Skip to content

Roh yang Lemah Lembut dan Tentram 1

“Tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.”

 Saudaraku,

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan roh yang lemah lembut dan tentram? Harus diakui banyak orang tidak memahami yang dimaksud dengan kelemahlembutan itu. Biasanya orang yang dipandang orang yang lemah lembut itu orang yang suaranya tidak keras. Lemah lembut bukan menunjuk orang yang gerakannya lambat, tidak kasar dalam perkataan, tidak bisa marah. Lemah lembut di dalam Alkitab ini tidak boleh diartikan secara umum sebagai konsep kebanyakan orang. Dan kalau pria lemah lembut biasanya memiliki penampilan cenderung feminim.

Di dalam bahasa aslinya, kata lemah lembut adalah praus. Di dalam Alkitab kita menemukan paling tidak di Injil Matius ada 3 kata yang diterjemahkan praus. Misalnya, ketika Tuhan Yesus berkata, “Datanglah pada-Ku yang letih lesu dan berbeban berat, aku beri kelegaan, belajarlah kepada-Ku karena Aku lemah lembut.” Dan ketika Yesus masuk kota Yerusalem, dikatakan: “Lihatlah Dia yang menunggangi keledai ini, Raja yang lemah lembut.” Praus memiliki pengertian bermacam-macam. Jadi, orang yang lemah lembut adalah:

 Yang pertama, orang yang rela diperlakukan tidak adil atau orang yang rela dilukai. Kita harus berpikir realistis bahwa hidup ini kita pasti bersentuhan dengan orang lain, tidak bisa tidak. Jangan berharap kita tidak dilukai, kita pasti dilukai. Dalam Perjanjian Lama kita bertemu dengan sosok yang terkenal lemah lembut, yaitu Musa. Bilangan 12:3, dikatakan bahwa tidak ada orang di bumi ini—pada waktu itu tentunya—yang lemah lembut seperti Musa. Dia didemo oleh kakak laki-laki dan kakak perempuannya, namun dia tidak membantah, dia diam. Padahal saat itu Musa adalah seorang pemimpin bangsa yang sangat terhormat. Walaupun dia ditentang oleh Harun dan Miryam, tetapi dia tidak melawan dan tidak membalas. Dia menyerahkan semua kepada kebijaksanaan Tuhan. Tentu ini adalah suatu hal yang menyakitkan, ketika saudara kandungnya sendiri bangkit melakukan konspirasi atau kudeta terhadap posisinya sebagai pemimpin bangsa Israel yang nyata-nyata ditunjuk oleh Tuhan.

Kita juga belajar dari yang mulia Tuhan kita Yesus Kristus ketika sebagai tawanan diperlakukan tidak adil oleh sekelompok orang-orang yang memushuhi-Nya, baik dari orang-orang Yahudi maupun non Yahudi. Benar-benar Dia diperlakukan dengan sangat hina, sangat keji. Tetapi di dalam keadaan seperti itu, seperti yang ditulis Lukas 23-24, Dia bisa berkata, “Ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”

 

Saudaraku,

Kita harus sampai pada taraf ini. Namun untuk sampai taraf ini, tidak bisa tidak, kita harus menghadapi keadaan tersebut. Jadi kalau kita pikir kita disundut oleh masalah, kita ditikam oleh orang di sekitar kita, bahkan orang yang kepadanya kita pernah menanam budi baik, itu harus diterima sebagai berkat. Inilah waktu dimana Tuhan mau mengajar kita. Dan momentum itu mahal sekali, harga pendidikan itu mahal sekali. Seorang tentara untuk menjadi tentara elit, harganya bisa ratusan dari tentara biasa. Kalau Saudara menjadi elitnya Tuhan, berapa berani kita bayar? Puji Tuhan, Yesus telah membayarnya di kayu salib dan semua kita diproyeksikan untuk memiliki kualitas diri seperti Dia. Supaya kita bisa mengarsipkan kelakuan-kelakuan kita yang elok, yang indah di kekekalan.

Jadi ketika kita mendapatkan perlakuan-perlakuan yang tidak adil, Tuhan mau kita membuat sejarah hidup yang indah, kisah hidup yang bisa diarsipkan di kekekalan. Terus terang kadang-kadang kita lupa karena kita tidak mau melepaskan hak kita, hak dihargai, hak dihormati. Kita harus menikam diri kita sendiri, jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Jadi, kalau Saudara menghadapi keadaan-keadaan sulit di sekitar Saudara, itu selain kita sedang digarap Tuhan untuk bisa sanggup menerima tekanan tersebut, juga Tuhan mau didik sampai kita bisa berkata, “Aku mengampuni mereka.”

Di satu sisi, sejatinya, kita juga sedang dikikis; kesombongan, ketidakrelaan kita kehilangan harta. Alkitab mengatakan di Filipi 7:5, dan kita harus merindukan memiliki kualitas diri seperti ini. Tujuan kita mau bergereja karena kita mau berubah. Oleh sebab itu Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita agar kita memberikan pipi kanan apabila pipi kiri kita ditampar. Ini satu hal yang nyaris tidak bisa dilakukan oleh banyak orang. Apalagi orang sudah terlanjur terhormat, mereka sudah biasa dihormati lalu dilecehkan. Jadi kalau kita dianiaya dengan perkataan yang tidak patut, jangan dirasa.

Tuhan Yesus pernah memberikan contoh kepada kita, dan Tuhan menyanggupkan kita dapat melakukan segala kehendak-Nya, kita harus optimis. Jadi kalau Tuhan Yesus berkata, “belajar kepada-Ku karena Aku lemah lembut” artinya Aku bisa diperlakukan tidak adil, kamu juga mestinya bisa. Jadi ketika kita bisa melewati semua keadaan itu, baru kita berkata: “Memang Tuhan mengizinkan semua itu terjadi untuk kebaikanku.”

 

Teriring salam dan doa,

Dr. Erastus Sabdono