Dalam hubungan dengan seseorang, tidak boleh ada kecurigaan atau ketidakpercayaan. Atau dengan kalimat lain, tidak boleh ada dusta di antaranya. Dusta bukan berarti bohong dalam hal ini, tetapi kepura-puraan itu juga termasuk dusta. Demikian pula dalam hubungan kita dengan Tuhan, tidak boleh ada dusta, tidak boleh ada kepura-puraan, tidak boleh ada ketidakpercayaan, tidak boleh ada keraguan. Untuk itu, Tuhan menguji seberapa kita benar-benar memiliki kepercayaan kepada Pribadi Allah. Hidup kita selama 70-80 tahun di bumi ini sebenarnya hanya untuk membangun relasi dengan Bapa di surga, relasi dengan Tuhan Yesus Kristus. Dengan Bapa sebagai Bapa dan kita sebagai anak, kita mempelai wanita dan Yesus mempelai pria, tidak boleh ada dusta, artinya tidak boleh ada kecurigaan dan keraguan kepada Tuhan.
Dan untuk itu ada pengujian-pengujian yang Tuhan lakukan dalam hidup kita, seperti Abraham diuji harus mempersembahkan anaknya, Ishak; Sadrakh, Mesakh, Abednego harus masuk dapur api; Daniel harus masuk gua singa. Jangan heran kalau Tuhan membawa kita kepada suatu keadaan yang membingungkan, mengapa Tuhan menjadikan situasi seperti ini. Untuk itu kita harus belajar bagaimana memiliki kehidupan yang harmoni dengan Tuhan, di mana tidak ada kecurigaan terhadap Allah. Sering Tuhan memberi kita satu masalah. Kalau ibarat beban, Tuhan beri beban 5 kilo, bagaimana, apakah kita masih menaruh percaya dan tidak bersungut-sungut? Lulus. Tuhan beri beban 7 kilo, apakah kita masih bersyukur, tidak bersungut-sungut? Tuhan beri beban 15 kilo, apakah kita masih bersyukur dan tidak mencurigai Tuhan? Tuhan beri beban 50 kilo, dan seterusnya. Dan di situ Tuhan mengadakan pengujian.
Merupakan suatu pengujian, apakah kita masih menaruh percaya kepada-Nya di tengah-tengah situasi seperti itu. Kalau ibarat kita ada di satu ruangan, masih ada lima pintu, lima jalan keluar, dibuat jadi empat. Dari empat, dibuat jadi tiga. Dari tiga, dibuat jadi dua pintu keluarnya, lalu tinggal satu. Satu pun bukan jaminan bisa menjadi pintu atau jalan keluar. Lalu yang terjadi, satu pintu ini pun ditutup. Kita mulai ragu-ragu. Dalam pengalaman hidup kita, mungkin kita pernah sampai di suatu kondisi sehingga kita berkata kepada Tuhan, “Tuhan, mengapa Engkau mempersulit pelayanan ini? Mengapa pelayananku menjadi susah, ya, Tuhan? Engkau seperti tidak membela pekerjaan-Mu. Engkau seperti membuat keadaan ini berlarut-larut, saya susah, dan saya bisa dipermalukan oleh keadaan ini.”
Kita doa dan puasa, tetapi kita tidak melihat titik terang, tidak melihat gejala-gejala adanya jalan keluar. Tetapi ternyata, untuk orang-orang yang menjadi kekasih Tuhan atau orang besarnya Tuhan, mereka dibawa ke situasi seperti Musa di pantai Teberau. Dari belakang dikejar algojo-algojo Mesir, kanan kiri gunung atau bukit, dan di depan laut bergelora. Tidak ada jalan. Jadi kalau sampai kita dibawa Tuhan kepada situasi seperti ini, ketahuilah bahwa kita adalah orang istimewa. Yang jika kita lulus melewati keadaan itu, kita menjadi seorang yang layak menjadi kekasih Tuhan, sahabat Tuhan. Ingat, setelah Abraham diuji dan lulus mempersembahkan anaknya, Ishak, Alkitab mencatat “ia menjadi sahabat Allah.” Tapi, menjadi sahabat Allah itu tidak mudah, ada pengujian-pengujian yang Allah berikan. Dalam satu kesempatan Yesus berkata, “Aku tidak menyebut lagi kamu hamba karena hamba tidak tahu apa yang dilakukan tuannya, tapi Aku menyebut kamu sahabat.” Luar biasa.
Sering Tuhan membawa kita masuk dalam banjir. Air menggenangi kita, sudah melewati mulut, tidak bisa berteriak. Sudah di bawah hidung, sebentar lagi naik, dan kita mati, tidak bisa bernapas. Tapi Tuhan tidak akan mengizinkan air melewati hidung dan kita menjadi mati konyol. Orang seperti ini sebenarnya istimewa, karena Tuhan mau membangun hubungan dengan orang tersebut dalam hubungan khusus, intim tanpa dusta. Kalau keadaan semua serba baik, memercayai Tuhan tidak sulit. Tetapi kalau keadaan berat, memercayai Tuhan itu tidak mudah. Tapi kita harus tetap percaya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Jadi kalau Tuhan menolong kita di masa-masa lalu, percayalah Tuhan akan menolong kita sekarang dan di waktu mendatang. Coba kita perhatikan dan renungkan, kita periksa bagaimana kita melewati hari-hari hidup, dan Tuhan menyertai keadaan kita hari ini karena pertolongan dan pemeliharaan Tuhan nyata, bukan?
Tapi satu hal yang kita harus tahu bahwa Tuhan itu bekerja dengan jadwal yang sempurna. Jadi ketika keadaan kita memburuk, seakan-akan Tuhan membuat keadaan makin buruk, sebenarnya Tuhan mau menguji kita seberapa kita memiliki kepercayaan, keyakinan terhadap Allah, dan tidak meragukan Tuhan sama sekali. Jadi keadaan bisa memburuk, tapi kita jangan meragukan Tuhan. Dia tidak buru-buru, tidak gopoh-gopoh, tetapi Dia juga tidak pernah terlambat. Sepasti fajar pagi yang merekah, sepasti itu pertolongan Tuhan akan datang.