Dalam bahasa Inggris, ada satu kata, “custodian” yang artinya penjaga. The custodian of truth, penjaga kebenaran. Penjaga kebenaran bukan sekadar melestarikan suatu ajaran atau doktrin serta membelanya mati-matian. The custodian of truth menjaga kebenaran yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, supaya dilestarikan sampai selamanya, dan dihidupi di dalam kehidupan. Apa yang diajarkan Tuhan Yesus adalah apa yang dikenakan oleh Tuhan Yesus ketika Ia hidup di bumi. Apa yang diajarkan Yesus itu juga diperagakan oleh Yesus. Jadi, ada satu kata dan perbuatan. Tentu, mengukur ini tidak mudah, tapi yang jelas adalah Injil yang Yesus ajarkan itu akan mengubah manusia menjadi manusia yang agung, manusia yang mulia. Satunya kata, ajaran, dan perbuatan.
Di dalam Lukas 18:8, Yesus berkata, “Kalau anak manusia datang ke bumi, apakah Ia menjumpai iman di bumi?” Ayat itu menunjukkan betapa langkanya, bahkan hampir-hampir tidak ada orang percaya yang tetap setia. Ada semacam keraguan di situ, ketidakpastian, dan ini merupakan peringatan bagi kita bahwa makin sulit orang hidup dalam iman yang benar, sesuai dengan standar dan ukuran Tuhan. Sekaligus peringatan kepada kita adanya ancaman-ancaman yang membuat banyak orang percaya gagal beriman dengan benar. Tetapi Tuhan pasti menyisakan the custodian of truth, menyisakan orang-orang yang menjaga, memelihara kebenaran, yang ditandai dengan satunya perbuatan dan ajaran.
Orang bisa bicara apa pun tentang doktrin, orang bisa berargumentasi apa pun tentang doktrin, tetapi apakah doktrin yang diajarkan itu diperagakan, diterjemahkan dalam perbuatan, dibunyikan dalam perilaku? Jadi, sebenarnya dari satu perkataan orang, kita sudah bisa membaca apakah orang ini bermartabat atau tidak. Tapi saking gelapnya dunia ini, makin tidak jelasnya standar kebenaran dan kesucian, membuatnya benar-benar kacau. Tetapi kita mau teduh di hadapan Tuhan. Kita mau selalu ada di hadapan Tuhan yang akan mengoperasi diri kita, ketidakjujuran, ketidaktulusan, nurani yang kotor, dioperasi oleh Tuhan di dalam kehadiran-Nya, pada waktu kita memiliki perjumpaan dengan Dia. Dan di situlah kita akan makin mengenali kebenaran.
Tuhan Yesus berkata, “Kalau kamu dari Allah, kamu tahu, apakah ajaran-Ku datang dari Allah atau dari dunia?” Di akhir zaman ini, ada rasul-rasul palsu, nabi-nabi palsu, pekerja-pekerja palsu, tidak heran karena Iblis juga bisa menyamar sebagai malaikat terang. Iblis itu raja imitasi. Dia belajar sejarah gereja, dia lihat dinamika hidup orang Kristen, dia ikuti doktrin-doktrin dan ajaran-ajaran, dan dia mencoba untuk masuk di tengah-tengah komunitas persekutuan orang Kristen, seperti ular melingkar di tengah Taman Eden. Iblis pun juga bisa melingkar di mimbar-mimbar gereja tanpa disadari. Dia cakap membuat sosok pendeta yang dianggap berstandar baik. Dia bisa membuat imitasi ketulusan, kerendahan hati, ketegasan terhadap dosa. Jadi, kalau tidak dengan Tuhan, kita tidak bisa melawan Iblis.
Tapi dia tidak mampu melihat apa yang akan terjadi, yang bisa itu hanya Tuhan yang transempiris, dan Tuhan menuntun kita di jalan-jalan-Nya, agar kita tidak berbuat dosa, agar kita tidak berbuat salah, agar kita bisa menang. Jadi, kita harus sungguh-sungguh menemukan iman yang benar, bagaimana kehidupan sebagai seorang yang melestarikan kebenaran—dengan kalimat lain, melestarikan kehidupan Yesus. Kehidupan Yesus adalah potret yang benar, namun hari ini dipalsukan dengan berbagai pemalsuan, hanya kalau kita mendekat kepada Tuhan, kita bertemu Tuhan, kita bertemu Roh Kudus, kita dituntun Roh Kudus, baru kita bisa tahu bagaimana sosok, figur, potret dari wajah batiniah Yesus yang benar.
Jadi, penjaga kebenaran bukan membela satu doktrin atau satu ajaran, dengan berbagai argumentasi, tulisan, buku, dan lain-lain, melainkan kebenaran yang diperagakan; satunya perbuatan dan perkataan, satunya perbuatan dan ajaran, satunya perbuatan dan doktrin. Ajaran yang benar, doktrin yang benar, harus bisa diejawantahkan, diterjemahkan, diekspresikan, dibunyikan dalam perilaku. Ini tidak bisa dibantah. Kita tidak menghakimi, tapi kita membedakan roh, kita menimbang. Kita mau menjadi the custodian of truth, menjadi penjaga kebenaran. Kita tidak berani mengklaim diri kita paling benar, tapi kita serius mau menjaga kebenaran, menerjemahkan kebenaran dalam hidup kita, melestarikan kehidupan Yesus, apa yang diajarkan dan dikenakan.
Makanya kita harus banyak duduk diam di kaki Tuhan untuk memburu Tuhan atau mencari Tuhan. Pencarian akan Tuhan, tidak akan sia-sia. Setiap kali kita mencari Tuhan dan menemukan Tuhan, kita sedang bercermin di mana jiwa roh kita dengan seluruh kesadaran diterangi Roh Kudus. Dalam bercermin tersebut kita akan menemukan, apakah kita memiliki kehidupan yang selaras atau sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak. Jangan punya ruangan lain, ruangan kita hanya ruangan Tuhan. Yang sampai pada saatnya kita bisa berkata, “Tuhan, urusanku hanya Engkau. Aku hanya mau mengurus Engkau, Tuhan, mengurus perasaan-Mu, mengurus pelayanan-Mu. Aku tidak punya urusan lain selain Engkau. Dan apa pun yang kukerjakan harus terkait dengan urusan dengan Engkau.”