Saudaraku,
Firman Tuhan tegas mengatakan agar kita memiliki pikiran dan perasaan Kristus (Flp. 2:5-7). Ini bukan berarti kita kehilangan perasaan sendiri, kemudian perasaan Kristus yang mengambil alih diri kita atau menempati tubuh kita ini. Harus dimengerti bahwa tidak pernah Tuhan mengambil alih perasaan seseorang sehingga orang itu kehilangan identitas atau jati dirinya. Setiap orang harus tetap memiliki identitas diri dan mengelola perasaan sendiri dengan kebebasan. Dengan kebebasan artinya apakah perasaannya digerakkan dan diwarnai sesuai dengan kehendak Tuhan atau kehendak diri sendiri, tergantung orang itu. Tuhan tidak pernah melakukan sebuah intervensi sehingga seseorang kehilangan hak dan kehendak bebas serta tanggung jawabnya.
Memiliki perasaan Kristus artinya perasaan kita disamakan dengan perasaan Kristus. Hal ini sama artinya dengan menguduskan perasaan. Dikuduskan bisa berarti dibersihkan atau disucikan, maksudnya hal-hal yang bertentangan dengan perasaan Tuhan Yesus tidak boleh menempati perasaan kita. Kalau ada perasaan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, maka itu harus segera disingkirkan. Untuk ini seseorang harus dengan jujur dan teliti memeriksa setiap gerak perasaannya sendiri, tentu saja dalam ketergantungan kepada pimpinan Roh Kudus. Guna memiliki kecerdasan untuk mengerti apa yang Tuhan kehendaki dalam mengelola perasaan ini, seseorang harus belajar kebenaran firman Tuhan secara memadai.
Mengenakan perasaan Kristus juga berarti mengkhususkan perasaan kita bagi Tuhan. Hal ini sesuai dengan kata kudus itu sendiri dari bahasa Ibrani qados yang artinya dipisahkan dari yang lain untuk digunakan. Mengkhususkan perasaan bagi Tuhan artinya kita harus mewarnai atau menggerakkan perasaan kita yang sesuai dengan perasaan Tuhan Yesus. Apakah hal ini tidak berlebihan? Tentu saja tidak. Hal ini adalah sesuatu yang sangat pantas, sebab Tuhan yang telah membeli kita dengan harga yang lunas dibayar adalah pemilik segenap hidup kita, termasuk perasaan kita (1Kor. 6:19-20). Ini berarti kita tidak boleh menikmati (menggerakkan dan mewarnai) perasaan kita tanpa mempertimbangkan perasaan Tuhan. Tidak bisa tidak, setelah kita ditebus oleh darah Tuhan Yesus kita harus menjadi tawanan Roh, yang di dalamnya juga termasuk perasaan kita. Belajar mengkuduskan perasaan juga berarti belajar menjadi tawanan roh dalam perasaan kita. Inilah proses untuk menjadi sempurna.
Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono
Memiliki perasaan Kristus artinya perasaan kita disamakan dengan perasaan Kristus, yang sama artinya dengan menguduskan perasaan.