Iblis selalu mencoba untuk menarik orang percaya keluar dari persekutuan dengan Tuhan, lalu masuk kembali dalam persekutuan dengan kuasa kegelapan. Maka Alkitab berkata dalam 1 Petrus 5:9, “Lawanlah dia dengan iman yang teguh.” Iman yang teguh artinya kesungguhan untuk menuruti kehendak Allah. Dalam hal ini, “iman” bukan sekadar keyakinan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Jadi kita tidak boleh pasif. Jika kita hanya bersikap pasif, maka kita pasti menjadi mangsa kuasa kegelapan. Kita dilahirkan dengan keadaan seperti masing-masing kita, tanpa kita minta. Tetapi di tangan Tuhan, kita ini bisa menjadi seseorang yang luar biasa. Ini kabar baiknya. Masalahnya, mau atau tidak kita dibentuk oleh Allah menjadi bejana yang indah di taman Tuhan. Keputusan itu berasal dari kebebasan kita memilih.
“Lawan dia,” artinya kita harus berusaha untuk taat. Dengan kita taat kepada Allah, sama dengan mengikut jejak Tuhan Yesus, Iblis akan lari. Firman Tuhan mengatakan: “Tunduklah kepada Allah dan lawanlah Iblis, maka ia lari dari padamu. Mendekatlah kepada Allah, dan Allah akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa, dan sucikanlah hatimu, kamu yang mendua hati,” Yakobus 4:7-8. Ini jalan yang Tuhan tunjukkan. Tetapi jalan ini tidak mudah, karena apa? Karena ikut jejak Tuhan Yesus itu memang sulit. Iblis itu cerdik. Sementara beredar di mana-mana bahwa pengajaran seakan-akan Iblis adalah yang mengganggu ekonomi, kesehatan, keluarga, karier, dan lain-lain. Iya, benar, itu bisa dikerjakan oleh Iblis.
Tetapi tujuan akhir kuasa kegelapan bukanlah ekonomi itu sendiri, bukan keluarga yang dihancurkan, bukan karier yang dikandaskan, melainkan agar kita tidak menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah, tidak menjadi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus, tidak menjadi corpus delicti. Makanya disesatkan dengan kalimat: “Bukan kita yang memilih Tuhan, melainkan Tuhan memilih kita,” titik. Benar, bukan kita yang memilih Tuhan, namun Tuhan yang memilih kita, tetapi jangan berhenti sampai di situ. Sebab setelah kita dipilih, kita harus memilih Tuhan. Maka—khususnya bagi anak-anak muda—bidik dulu manusia batiniah kalian. Ini fokusnya. Bukan berarti lalu kita tidak studi, tidak bisnis; bukan. Tetapi hati kita harus diarahkan untuk Kerajaan Surga.
Kelicikan Iblis juga ditebarkan lewat mimbar yang mengajarkan: “Minta apa saja dalam nama Yesus, maka kamu akan menerimanya” (Yoh. 14:13-14). Tetapi tidak diajarkan kalimat atau ajaran selanjutnya yang mengatakan, Kkalau kamu tinggal dalam Aku, Aku dalam kamu.” Syaratnya, kita harus tinggal dulu dalam Tuhan. Memang sulit, tetapi jangan menyerah. Ayo, kita keluar dari kebodohan kita, kita berubah, kita bertobat. Jadi kita tahu apa yang dibidik Iblis terhadap kita. Di satu sisi, sekelompok orang dibuat makmur, senang, limpah, kaya, tidak bermasalah, tetapi mereka diparkir di situ. Yang penting mereka tidak mengingini langit baru bumi baru, tidak makin serupa dengan Yesus atau makin sempurna seperti Bapa. Pada umumnya, mereka adalah orang-orang baik. Di sisi lain, sekelompok orang dibuat hancur-hancuran; rumah tangga, ekonomi, kesehatan, dan mereka juga diparkir di situ. Sama.
Iblis memang mengarahkan manusia untuk tidak menjadi anak-anak Allah yang berkarakter serupa dengan Yesus atau sempurna seperti Bapa. Cukup hanya menjadi baik, dan diparkir di situ. Kalau bisa, menjadi jahat. Dengan situasi hidup yang berantakan, itu bisa disempurnakan kejahatannya. Maka, para pelayan Tuhan harus memperhatikan mereka. Yang kaya, juga harus diperhatikan. Yang miskin dan susah, harus lebih diperhatikan. Yang anak-anaknya perlu topangan kita, supaya kita bisa memberikan belaian kasih sayang melalui perbuatan baik kita, dan mereka berkata: “Masih ada Tuhan.” Gereja harus benar-benar menopang jemaat. Jadi jemaat yang susah, harus mesti ditopang. Jangan sampai mereka menjadi kecewa kepada Tuhan karena gereja tidak berbuat apa-apa.
Keadaan sulit yang kita hadapi bisa menjadi sarana pendewasaan kita untuk diarahkan ke langit baru bumi baru, mengadakan perjalanan ke Yerusalem Baru. Sungguh, ini adalah perjalanan terakhir kita. Ayo, jangan sampai kita salah jalan. Jadi kalau karakter kita diperbaiki lalu kita mengadakan perjalanan ke Yerusalem Baru, dan kita melakukan kegiatan ini seluruhnya untuk kemuliaan Allah atau Kerajaan Surga, Tuhan akan membuka jalan. Allah yang mempunyai langit dan bumi, dan segala kuasa di tangan-Nya. Kita mungkin hari ini pesimis, “Bagaimana dengan kondisiku seperti ini aku bisa bangkit?” Tuhan punya bukan hanya 1000 jalan, namun lebih dari sejuta jalan. Dan tidak ada yang mustahil bagi Allah. Tetapi karakter kita diperbaiki dulu, arah perjalanan hidup kita harus diperbaiki dulu.
Keadaan sulit yang kita hadapi bisa menjadi sarana pendewasaan kita untuk diarahkan ke langit baru bumi baru, dan ini adalah perjalanan terakhir kita.