Skip to content

Pesta Rohani

 

Tidak bisa dibantah, tidak bisa ditolak, tidak bisa dihindari bahwa eskalasi dari dunia yang bergejolak akan semakin meningkat. Ini bukan ramalan dari perspektif ekonom, budayawan, atau siapa pun, melainkan dari perspektif Alkitab. Jadi, ketika dunia makin tidak nyaman dihuni, krisis ekonomi berlangsung, bukan saja atas negara-negara yang sedang berkembang, tapi juga negara-negara adidaya. Lalu, konflik-konflik terjadi yang melibatkan negara-negara besar, maka ini sudah merupakan isyarat bahwa apa yang dinubuatkan Alkitab itu digenapi. Dunia tidak akan bertambah menjadi baik, tidak mungkin, karena Tuhan Yesus sendiri telah menubuatkan itu di Injil Matius 24. Di tengah-tengah dunia yang makin tidak menjanjikan, dunia yang makin tidak ada kepastian, kita sebagai umat pilihan harus mengadakan pesta rohani sebesar-besarnya. Pesta rohani di sini maksudnya kebersamaan dengan Allah Yang Maha Besar, Allah yang melampaui segala masalah, Allah yang lebih besar dari perang sebesar apa pun, Elohim Yahweh, lebih besar dari krisis ekonomi mana pun. 

Kita harus menarik garis batas bahwa kita adalah umat yang dipersiapkan untuk mewarisi Kerajaan Surga. Dunia bukan bagian kita. Di mana dunia makin rusak, makin hancur, kita makin mempersiapkan diri mewarisi Kerajaan Surga. Tidak banyak orang yang sebenarnya siap, karena pikiran duniawi mereka telah mengunci, seakan-akan tidak ada bab berikut. Kita punya dua bab. Bab yang pertama, kehidupan bumi ini. Bab yang kedua, kehidupan di langit baru bumi baru. Tapi orang-orang pada umumnya berpikir bahwa hanya punya satu bab, seakan-akan dunia ini satu-satunya kesempatan menjalani kehidupan. Tetapi ironis, tidak semua orang percaya yakin, karena hal ini bukan saja cukup untuk disetujui dan dimengerti dengan pikiran, namun hal ini harus dihayati setiap hari. Tidak cukup menghayati dengan nalar, logika, karena mendengar penjelasan, tetapi harus disertai menghayati kehadiran Allah dalam hidup. 

Tanpa menghayati kehadiran Tuhan, kita tidak bisa meyakini secara utuh bab selanjutnya atau bab kedua. Kalau hanya logika yang menangkap, oleh karena satu penjelasan, kita tidak akan bisa memiliki tindakan nyata dalam melakukan sikap berkemas-kemas. Tetapi ketika kita menghayati kehadiran Tuhan, menghayati sukacita dan damai sejahtera-Nya yang mengalir—yang kemudian kita bisa mengerti bahwa sukacita di dalam Tuhan melampaui sukacita kesenangan atas apa pun yang disediakan dunia—baru kita bisa menghayati bab selanjutnya. Sejujurnya, sebagian besar kita masih menikmati dunia. Dan ketika kita menikmati dunia, kita tidak merasa yakin ada kehidupan yang lebih baik nanti, seakan-akan kehidupan hari ini adalah kehidupan satu-satunya yang kita bisa miliki dan nikmati. Mestinya kita tidak boleh terikat dengan kenikmatan, hiburan, atau fasilitas apa pun yang disediakan oleh dunia ini. 

Kita bisa menggunakan barang-barang dunia tanpa terikat, kita bisa memiliki apa pun yang dunia sediakan, tapi semua kita gunakan untuk pengabdian dan pelayanan kita kepada Tuhan. Tapi kehidupan ideal secara kristiani seperti ini terus terang jauh dari kehidupan banyak orang, hanya segelintir orang yang sungguh-sungguh bisa menghayati. Kita harus bergerak keluar dari Mesir dunia. Tidak banyak orang Kristen yang sungguh-sungguh bergerak keluar. Sebenarnya orang-orang Kristen seperti ini adalah orang-orang Kristen yang tidak tahu arah hidup. Paulus mengatakan, “Aku bukan seperti petinju yang sembarangan memukul, aku bukan atlet yang hanya berlari tanpa tahu di mana garis akhir.” Lihat, begitu banyak orang sibuk, tapi tidak jelas ke mana arah perjalanan hidup. 

Ketika Alkitab berkata, “Baik engkau makan atau minum atau melakukan suatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” Di situ hidup kita disita untuk kemuliaan Allah; artinya apa pun yang kita lakukan tujuannya adalah untuk membuat orang melihat Allah itu mulia dan untuk membuat Tuhan disenangkan. Apa yang membuat Tuhan disenangkan? Ia tidak mengingini seorang pun binasa, dan itu dimulai dari diri kita sendiri. Kita harus keluar dari Mesir dunia ini menuju Kanaan surgawi. Ayo kita bergerak. Di tengah dunia yang sekarang makin tidak pasti, maka tidak ada yang kita bisa diharapkan dari dunia ini. Ini tidak membuat kita pesimis hidup, kita masih semangat bangun pagi, bekerja, berkarier, studi, dan lain-lain, tetapi semua ini kita arahkan untuk menyambut Kerajaan Surga yang akan datang.

Dunia bisa mengalami kehancuran total, dan itu tidak menakutkan kita, karena kita menantikan negeri yang tidak tergoyahkan selama-lamanya. Mari kita berpesta rohani; yaitu kita hidup dalam kebersamaan dengan Tuhan. Pesta rohani tidak membutuhkan makan minum dan fasilitas lahiriah atau duniawi. Yang dibutuhkan adalah hati yang haus akan Allah, hati yang merindukan Tuhan, hati yang merindukan sungguh-sungguh akan ada di dalam Kerajaan-Nya. Dan ini tidak bisa kita hayati hanya sekadar mengerti di dalam nalar, tetapi kita harus berjumpa dengan Tuhan setiap hari. Dan perjumpaan dengan Tuhan itulah pesta rohani kita.