Skip to content

Rambut Kepalamu pun Terhitung

Saudaraku,

Kalau Tuhan berkata, “rambut kepalamu pun terhitung,” itu maksudnya bahwa kita adalah milik Tuhan; termasuk rambut kepala kita pun milik-Nya. Seperti orang pada zaman itu, kalau dia memiliki domba, dia akan menghitung jumlah dombanya. Bahkan dikatakan di Alkitab, dia kenal dombanya satu persatu. Jadi, kalau Tuhan menghitung rambut di kepala kita, jangan hanya melihat aspek di mana Tuhan memperhatikan, melindungi dan menjaga kita, namun perhatikan juga bahwa Tuhan adalah pemilik hidup kita. Maka, Dia menghitung rambut kita. Dia yang miliki diri kita sampai rambut kita pun diklaim sebagai milik-Nya. Jadi, kalau segenap hidup kita milik Tuhan, mestinya tidak ada yang kita pertahankan. Dalam hal ini, khususnya bagi para hamba Tuhan, kita harus jadi teladan bagi sesama. Bukan supaya dipuji, namun supaya masih disisakan orang yang mau memberikan segenap hidup.

Rasul Paulus berkata, “Aku dengan tangan sendiri ini bekerja membuat kemah, dan hasil dari pelayanan ini kupakai untuk ongkos perjalananku dan perjalanan teman-temanku.” Di ayat yang lain, Paulus juga mengatakan, “Emas dan perak tidak kuingini daripadamu, aku sendiri yang bekerja untuk mencukupi kebutuhanku.” Bukan kesombongan, tapi supaya menjadi teladan, jadi inspirasi. Jangan sampai nanti di kekekalan, ketika seseorang ditanya oleh Tuhan, “Kenapa kamu tidak buat apa-apa?” Maka dia akan menjawab, “Siapa yang saya contoh? Tidak ada orang yang mengajarkan dan menjadi teladan.” Seperti Paulus berkata, “Ikuti teladanku.” Apanya? Ya, saksikan apa yang kita lakukan. Jadi kalau kita berkata, “Tuhan, apa yang masih kusisakan, yang aku tidak rela Engkau ambil? Beritahu, aku serahkan pada-Mu,” karena memang seperti yang dikatakan dalam 1 Korintus 6:19 bahwa kita bukan milik kita sendiri, hidup kita adalah milik Tuhan. Tak ada partikel paling kecil pun yang berhak kita miliki.

Saudaraku,

Kalau kita mau menjadi sahabat Tuhan, jangan ada yang kita cintai lebih dari Tuhan. Kalau Anda bersahabat dengan manusia lain, tidak ada tuntutan itu. Tapi kalau bersahabat dengan Tuhan, Tuhan harus menjadi kecintaan Saudara lebih dari apa pun dan siapapun. Dia harus menjadi harta kita, dan itu luar biasa, Saudaraku. Jangan hanya membaca Surat Gembala ini saja, tetapi lakukan sebelum waktu hidup kita usai. Kita sudah mengikat perjanjian dengan Tuhan, maka kita harus rela menyerahkan segenap hidup kita. Bukan berarti lalu semua uang kita untuk gereja. Kita harus peka dengan suara Tuhan, apa yang kita harus lakukan. Jadi, kita harus membuka diri dan berkata, “Apa yang aku miliki yang belum kuserahkan kepada-Mu?”

Prinsipnya bukan berapa banyak yang sudah kita berikan untuk Tuhan, melainkan apakah masih ada sisa yang kita pertahankan untuk diri kita sendiri. Jangan sisakan. Saudara tidak akan menjadi miskin atau menjadi orang yang berkekurangan dan dipermalukan. Kalau kita mau menjadi sahabat Tuhan, mestinya Tuhan yang menjadi satu-satunya harta kita, hati kita harus melekat kepada-Nya, tidak melekat kepada siapapun. Inilah kesederhanaan hidup yang Tuhan ingin kita praktikan. Kesederhanaan hidup itu ternyata berakar pada satu hal: jangan mengingini apa pun. Hidup menjadi sederhana ketika kita merasa bahwa harta kita hanya Tuhan. Kita bisa dimiliki Tuhan sepenuhnya kalau kita memiliki Dia saja dalam hidup, maka rambut kepala kita pun terhitung. Namun kalau kita merasa memiliki banyak hal dan terikat dengan berbagai kesenangan, untuk apa Tuhan menghitung rambut kepala kita? Karena itu milik kita sendiri yang kita nikmati sesuka hati kita.

 Saudara,

Jadi, kalimat “rambut kepalamu pun terhitung,” bukan untuk semua orang Kristen, melainkan untuk mereka yang disebut sebagai sahabat-sahabat-Nya. Ketika kita membaca perikop ini, konteksnya mengenai orang-orang Kristen yang teraniaya yaitu ketika orang-orang Kristen dibawa di hadapan para penguasa karena percaya Yesus. Orang-orang yang mempertaruhkan hidup demi pekerjaan Tuhan. Makanya Tuhan berkata, “Jangan takut, jangan takut akan apa yang dapat membunuh tubuh, jangan takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepadamu siapa yang harus kamu takuti. Takutilah Dia yang setelah membunuh tubuh mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia.”

Melewati perjalanan panjang, baru kita mengerti bahwa Dia tidak melupakan aku. Hari ini kita masih hidup, hari ini Tuhan cukupi kebutuhan kita. Hari ini Tuhan tidak mempermalukan kita karena kita membela pekerjaan-Nya, walaupun tidak sempurna. Belajar dari perjalanan hidup ini, maka kita berprinsip: “Aku tidak akan berhenti melayani Tuhan, aku tidak akan berhenti membela Tuhan.” Sebab ketika kita membela Tuhan, karena memang kita adalah milik-Nya yang harus membela Tuhan, maka rambut kepala pun terhitung. Tuhan jagai kita sempurna. Khususnya bagi mereka yang masih muda, jangan takut sebab kalau kamu hidup untuk Tuhan, Tuhan jagai kamu sempurna. 

Jangan menjadi orang yang tidak berguna untuk pekerjaan Tuhan; berjuanglah untuk Kerajaan Surga. Ambillah bagian untuk pekerjaan Tuhan, sekecil apa pun pekerjaan itu. Bertanyalah kepada Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Tuhan menghitung rambut kepala kita karena kita milik-Nya dan kita berguna bagi Kerajaan Surga. Jangan tidak buat sesuatu, karena bagaimanapun Saudara pasti memiliki sesuatu yang bisa Saudara persembahkan bagi Tuhan. Bertanyalah kepada Tuhan, “Apa yang harus kulakukan, Tuhan?” Sekecil apa pun itu, sesederhana apa pun, kita bisa berbuat sesuatu untuk Tuhan. Kalau kita melakukan sesuatu untuk Tuhan, berarti kita jadi hamba Tuhan. Dan kalau kita jadi hamba Tuhan, kita terpelihara oleh Tuhan.

 

Teriring salam dan doa,

 

Dr. Erastus Sabdono

 

Kalimat “rambut kepalamu pun terhitung,” bukan untuk semua orang Kristen, melainkan untuk mereka yang disebut sebagai sahabat-sahabat-Nya.