Filipi 3:11, “Supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.” Sedikit sekali orang yang mempersoalkan hal ini dan ini tidak sederhana. Seseorang tidak akan memperoleh kebangkitan kalau tidak mengenakan kehidupan Kristus. Kasihan, banyak orang Kristen yang sekarang merasa suatu hari aman-aman masuk surga. Tubuh kemuliaan tidak bisa dikenakan atas tubuh yang masih berdosa, jiwa yang masih kotor atau keruh. Dan tubuh kita tidak bisa diubahkan jika pikiran dan tubuh kita masih tertuju kepada perkara-perkara duniawi. Selanjutnya di Filipi 3:17 tertulis, “Saudara-snaudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.” Rasul Paulus hidupnya itu menjadi role model dari kehidupan Anak Allah. Dan ini berita baik, ada orang-orang yang hidup seperti Paulus.
Filipi 3:18, “Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.” Seteru artinya musuh; musuh salib Kristus artinya orang yang hidup tidak sesuai dengan maksud salib itu diadakan oleh Allah Bapa. Ayat 19-21, “Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi. Karena kewargaan kita adalah di dalam surga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat, yang akan mengubahkan tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.” Kita harus memilih, mau memiliki tubuh kemuliaan atau tidak? Maka kita harus barter, supaya kita beroleh kebangkitan dari antara orang mati.
Dalam 1 Petrus 1:3 tertulis, “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati kepada suatu hidup yang penuh pengharapan.” Kalau tidak ada kebangkitan, maka tidak ada pengharapan. Dengan Yesus dibangkitkan, maka ada pengharapan kebangkitan dari antara orang mati. Inilah hidup yang penuh pengharapan, yang begitu penting, tidak boleh kita lupakan. Tidak ada pengharapan lain dalam hidup kita selain kita memiliki kebangkitan dan kita akan tinggal bersama Tuhan di Kerajaan Surga. Jangan ada pengharapan lain. Ini harus menjadi satu-satunya pengharapan kita. Gereja yang tidak mengajarkan ini dan tidak menekankan hal ini, berarti salah, menipu, dan bisa dikatakan jahat.
Selanjutnya di ayat 4-5, “Untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di surga bagi kamu, yaitu kamu yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.” Ini keselamatan ditinjau dari dimensi yang akan datang. Keselamatan ditinjau dari masa lalu, yaitu kematian Yesus di kayu salib, sudah selesai. Lalu keselamatan ditinjau dari dimensi sekarang, adalah kita yang sedang mengerjakan keselamatan. Kita harus mengalami perubahan untuk hidup dalam persekutuan dengan Kristus. Lalu, nanti kita akan melihat pemenuhan keselamatan itu.
Ayat 6-7, “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api, sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.” Kita tidak akan dibangkitkan sebelum teruji. Orang yang telah melewati ujian atau pengujian yang tampil seperti emas murni, adalah yang akan dibangkitkan; jadi itu tidak sembarang orang. Jadi tidak mudah, bukan? Ayat 8, “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia. Namun, kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan. Karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.” Ya, keselamatan jiwa kita capai lewat pengujian-pengujian seperti emas murni itu.
1 Petrus 1:13, “Sebab itu, siapkanlah akal budimu, waspadalah, dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.” Tidak ada yang lebih membahagiakan kita selain kedatangan Yesus. Seluruh pengharapan kita harus tertaruh di situ. Jika tidak demikian, kita tidak layak dibangkitkan dan masuk surga. Jangan menganggap Allah itu murah. Ayat 14, “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu, sama seperti Dia yang kudus yang telah memanggil kamu.” Kalau tidak kudus hidupnya, maka dia tidak bisa menaruh pengharapan. “Kudus di dalam seluruh hidup” berarti menaati apa yang dikehendaki Allah, selalu sepikiran, seperasaan dengan Allah. Pasti orang-orang seperti ini tidak terpesona dengan dunia. Pasti tidak! Sebab orang-orang seperti ini akan menaruh hatinya di Kerajaan Surga.