Skip to content

Roh yang Lemah Lembut dan Tentram 3

“Tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.”

Saudaraku,

Yang ketiga, orang yang lemah lembut adalah pribadi yang menerima keberadaan orang lain sebagaimana adanya. Sebagaimana Yesus menerima kita sebagaimana adanya kita, maka kita pun harus dapat menerima orang lain sebagaimana adanya orang lain. Mengapa suami bisa atau mudah selingkuh? Karena dia tidak bisa menerima istrinya sebagaimana adanya atau sebaliknya. Kalau hanya kecantikan, itu bisa memudarkan cinta. Tetapi kalau kasih yang tulus, menerima orang lain sebagaimana adanya, membuat kita bisa setia kepada pasangan hidup kita. Menikah itu bukan mencari kebahagiaan, melainkan memberi kebahagiaan. Bukan mencari, namun memberi.

Orang yang bisa memberi tanpa menuntut adalah orang yang bertumbuh dalam kedewasaan rohani. Mungkin kita melihat pasangan kita tidak secantik dulu tetapi belas kasih kita dalam dan kita bisa dengan tulus menerimanya. Tetapi ini tidak mudah, terkadang menyakitkan dan kejam sekali. Tetapi kita haru punya hati yang lapang, harus besar jiwa. Dalam berpasangan, mengalah itu memperkaya diri dan memperkaya orang. Tetapi orang pikir, mengalah membuat dirinya miskin, itu salah. Kita harus menerima orang lain sebagaimana adanya. Dalam banyak bagian dalam Alkitab diungkapkan dengan jelas bagaimana Tuhan Yesus menyambut pelacur, pemungut cukai, orang berdosa. Hebat sekali Saudaraku, hebat sekali. Kita harus bisa mencontoh dan meneladani Tuhan Yesus.

Orang miskin tidak boleh membuat kita merasa terganggu. Ada orang yang sudah miskin, banyak bicara, dan kampungan, tidak apa-apa. Kita perbaiki mereka. Sebaliknya, orang kaya juga tidak boleh membuat kita jadi berubah. Karena kita merasa rendah diri atau karena mau memanfaatkan kekayaan mereka. Tuhan Yesus sendiri menjamin tidak akan membuang orang yang datang kepada-Nya. Gereja juga harus bersikap seperti yang diteladankan Tuhan kita. Kita bersyukur karena kita pernah melewati hari-hari yang sulit. Namun Tuhan menolong kita lewat orang-orang yang diutus Tuhan sehingga sekarang kita bisa bercermin dari pengalaman hidup masa lalu dan bisa belajar menerima orang lain.

Tuhan Yesus menyambut setiap orang. Jangan menjadi moralis-moralis di dalam gereja. Kita harus hidup suci, tak bercacat dan tak bercela, tetapi jangan menjadi moralis yang sok suci dan membuang orang-orang berdosa. Sering di mana-mana orang berbicara mengenai LGBT. Kita memang tidak menerima pemberkatan nikah orang-orang seperti itu. Tetapi saya mau memberitahu kepada Saudara bahwa mereka tidak pernah memilih menjadi seperti itu. Seandainya sebelum dilahirkan, mereka melihat akan menjadi apa, belum tentu mereka mau dilahirkan. Jadi kita harus bisa menerima, jangan seperti orang yang invalid. Kalau mempunyai teman seperti itu, jangan kita meledeknya karena akan melukai.

Itu cara kita menghargai dan menerima orang lain sebagaimana adanya.  Jangan anggap mereka berdosa, kecuali mereka melakukan tindakan yang berdosa. Mari kita melihat Tuhan Yesus, bagaimana cara Ia menyambut orang-orang berdosa. Zakheus yang terbuang, perempuan berdosa yang mengurapi Yesus, dan Tuhan menerima mereka. Paulus dalam Roma 5:7 dan Efesus 4:2 mengatakan, “Terimalah satu dengan yang lain seperti Kristus telah menerima kita.” Hari ini kita tidak bisa mengenali dengan lengkap orang lain, bahkan diri kita sendiri. Jadi, jangan coba-coba kita menghakimi dan menilai orang karena masing-masing orang memiliki persekutuan dengan Tuhan yang sangat confidential, sangat pribadi.

 

Teriring salam dan doa,

Dr. Erastus Sabdono