Saudaraku,
Firman Tuhan mengatakan, bahwa mata Tuhan menjelajahi bumi dan mencari orang-orang yang takut akan Dia, orang-orang yang menyembah Dia. Allah mencari penyembah-penyembah yang sejati. Tentu penyembah di sini, bukan hanya karena kita bisa menyanyi atau mengucapkan kalimat penyembahan, atau pujian. Penyembah di sini artinya orang yang dalam segala hal menghormati Tuhan lebih dari apa pun dan siapa pun. Yang tidak memberi nilai tinggi, tidak memberi nilai kepada apa pun dan siapapun. Tetapi memberi nilai tinggi hanya pada Tuhan, “Engkau satu-satunya yang bernilai di dalam hidupku.” Jangan curiga, orang demikian bukan berarti lalu tidak menghargai sesama. Lalu, bukan berarti juga tidak menghargai benda-benda. Pasti dia akan menghargai sesama secara patut dan pasti dia akan menjadi berkat bagi sesama. Sebab, tidak mungkin orang yang menghargai Tuhan itu melukai sesama. Pasti dia tahu menghargai ciptaan Allah, tapi tidak terikat oleh ciptaan itu.
Banyak orang terbalik, mereka lebih menghargai ciptaan daripada Yang menciptakan. Seorang penyembah adalahseorang yang menghormati Allah, mengasihi Allah, dan bersikap santun di hadapan Tuhan. Dan itu harus menjadi doa kita, Saudara. Saya tiada henti menaikkan doa, “Buat aku bersikap sepatutnya kepada-Mu. Buat aku bersikap sepantasnya kepada-Mu. Roh Kudus tolong aku bagaimana aku bersikap sopan di hadapan Bapa.” Selalu saya ucapkan doa itu. Dan itu terus saya hayati. Makanya kita belajar terus, bagaimana kita bisa bersikap santun, bersikap sebagaimana mestinya di hadapan Yang Mahabesar, Allah semesta alam. Ya tentu kita akan takut, tapi bukan takut negatif. Dan itu bisa terjadi jika kita telah melepaskan semuanya, ketika kita tidak lagi terikat oleh apa pun dan siapapun. Maka kita bisa berani berdiri di hadapan Allah.
Jangan ada yang masih kita genggam. Jadi jangan menyesal kalau Saudara tidak menikah, atau tidak punya anak, tidak memiliki teman hidup karena dikhianati; jangan menyesal apa pun keadaanmu. Seorang penyembah yang sejatiakan berkata, “Aku mengasihi Engkau Tuhan, apa pun keadaanku.” Memang kadang-kadang sebagai alat kemuliaan Tuhan, kita dihabisi sama sekali. Sebagaimana Yesus. Tetapi Dia tidak mencurigai Allah. Ia berkata, “Dalam tangan-Mu Aku serahkan nyawa-Ku.” Inilah teladan seorang penyembah yang sejati.Ayub juga begitu, Saudara. Apa pun yang dia miliki, diambil. Tapi Ayub punya landasan kebenaran yang kokoh sehingga ia bisa berkata, “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga akau akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN,” (Ay. 1:21). Dia tidak mencurigai TUHAN.
Seorang penyembah yang benar ditandai dengan mencintai Tuhan, apa pun keadaannya. Ayub seorang penyembah,apa pun keadaannya dia mencintai TUHAN. Maka ia diuji. Tapi tidak ada keraguan sama sekali. Lalu apa yang terjadi terhadap orang seperti ini? Dia tidak mengingini dunia ini. Maka ketika dia melihat seseorang yang membutuhkan pertolongan, hatinya pecah; itu menyembah Allah. Dia berbuat sesuatu; itu bentuk memberi nilai tinggi Tuhan. Menjadi anggur yang tercurah dan roti yang terpecah. Dalam seluruh perilakunya, ia memberikan penyembahan kepada Tuhan. Yusuf juga seorang penyembah. Dari muda Yusuf tidak ikut terlibat dengan dosa saudara-saudaranya. Dia dipilih oleh Allah.
Jadi, Allah memilih Yusuf bukan asal-asalan. Karena Yusuf memang memiliki benih seorang yang bisa dipercayai. Ketika dia berhadapan dengan Nyonya Potifar, dia tunjukkan kelasnya sebagai seorang pemyembah. Dia berkata, “Bagaimana aku melakukan dosa sebesar ini?” Dia tegas menolak dosa. Ketika kakak-kakaknya datang ke Mesir, karena ada kelaparan, sejatinya Yusuf punya kesempatan untuk membalas dendam, namun Yusuf tidak. Dia memuliakan Allah dengan mengatakan, “Allah yang membawa aku mendahului kalian ke Mesir.” Orang-orang seperti ini akan dilestarikan Tuhan di kekekalan.
Seorang penyembah adalahseorang yang menghentikan perjalanannya di hadirat Allah. Dia tidakke mana-mana lagi. Karena daging kita bandel, jiwa kita liar; maka kita harus paksa dan kita bisa memaksa diri kita. Atau kita akan hanyut dengan segala kesenangan dunia, dan kita tidak pernah menjadi anak-anak Allah yang menyenangkan Dia.
Teriring salam dan doa,
Pdt. Dr. Erastus Sabdono
Seorang penyembah yang sejati
adalah seorang yang menghentikan
perjalanannya di hadirat Allah.