Ketika kita mendapat pencobaan-pencobaan dan kita bisa menang, maka waktu kita berdiri di hadapan takhta pengadilan Allah, tidak dijumpai cacat cela kita. Pertanyaannya, bagaimana hal itu bisa terjadi? Jawabannya adalah mengapa tidak setiap hari kita menghadap Tuhan dan minta diperiksa? Sebab kalau kita serius menghormati dan mengasihi Dia, setiap hari kita akan datang ke Tuhan dan berkata, “Masihkah ada dosa yang kulakukan, Tuhan? Masihkah ada kesenangan-kesenangan yang kuberhalakan? Masihkah ada motivasi yang salah dalam hidupku? Engkau yang mengadakan aku. Engkau yang menciptakan aku. Engkau yang menyelamatkan aku. Aku hidup hanya untuk Engkau.”
Dan memang itu standarnya orang Kristen: “Baik kamu makan atau minum, atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah;” “Bagiku, hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Kita harus berani memperkarakan tiga hal ini setiap hari. Duduk diam di kaki Tuhan secara pribadi, Tuhan pasti bicara, Tuhan pasti memberi tahu kesalahan atau dosa apa yang masih kita lakukan. Selesaikanlah semua sebelum kita menghadap takhta pengadilan Allah, sebelum kita tutup mata. Sebab kita tidak tahu kapan meninggal dunia. Karenanya, mari kita benahi terus. Tanyakan kepada Tuhan, “Masihkah ada dosa yang kulakukan, Tuhan? Masihkah ada kesenangan-kesenangan yang kuberhalakan? Masihkah ada motivasi yang salah dalam hidupku?” Hanya kalau kita menjadikan Tuhan satu-satunya kebahagiaan kita, kita menjadi kekasih Tuhan.
Mari pastikan hidup kita bersih. Jika ada salah, diakui, dibereskan, sehingga kita akan peka terhadap dosa. Setiap kali ada ketidaktepatan, bukan hanya perbuatan salah secara moral umum—seperti membunuh, mencuri, berzina—bahkan satu kata yang salah sudah membuat kita kehilangan damai. Keinginan-keinginan yang belum waktunya kita ingini, walaupun itu bukan suatu yang salah, juga bisa mendukakan hati Tuhan. Tiga hal ini, selalu kita perkarakan, maka kita lulus. Tidak usah menunggu di surga, di bumi pun kita dimuliakan Tuhan. Kita tidak akan dipermalukan Tuhan. Jadi, kalau Alkitab berkata, “Cari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semua akan ditambahkan kepadamu,” itu sama dengan jadilah anggota Kerajaan Allah sesuai dengan standar Kerajaan Allah. Kita perkarakan, sehingga kita meninggal kapan saja, tidak spekulasi, tidak untung-untungan, tidak pakai mudah-mudahan. Pasti kita dilayakkan bersama Tuhan Yesus. Kehidupan seperti ini benar-benar asyik.
Sempurna atau teleios juga berarti lengkap, utuh. Keselamatan adalah usaha Tuhan mengembalikan kita ke rancangan Allah semula. Apa rancangan Allah semula? Rancangan Allah semula adalah kita menjadi anak-anak Allah. Allah itu esa, tapi sifat-Nya, substansi-Nya, hakikat-Nya harus ada di dalam kita. Allah secara person itu hanya Elohim Yahweh. Tetapi kita adalah anak-anak Allah secara substance, secara hakikat, secara esensi; memiliki sifat-sifat Allah. Karenanya, dalam 2 Petrus 1:3-4, kita bisa memiliki sifat Allah. Jika kita belum memiliki sifat Allah, berarti kita belum utuh. Kita dilahirkan oleh orang tua kita, maka sifat-sifat orang tua, gen orang tua, turun ke kita sebagai anaknya. Tetapi bagi anak-anak Allah yang terus mendengar firman yang keluar dari mulut Allah, mereka memiliki gen Allah, sifat Allah. Itulah sebabnya Paulus mengatakan, “Bukankah kita ini keturunan Allah?” Keturunan dalam bahasa aslinya adalah genos (γένος). Kita tidak pernah menjadi Allah dalam arti pribadi Allah, karena kita manusia, tapi kita menjadi anak-anak Allah yang bersifat Allah, berkarakter Allah.
Sejatinya, sebelum kita dilahirkan oleh orang tua kita, kita telah dilahirkan di pikiran Allah. Dan Allah sudah memiliki rancangan mau jadi apa manusia seperti kita ini, maka kita diproses supaya utuh. Kalau mengikuti proses ini, lalu menjadi manusia seperti yang Allah inginkan di pikiran-Nya, maka ketika kita masuk surga, kita diberi nama baru. Jadi, sebagai hamba Tuhan, kita melayani untuk membuat setiap pribadi menjadi manusia utuh sesuai rancangan Allah semula, dengan karakteristik masing-masing yang berbeda. Artinya, kepribadian yang berbeda-beda, tetapi memiliki sifat Allah. Jadi, tidak masalah apakah kita menikah atau tidak, punya anak atau tidak, berpendidikan tinggi atau tidak, kaya atau miskin sebab semua itu tidak wajib. Yang wajib adalah kita menjadi manusia sesuai yang dirancang Allah.
Jadi, setiap kita mari tanyakan ke Tuhan, “Apa yang belum lengkap dalam hidupku?” Setiap kita berharga di mata Tuhan, dan kita dirancang untuk menjadi manusia sempurna; lengkap, utuh. Dan ukuran kelengkapan atau keutuhan seseorang adalah ketika ia menjadi manusia sesuai rancangan Allah. Setan tidak takut kalau kita jadi orang Kristen. Bahkan, setan tidak takut kita menjadi pendeta, tapi setan takut kalau kita menjadi manusia seperti yang dirancang Allah. Kita harus memilih, mau serupa seperti Tuhan Yesus atau serupa dengan setan? Hidup ini luar biasa, dan luar biasanya hidup kita adalah ketika kita diberi kesempatan untuk sempurna.