan oleh bagaimana seseorang hari-hari hidupnya diisi. Kalau seorang hamba Tuhan tekun berdoa, hidup suci, jaga kekudusan; itu ledakannya di mimbar berbeda dengan orang yang hidupnya sembrono atau ceroboh. Dulu kalau kita mau khotbah, biasanya kita minta Tuhan mengurapi sampai berlutut di kursi di mana kita duduk. Jadi, kalau kita diundang khotbah atau kalau kita khotbah di gereja sendiri, kita duduk paling depan, jadi sebelum khotbah kita berlutut minta diurapi, kita angkat tangan minta diurapi. Tetapi dari pengalaman, kita merasa bahwa kita seperti ringan, tidak berat, tidak ada pengurapan yang kuat. 

Sudah berlutut, sudah berdoa, kenapa tidak diurapi? Karena persiapan khotbah bukan hanya pada waktu kita mencatat apa yang mau kita khotbahkan atau pada waktu mau berkhotbah kita berlutut terlebih dahulu, tetapi setiap saat, menit demi menit bagaimana kita mengisi hari hidup kita. Itulah persiapan khotbah yang sesungguhnya. Maka betapa berat tanggung jawab para pendeta. Dan betapa sakralnya mimbar kita, betapa terhormatnya kita memiliki mimbar. Yang karenanya kita harus mempersiapkan diri kita dengan baik. Ini bagi pendeta. Bagi kita yang bukan pendeta, yang tidak memiliki kesempatan berkhotbah, Tuhan akan mempertemukan kita dengan orang-orang yang harus kita berkati. Orang-orang yang melalui kita, Tuhan mau mengubah mereka. Maka, kita perlu persiapan. Memiliki kapasitas diri yang dapat menyentuh mereka. 

Jadi ingat, setia itu berarti kita mengakumulasi kekudusan, kesucian, kehidupan yang menghormati Tuhan setiap saat. Lebih dari ini, Roh Kudus akan tuntun dan pimpin kita, bagaimana meraih setiap berkat yang Allah sediakan bagi kita hari itu. Setiap hari Allah menyediakan berkat-berkat-Nya dan kita mau meraihnya. Maka, jangan berpikir yang tidak perlu kita berpikir, jangan lihat apa yang tidak perlu kita lihat, jangan lakukan apa yang tidak perlu dan tidak boleh kita lakukan.