Skip to content

Pikiran yang Diubah

 

Melepaskan diri dari ikatan-ikatan dunia artinya kita memiliki kesenangan dan kebahagiaan hanya Tuhan saja, Tuhanlah satu-satunya harta kekayaan kita. Mengapa Tuhan berkata di Lukas 16:11, “Jika kamu tidak setia dalam hal mamon yang tidak jujur, kamu tidak akan memiliki harta yang sesungguhnya?” Artinya, kalau kita masih terikat dengan kekayaan dunia, maka kita tidak dapat mengerti kebenaran. Kalau kita masih mengecap dunia ini manis, kita tidak bisa mengenal kebenaran. Karena kita hanya punya satu nyawa, maka jangan sampai ketika kita mati, kita dibuang.

Jadi, produknya Tuhan itu adalah bagaimana kita menjadi alat peraga Tuhan. Dan untuk menjadi alat peraga Tuhan itu, pikiran kita harus diubah. Itulah sebabnya di Roma 12:2 dinasihati, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Pikiran kita harus diubah dengan firman yang benar. Karena banyak di antara kita yang masih ‘sakit.’ 

Tapi masalahnya, banyak orang merasa tidak sakit. Kalau orang sakit, dan sakitnya itu mengancam nyawanya, dia pasti cari dokter yang terbaik. Dia tidak mau mati, dia mau sembuh, dia pasti cari rumah sakit yang bisa memberikan treatment yang terbaik. Sebaliknya, kalau orang tidak merasa sakit, maka dia tidak merasa perlu ke dokter atau tidak perlu ke rumah sakit. Orang yang merasakan jiwanya sakit, maka dia akan mencari gereja Tuhan; gereja yang menyuarakan kebenaran yang murni. Dan untuk mengetahui mana gereja yang benar dan tidak benar, kita harus bertanya kepada Tuhan.

Kita harus sungguh-sungguh mengerti, bahwa menjadi Kristen berarti kita dipanggil memperagakan kehidupan Bapa. Dan keselamatan hanya dalam Yesus Kristus, di luar Kristus itu binasa. Jadi kalau kita tidak menerima Yesus karena memang bukan umat pilihan, maka kita dihakimi menurut perbuatan. Tapi kalau sampai kita, umat pilihan, melawan Yesus, bahaya. Kita melawan Raja, melawan Anak Allah yang diberi kekuasaan untuk memerintah di kekekalan. Maka kita diajari mengenakan hidup-Nya Bapa yang diperagakan melalui hidup-Nya Tuhan Yesus. Dan itu menakutkan kuasa kegelapan. Setan itu tidak takut dengan pendeta, tapi setan takut kalau sampai orang memperagakan hidup Yesus. 

Sebab tujuan setan adalah memiliki hidup seseorang. Tapi kalau sampai setan tidak punya pangkalan sama sekali dalam hidup seseorang, dan orang itu memperagakan hidup Tuhan Yesus, kalah dia. Maka, kita harus tahu bahwa menjadi Kristen itu sebenarnya tidak berat, juga tidak sulit, tapi mustahil. Sebab perasaan dan pikiran Allah yang tidak kelihatan harus kita peragakan; mustahil. Tapi Roh Kudus akan menuntun kita. Jadi, kalau kita masih mencintai dunia, kita tidak akan mendapatkan pengertian yang benar tentang Tuhan, kita tidak akan mampu memperagakan pikiran dan perasaan-Nya.

Itu yang harus kita perjuangkan. Di mata dunia ini tidak wajar, tapi selama kita masih mau hidup wajar seperti anak dunia, kita tidak bisa menjadi anak-anak Allah yang benar. Kalau kita tidak bisa menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya harta kita, kita pasti berkhianat suatu hari. Sekarang belum, karena Tuhan masih beri kesempatan. Kira-kira nanti kalau di ujung waktu, di ujung ajal, waktu kita mau meninggal dunia, apakah kita dapat melihat senyum Tuhan? Kita harus memperkarakannya secara serius. Bagaimana kita bisa tahu bahwa di ujung waktu kita nanti, kita akan melihat senyum Tuhan? Tidak boleh spekulatif, mestinya kita jawab, ya. Apa alasan dasarnya? Percaya saja? Tidak boleh. 

Dasarnya adalah kalau setiap kali kita datang menghadap Tuhan, kita berkata, “Selidiki Aku, Tuhan, adakah sesuatu yang salah yang kulakukan?” Dan setiap keputusan dan pilihan yang kita lakukan harus bukan berdasarkan kesenangan dan pertimbangan pikiran kita sendiri, tapi berdasarkan naluri yang Tuhan berikan. Maka kita harus punya naluri agar bisa mendengar suara Tuhan atau melihat di dalam roh (Yun. hora’o). Matius 5:8, “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.” Ini melihat dengan hati. 

Jadi, kita harus berdoa, punya waktu selama 30 menit, 1 jam, duduk diam, kita akan bisa tahu, apakah kita membuat Tuhan berduka atau tersenyum. Tuhan tersenyum kalau Dia melihat apa yang kita lakukan merupakan produk Dia, produk Roh Kudus yang ditaruh di dalam diri kita. Sejujurnya, di dalam diri kita, ada unsur-unsur fasik atau unsur manusia lama—kebengisan, kesombongan terselubung—dan itu sering dibangkitkan lewat sebuah mekanisme ketika kita menghadapi situasi yang tidak nyaman. Namun, itu semua adalah cara Tuhan untuk mengingatkan kita bahwa ternyata di dalam diri kita masih ada kesombongan, keangkuhan, kebengisan, dendam yang membuat kita tidak bisa memperagakan pikiran dan perasaan Allah. 

Maka sekarang kita harus memilih, apakah kita mau melestarikan produk manusia lama kita, atau kita akan membangkitkan, melahirkan, sampai bisa membiasakan produk Tuhan dalam hidup kita?