Suatu hari ketika kita menghadap Bapa dan takhta pengadilan Kristus lalu kita memandang kemuliaan-Nya, barulah kita merasa betapa Dia Yang Maha Mulia, layak menerima segala pujian, hormat, kemuliaan, dan sanjungan. Pada waktu itu, rasanya kita mau memberi apa pun yang kita dapat berikan. Baru kita menyadari bahwa tidak boleh ada yang kita sisakan untuk diri kita sendiri atau untuk siapa pun; segalanya hanya layak bagi Tuhan. Tetapi waktu itu, jika seseorang tidak mempersembahkan hidupnya dengan benar, maka ia pasti akan sangat menyesal dan terlambat. Ketika ada di hadirat Allah menyaksikan dan mengalami kemuliaan Allah, baru menyadari sepenuhnya bahwa Dia layak menerima segala sesuatu, yang baik, yang kudus, mulia, dan agung.
Sekarang ini orang belum menyadari dan mungkin tidak akan pernah menyadari, sampai melihat kemuliaan Allah nanti bahwa Dia layak menerima segala hormat, kemuliaan, dan keagungan. Layak dan memang semestinya menerima seluruh pengabdian hidup kita. Sekarang ini Tuhan seakan-akan tidak ada, seakan-akan tidak peduli, seakan-akan tidak terganggu dengan sikap hidup kita, apakah baik, apakah buruk, apakah memuliakan Dia atau tidak. Tuhan seakan-akan tidak peduli, tidak terganggu, tidak memberi respons, dan seakan-akan tidak berperasaan. Padahal, sesungguhnya tidak demikian. Ini hanya seakan-akan.
Kita harus yakin Dia Allah yang hidup, Maha Hadir, dan berperasaan. Tindakan kita menimbulkan reaksi Allah, dan tentu Ia akan merespons pada waktu-Nya. Di sinilah letak ujian seberapa kita memercayai bahwa Dia ada, hidup, dan nyata. Seperti yang dikatakan di dalam Ibrani 11:6, “Tanpa iman, tidak mungkin orang berkenan kepada Allah, sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” Bukan hanya dengan mulut mengaku ada Allah, tapi juga dengan perbuatan yang sungguh-sungguh. Tentu “sungguh-sungguh” di sini standarnya segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, segenap kekuatan; sungguh-sungguh mencari Dia. Inilah indahnya dan asyiknya hidup.
Bagi kita para aktivis dan pelayan jemaat maupun pendeta, asyik dan indahnya hidup kita bukan karena kegiatan gerejani, bukan khotbah, bukan mengorganisir kegiatan gereja, KKR, misi, diakonia, dan lain-lain, tetapi kalau kita dari menit ke menit selalu bertindak tepat seperti yang Allah kehendaki. Setiap kata yang kita ucapkan, setiap huruf yang kita ketik di gadget kita, setiap renungan hati, pikiran, perasaan kita, tepat seperti yang Allah kehendaki atau inginkan. Dia layak menerima seluruh pengabdian kita. Dan seluruh pengabdian kita bukan hanya hari Minggu ke gereja atau kegiatan pelayanan gereja. Tapi menit ke menit kita selalu melakukan kehendak Allah. Inilah isi hidup yang benar dan Allah kehendaki untuk kita miliki.
Ayo, kita sungguh-sungguh dengan segenap hati melakukan kehendak Bapa. Jangan lagi sibuk dengan hal-hal yang membuat kita tidak menyenangkan hati Allah. Jangan ribut dan repot dengan hal-hal yang tidak perlu kita ribut, kita repotkan, dan yang tidak perlu kita persoalkan. Yang kita persoalkan adalah bagaimana dari menit ke menit selalu tepat bertindak dan berbuat sesuai dengan kehendak Allah. Ini yang Bapa kehendaki harus kita lakukan. Jangan kita memberi pikiran, perasaan, dan perhatian tubuh-jiwa-roh kita untuk yang lain. Kita persembahkan sepenuhnya bagi Tuhan. Selalu melakukan kehendak Tuhan dan memenuhi semua rencana kekal Bapa.
Dengan demikian, kita menjadi anak kesukaan Bapa. Inilah asyik dan indahnya hidup. Jangan lakukan kesalahan yang dulu kita pernah lakukan. Jangan hidup lagi sama seperti dulu. Walaupun mungkin tidak berbuat kejahatan di mata manusia, tapi tidak melakukan ketepatan seperti yang Allah kehendaki dan Allah inginkan. Ayo, kita fokus ke Tuhan. Sepenuhnya kita serahkan hidup kita untuk kemuliaan Allah dan minta Roh Kudus menolong agar kita bisa menyelenggarakan hidup seturut dan sesuai kehendak Allah Bapa. Karenanya, dalam setiap kesempatan kita bisa bersama-sama menghadap Tuhan seperti doa pagi, jangan tidak kita ikuti. Jangan terlambat, kita harus konsekuen, konsisten, tepat waktu untuk berdoa dan menyembah Tuhan.