Tidak mungkin Tuhan berkata kepada seseorang, “Ini anak-Ku yang Kukasihi, kepadanya Aku berkenan,” kalau hati orang itu belum tersambung dengan Tuhan. Maka seharusnya kita bisa berkata seperti pemazmur berkata, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi.” Cinta kita semakin menyatu dengan Tuhan. Kalau cinta manusia bisa makin pudar dan padam, tapi cinta kepada Tuhan akan makin menyala. Jadi, kita harus menjadikan Tuhan lebih dari sekadar hobi atau kesukaan. Sehingga kita bisa berkata seperti pemazmur di Mazmur 42:2, “Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.”
Dunia hari ini harus kita hadapi dengan kekristenan yang benar-benar fanatik, freak, dan gila-gilaan untuk Tuhan. Pagi, siang, malam, setelah kita menyelesaikan tanggung jawab dan tugas kehidupan yang kita miliki, kita mencari Tuhan. Dan bahkan mestinya, baik kita makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Tuhan. Sejujurnya, dulu kita masih memberi ruangan untuk beberapa hal. Dan itu yang membuat kita gagal menjadi jurubicara Tuhan. Sebab sebagai jurubicara Tuhan, fokusnya harus Tuhan sepenuhnya dan harus hidup di dalam kekudusan. Jangan men-distract pikiran kita dengan hal-hal yang tidak Tuhan kehendaki masuk dalam pikiran kita.
Petualangan hidup yang bernilai adalah petualangan hidup mencari dan menemukan Tuhan. Mau tidak mau, walau kita mungkin dianggap ekstrem, berlebihan, fanatik, sudah kegilaan, dan lain sebagainya. Setiap saat kita hidup di hadirat Tuhan, ada di dalam suasana hadirat Allah. Ada banyak baju yang bisa kita pakai, tapi kita memilih memakai baju kekudusan. Tapi sering baju kita robek. Yang itu sama dengan kita merobek kekudusan. Akhirnya kita memakai baju yang salah. Kalau anak-anak muda mulai sekarang belajar memakai baju kekudusan, tidak kalian ganti dengan pakaian lain, maka kalian tetap ada di hadirat Allah.
Mengapa Tuhan menghubungkan kekudusan-Nya dengan kekudusan kita? Karena tanpa kekudusan, seseorang tidak bisa menghampiri Allah. Maka, pakailah pakaian kekudusan. Sehingga Allah menjadi hidup di dalam hidup kita. Dan ketika kita menghadap Tuhan, seakan-akan kita tidak pernah belajar teologi. Kita hanya mau bertemu dengan Tuhan dan merasakan kehadiran-Nya. Tetapi setelah itu, jangan memberi waktu untuk hal yang Tuhan tidak suka kita melakukannya. Ya, itu siksaan rasanya. Tapi kita harus berpikir bahwa tidak ada kehidupan di luar Tuhan. Namun sejujurnya, masih ada kesenangan-kesenangan dan hal-hal yang kita pandang berharga dalam hidup ini. Dan itu sulit untuk kita lepaskan.
Karenanya kita harus terus mencari Tuhan sampai ‘krek.’ Kalau sudah sampai ‘krek,’ kita pasti kecanduan Tuhan karena kita sudah menemukan selera kudus, selera kekal, sehingga kita merasa tidak membutuhkan yang lain. Ini tidak mudah. Ketika kita berkata, “ku perlu Kau, Tuhan” sejujurnya, mungkin saat itu kita merasa perlu Tuhan karena punya masalah, punya kebutuhan yang belum terpenuhi, dan berbagai hal lain. Maka, jangan merasa sudah menemukan Tuhan, lalu kita puas diri. Ibaratnya, kalau kita dibawa ke satu gua, dan ternyata ada emas berkilo-kilo, maka kita pasti cari karung sebanyak-banyaknya.
Kita bisa masuk gua rumah Tuhan di ruang hidup, atau di kamar, dan di dalam perjalanan hidup kita. Kita pasti tidak hanya mau menggenggam dua batang emas. Kita akan bawa karung, sebanyak-banyaknya. Oleh sebab itu, jangan membuat hidup kita bocor dengan memberikan waktu dan perhatian kita kepada sesuatu. Ketika seseorang menutup mata, masuk ke dalam kekekalan dan melihat kemuliaan Tuhan, ia baru menyadari betapa berharganya Tuhan.
Tuhan telah membuka diri untuk dimiliki sebanyak-banyaknya, tapi kita mengambil sekecil-kecilnya karena kita sibuk dengan banyak hal lain. Kita harus seekstrem-ekstremnya untuk Tuhan agar semakin ‘krek’ menjadi kekasih Tuhan. Kita bukan hanya mendapat tempat istimewa nanti di kekekalan, namun sejak di bumi pun dipelihara Tuhan. Lalu mengapa kita tidak meraih sebanyak-banyaknya, mengambil sebanyak-banyaknya sampai mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Suatu hari kita tidak pergi ke gereja kita lagi, tidak masalah, tapi temukan Tuhan dalam hidup kita.
Perjumpaan Allah secara pribadi dengan Abraham, Ishak, dan Yakub dan Allah yang menemui Musa di padang Median adalah Allah yang bisa menemui kita di ruang hati kita dan berjalan bersama dengan kita. Mari, fokuskan diri kita ke Tuhan. Namun, sedikit sekali orang yang sudah mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Padahal kita akan makin mengerti betapa indahnya hidup ini kalau diisi pengembaraan mencari Tuhan. Kita sudah mengisinya dengan studi, berkarier, cari uang, menikah, punya anak, dan berbagai petualangan lain. Sekarang petualangan kita hanya difokuskan untuk menemukan Tuhan, tidak ada yang lain.
Petualangan hidup yang bernilai adalah petualangan hidup mencari dan menemukan Tuhan.