Ketika Tuhan berfirman, “Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku,” berarti kalau kita bekerja, menikah, punya anak, kita melakukan segala sesuatu, kita lakukan itu untuk Tuhan. Namun banyak orang tidak berani, artinya kurang percaya. Jangan takut mengambil keputusan, jangan takut. Apalagi kalau kita lihat gejala bahwa dunia akan berakhir. Tentu kita tidak tahu kapan, tapi grafik kemakmuran dunia, grafik keamanan dan kenyamanan makin merosot. Apa yang kita nantikan dalam hidup ini? Sejujurnya, kita tidak tahu hari esok terjadi apa. Dunia akan makin sulit dihuni. Tetapi kita percaya bahwa Tuhan berjanji, “Di mana Aku ada, kamu ada. Aku akan menjemput kamu,” Yohanes 14:1-3. Tapi, Tuhan tidak akan menjemput semua orang percaya. Tuhan menjemput orang Kristen yang mendengar suara-Nya, yang menjadi perawan suci di hadapan Allah.
Coba kita bertanya kepada diri kita sendiri, “Apakah saya tergolong perawan suci di hadapan Tuhan? Kira-kira kalau saya berdiri di hadapan takhta pengadilan Tuhan, apakah saya berani?” Kalau kita masih ragu, lalu mengapa kita tidak nekat? Kalau kita berani melangkah, maka Tuhan akan membawa kita ke kawasan rohani. Kita akan punya pengalaman sukacita, damai sejahtera di dalam Tuhan. Tuhan pasti memberkati kita. Dan ini adalah formula hidup yang Alkitab ajarkan, itu yang standar. Lihat bagaimana tokoh-tokoh hebat seperti Yusuf, Daud, Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego, dan lain-lain diberkati Tuhan. Mereka mencintai Tuhan sepenuhnya. Kenapa kita tidak memilih ini? Sekarang kita terus mengobarkan cinta kepada Tuhan.
Mungkin kita bukanlah orang yang berparas cantik atau berpenampilan ganteng, mungkin juga ekonomi lemah, pendidikan rendah, dan lain sebagainya. Itu tidak masalah. Di mata manusia mungkin kita tidak berharga. Tapi kalau kita bisa mencintai Tuhan dengan bulat, maka kita berharga di mata Allah. Dan ketika kita melakukan Tuhan istimewa, maka kita pun diperlakukan Tuhan istimewa. Mari kita mengambil keputusan untuk mencintai Tuhan secara utuh, tidak memberi ruangan hati kita kepada apa pun dan siapa pun. Kalau kita tidak militan, maka kita akan ditarik dunia. Dunia itu menarik keras, maka kita pun harus keras terhadap diri kita sendiri. Jadi, sementara kita kuliah, berkarier, berkeluarga, kita lakukan semua untuk kemuliaan Allah. Tuhan pasti memberkati dan kalau Tuhan datang nanti, kita adalah mempelai-Nya.
Siapa pun yang paling hancur di antara kita, yang paling tidak punya pengharapan, yang paling gagal, tapi kalau ia mau mencintai Tuhan dengan segenap hati, menempatkan Tuhan di tempat yang tepat dalam hidupnya, maka ia akan jadi istimewa. Tuhan bisa ubah hidupnya. Tapi hati kita harus mencintai Tuhan. Hidup kita harus tidak bercacat, tidak bercela. Kebahagiaan kita harus hanya Tuhan. Kalau kita percaya ada Allah yang hidup, Allah Yang Maha Kuasa, yang bagi-Nya tidak ada yang mustahil, mengapa kita tidak jadikan Dia segalanya dalam hidup kita? Jangan seperti kemarin-kemarin, kita bisa memuji Tuhan di gereja, kita bahkan melayani, tapi hati kita tidak penuh untuk Tuhan.
Ketika kita melangkah untuk berjanji, “Aku mau mengasihi Engkau dengan sepenuh hati, Tuhan. Aku tidak memberi ruangan untuk apa pun dan siapa pun,“ maka Roh Kudus akan tolong kita. Dan kita akan mengalami suatu pengalaman bersama Tuhan yang tidak terkatakan. Ayo, alami itu. Jangan nakal. Minta ampun kalau kita berbuat dosa sekecil dan sehalus apa pun, minta ampun. Jangan menikmati sesuatu yang Tuhan tidak ikut menikmatinya. Kita harus berjalan dengan Tuhan. Berkat Tuhan sediakan untuk orang yang hidup di dalam cinta kasih kepada Tuhan, sebulat-bulatnya hati, sepenuh hati untuk Tuhan. Hidup kita singkat, dan hidup ini tragis. Tidak ada yang kita harapkan di dunia ini. Kalaupun kita studi, kita karier, semua kita persembahkan untuk kemuliaan Allah.
Memang tidak sekaligus kita bisa sempurna, tapi waktu demi waktu ketika bejana hati kita dipenuhi oleh Tuhan, maka kita bisa sepenuh hati untuk-Nya. Kita bisa dan boleh punya kekayaan sebanyak apa pun, tapi jangan mengabdi dan menyembah kepadanya. Kita pasti berkata, “Saya tidak menyembah.” Sejatinya, kalau kita tidak menghormati Allah sepatutnya, tidak memberi hati sepenuh untuk-Nya, berarti kita menyembah ilah lain. Ketika kita sungguh-sungguh mengisi bejana hati kita dengan Tuhan, maka ruang hidup kita menjadi ruang Tuhan.