Skip to content

Perbaraan Tuhan

 

Sebagai seorang hamba Tuhan, kita harus benar-benar melekat dengan Tuhan. Hanya lewat ini kita dapat mengerti dengan tepat, presisi, akurat, lengkap, dan utuh apa yang Tuhan kehendaki di dalam kehidupan dan pelayanan seorang hamba Tuhan. Misalnya, ketika kita harus berdoa untuk orang sakit, apakah Tuhan menghendaki dia sembuh atau tidak? Atau sembuh tapi perlu progres bertahap? Dan ini yang dipertanyakan sejak dulu oleh banyak orang: “Bagaimana membedakan suara Tuhan dengan yang bukan suara Tuhan?” Pertama, suara Tuhan pasti tidak bertentangan dengan Alkitab, maka kita harus mendengar Firman Tuhan. Misalnya, ada suara di telinga kita begini, “Hai anak-Ku, jangan mengalah. Sebelum dia terkam kamu, terkam dulu. Hajar saja, beri dia pelajaran.” Itu pasti bukan suara Tuhan.

Yang kedua, suara Tuhan pasti memberi damai sejahtera. Tetapi perasaan damai sejahtera itu belum tentu ukuran yang tepat. Jika orang tersebut biasa menikmati sukacita atau kegirangan dari dunia ini. Jadi kalau sukacita kegirangan hidup seseorang dari dunia, dari fasilitas dunia, materi, dan hiburan-hiburannya, maka damai sejahteranya tidak bisa menjadi ukuran dan biasanya memang kacau. Tetapi kalau seseorang memiliki persekutuan dengan Tuhan dan tidak lagi terikat dengan materi, fasilitas dunia serta semua hiburannya, maka perasaan damai sejahteranya itu bisa jadi ukuran. Dengan demikian, ketika mendengar suara, dia tahu itu dari Tuhan atau bukan dari Tuhan.

Jadi, bagaimana kita bisa mendengar suara Tuhan secara tepat, akurat, utuh, atau lengkap? Yang pertama, kita harus belajar Alkitab karena Tuhan tidak mungkin berbicara di luar Alkitab ini. Yang kedua, kita harus menikmati Tuhan sebagai sumber sukacita dan damai sejahtera. Dan sejujurnya, ini tidak mudah. Karena kita harus melepaskan semua ikatan dan kesenangan dunia. Untuk itu, sebagai seorang pendeta atau hamba Tuhan itu mutlak tidak boleh punya kesenangan selain Tuhan. Karena ia harus benar-benar menangkap pesan Tuhan yang harus disampaikan kepada umat.

Yang ketiga, harus memiliki iman. Untuk itu, di sini kita harus menikmati yang namanya atmosfer kehadiran Tuhan. Kalau orang tidak bisa membedakan atmosfer kehadiran Tuhan atau bukan, dia tidak bisa punya iman. Apakah itu dari Tuhan atau bukan dari Tuhan. Apakah menghadirkan Tuhan atau tidak, mestinya kita bisa merasakan. Jadi, begitu kita masuk ruangan, apakah gereja itu gereja yang diperkenan Allah atau tidak, mestinya kita sudah bisa merasa. Kecuali memang kita juga tidak hidup di dalam doa, sehingga kita tidak pernah mengenal yang namanya perbaraan ilahi, atau perbaraan Allah, atau perbaraan dari atas.

Kalau kita hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, kita pasti bisa menikmati perbaraan dari Tuhan sehingga kita bisa merasakan kehadiran-Nya. Karena itu kita harus memiliki pengalaman menikmati atmosfer hadirat Tuhan. Kalau ada sesuatu yang kita takuti, berarti kita tidak takut Tuhan secara bulat. Allah itu besar, maka kita harus bisa merasakan hadirat Tuhan waktu kita berdoa. Lalu mengapa kita tidak menemui Tuhan? Yang setiap hari Daniel mengarahkan diri kepada Allah. Yang karenanya, dia masuk gua singa. Meski dia sudah dilarang untuk berdoa namun dia tetap berdoa. Kenapa kita tidak mengarahkan diri sampai kita tidak perlu membayangkan wajah Tuhan lagi, karena kita sudah mengalami perjumpaan dengan Tuhan di dalam batin kita.

Firman Tuhan harus dipelajari dan damai sejahtera dapat kita miliki ketika kita berani melepaskan keterikatan dengan percintaan dunia sehingga iman kita harus bisa menikmati hadirat Tuhan. Sangat disayangkan kalau kita menyia-nyiakan waktu. Kekristenan itu bukan cukup dengan hari Minggu ke gereja, atau pertengahan minggu ikut persekutuan doa, tetapi dari menit ke menit, jam ke jam, kita harus tetap memiliki penghayatan terhadap Allah yang hidup. 

Seperti seorang petinju, dia harus latihan setiap hari supaya dia bisa tahan pukulan, dan sebaliknya bisa membuat lawan jatuh kalau kena pukulannya. Kita bisa menjadi seorang yang tahan pukulan, kalau kita dipukul terus menerus dalam latihan setiap hari! Jadikan Tuhan sebagai satu-satunya dunia kita. Ayo kita berubah. Itu sebabnya kita memiliki gerakan “24 hours in the presence of God.”  Kita mau serius berurusan dengan Tuhan, bukan hanya hari Minggu, tetapi juga setiap hari dari menit ke menit. Di situ kita bisa merasakan hadirat Tuhan.

Jika kita mendengar suara Tuhan dan kita turuti apa kata suara itu, maka pasti membuahkan berkat untuk kita dan orang lain. Tidak mungkin Tuhan bicara tanpa ada maksud bagi kita dan bagi orang lain. Tidak mungkin seseorang mendengar suara Tuhan hanya untuk gagah-gagahan dan tidak berguna bagi pendewasaan rohaninya dan pendewasaan rohani orang lain, atau tidak menjadi berkat bagi orang lain. Saat Tuhan berbicara, maka perkataan-Nya itu pasti berguna untuk pendewasaan rohani kita.