Skip to content

Percakapan dengan Allah

 

Dalam pertumbuhan iman yang benar, seseorang akan sampai di suatu wilayah atau kawasan di mana dia benar-benar hidup di dalam pergaulan dengan Allah, dalam kontak dengan Bapa setiap saat. Dan itu sangat mungkin terjadi karena Roh Kudus dimeteraikan di dalam diri kita. Kalau Roh Kudus dimeteraikan di dalam kita, mestinya atau idealnya ada percakapan dengan Allah setiap saat. Mungkin hal ini dianggap kurang wajar, tetapi mestinya ini yang wajar. Karena firman Tuhan mengatakan bahwa, “Roh Kudus menuntun kita kepada seluruh kebenaran.” Itu artinya dalam setiap saat, dalam segala keadaan, di setiap saat Roh Kudus berbicara kepada kita. Dan kita juga bisa berbicara kepada Roh Kudus yang sama dengan berbicara kepada Allah (Yoh. 16:13). 

Tetapi harus diakui, sedikit sekali orang yang sampai pada kawasan ini. Mengapa? Karena banyak orang merasa berhak memiliki urusan sendiri. Urusan wajar, urusan umum yang juga dimiliki dan digeluti oleh manusia pada umumnya atau hampir semua orang. Mungkin kita berkata, “Apakah kita tidak boleh punya urusan?” Oh, hidup kita pasti punya banyak urusan. Tetapi urusan kita itu harus urusan yang dasarnya adalah untuk kemuliaan Allah; “Baik kamu makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” Sebagai seorang hamba Tuhan, urusan kita adalah pekerjaan Tuhan atau kegiatan di lingkungan gereja yang disebut pelayanan. Tetapi itu bisa kita lakukan bukan dalam agenda untuk kemuliaan Allah. Sangat bisa kita lakukan untuk kepentingan diri sendiri atau paling tidak ada agenda-agenda kecil di mana kita masuk di dalamnya.

Seiring berjalannya waktu, kita mulai lebih mengerti kebenaran, lebih menyadari keberadaan dan motivasi hidup kita. Jadi motivasi hidup kita itu benar-benar hanya untuk urusan Allah Bapa di surga. Bagaimana segala sesuatu yang kita lakukan itu benar-benar hanya untuk kemuliaan Allah. Apakah itu bisa? Sangat bisa. Kita harus ingat bahwa tujuh puluh tahun bahkan seratus tahun umur hidup kita bila dibanding kekekalan itu tidak ada artinya, bahkan tidak setitik air di lautan. Jadi perbandingan setitik air di lautan itu masih kurang tepat dibanding dengan tujuh puluh sampai seratus tahun hidup kita dibandingkan kekekalan yang tidak berakhir, tidak berujung. Di singkatnya umur hidup kita ini mestinya kita bisa 100% hidup untuk Tuhan. Semua urusan kita itu urusan Tuhan; “Baik kita makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, kita lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” Mestinya kita bisa kalau kita memaksa diri. 

Jadi tidak ada sesuatu yang kita lakukan dengan motivasi untuk kesenangan diri, untuk kepuasan diri kita, tidak boleh ada. Dulu kita begitu, bahkan pelayanan pekerjaan Tuhan pun masih memuat agenda-agenda pribadi kita. Begitu rusaknya kita. Tapi kita tidak menyadari, bahkan kita merasa sedang melayani Tuhan dengan baik, padahal kita melakukan banyak kesalahan. Tidak murni motivasi hidup kita, walaupun itu baik dan murni di mata manusia, tapi sebenarnya tidak. Mari sekarang kita sadari. Para hamba Tuhan, jangan lupa periksa diri, jangan tidak kenal diri. Kesenangan menjadi pemimpin, kepuasan dipuji, kenyamanan punya kedudukan, walaupun memang kita tidak 100% haus kedudukan atau gila hormat, tapi masih senang dengan sekecil apa pun hormat yang bisa kita peroleh. Jika kita melakukan hal ini dengan sungguh-sungguh, maka terjadi koneksitas (hubungan), ada persekutuan, ada fellowship yang benar dengan Allah setiap saat. Ada percakapan tiada henti dengan Bapa di surga, karena memang kita hidup hanya untuk kepentingan Bapa. 

Kita bisa berkata, “Satu-satunya duniaku adalah Tuhan, satu-satunya duniaku adalah Bapa di surga, satu-satunya duniaku adalah melayani, mengabdi kepada Bapa di surga, menjaga perasaan Bapa, menyenangkan hati Bapa, menjadi anak kesukaan Bapa.” Kita bersyukur, banyak hal yang Tuhan kerjakan dan masih ada banyak hal yang Tuhan akan kerjakan ke depan. Kita bersiap untuk menerima lawatan Tuhan. Maka kita harus tetap ada di hadirat Tuhan, jangan berbuat kesalahan, fokus ke Tuhan saja. Kita harus berkemas-kemas, jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri. Jadi apa pun yang terjadi di dalam hidup kita, kita bersyukur. Kita berserah kepada Tuhan, yang penting kita hidup hanya untuk kepentingan-Nya, kemuliaan-Nya. Kita mohon petunjuk Roh Kudus, bagaimana hidup untuk kepentingan Tuhan, bagaimana bisa hidup sepenuhnya untuk Kerajaan Surga.