Skip to content

Pengalaman Kematian

Ada satu yang seharusnya kita khawatirkan dalam hidup kita pribadi, yaitu kalau kita tidak berani masuk dalam pengalaman kematian bersama dengan Tuhan. Sebab kalau seseorang tidak berani memasuki pengalaman kematian bersama dengan Tuhan, dia tidak mungkin menjadi orang Kristen yang rohani. Ia tidak mungkin berjuang untuk hidup suci. Memasuki pengalaman kematian di dalam Tuhan tidak otomatis membuat hidup kita benar, tapi kita akan memiliki perjuangan yang sungguh-sungguh. Kita akan menjadi manusia rohani dan pasti memiliki pengaruh terhadap orang lain. Mengapa anak-anak kita tidak menjadi rohani, tidak mencari Tuhan? Karena orang tuanya tidak rohani. Apa yang dimaksud dengan kematian di dalam Tuhan? 

Kolose 3:3-10, “Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan. Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka). Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya. Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya.”

Kalau seseorang tidak berani masuk pengalaman kematian bersama Tuhan, pasti tidak ada pertumbuhan, tidak ada perubahan. Dan menjadi mengerikan sekali ketika ia mengahadap Tuhan dan dibuang ke dalam api kekal. Dari sini kita melihat bahwa Kristen palsu itu bisa nampak indah, ke gereja, aktif dalam pelayanan, tapi tidak berbuah. Seperti pohon hidup berbuah dimana buahnya bisa dimakan orang. Pohon itu berdampak walaupun suatu hari pohon itu akan mati, tapi telah menghasilkan banyak buah. 

Maka, kita harus berani meninggalkan dunia dengan segala kesenangannya. Manusia rohani adalah manusia yang makin hari makin hidup suci. Itu tergantung kita, bukan tergantung Tuhan. Masalahnya, yang nagih di jiwa kita itu kesucian atau dosa. Ada nafsu jahat dalam diri kita, namun besar atau kecil tergantung apakah itu dihidupi atau dimatikan. Tapi kita harus mematikan, harus dimatikan. Yang paling mengerikan itu diri kita sendiri. Karena kita sering tidak sadar bahwa yang sedang menguasai diri kita itu manusia lama, sehingga manusia lama kita menyatu dengan diri kita. Namun kita anggap itu memang diri kita. Sejatinya, Roh Kudus pasti memberitahu. Hanya, kita sering tidak peka karena kita tidak memperkarakannya. 

Tuhan itu lebih dari cukup selama kita memiliki persekutuan yang benar dengan Tuhan. Tuhan tidak akan mempermalukan kita. Kita bisa melewati masalah demi masalah, kebutuhan demi kebutuhan. Jangan serakah. Sebab akhirnya kita tidak bisa menikmati apa yang sebenarnya menjadi bagian kita. Firman Tuhan mengatakan, “semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka).” Jadi, seharusnya firman Tuhan yang disampaikan tiap Minggu, renungan harian, khotbah lewat kanal Youtube dan medsos, seharusnya mematikan semua hal negatif di dalam diri kita.

Setan tidak bisa menguasai kita kalau kita tidak mau dikuasai. Dunia tidak bisa memengaruhi kita kalau kita menolak, mereka tidak bisa memaksa kita. Tetapi kalau diri kita sendiri yang membuka celah—karena kita tidak mematikannya—maka dia akan mencengkeram, menguasai, dan menyeret kita ke dalam api kekal. Kalau orang masih menghidupi nafsu-nafsu jahat, dia tidak bisa menumbuhkan sifat-sifat Allah di dalam dirinya, tidak bisa menumbuhkan kodrat ilahi. Padahal kita adalah anak-anak Allah yang harus menjadi seorang yang berkodrat ilahi. Sebab kesucian itu bukan hanya keadaan tidak berbuat dosa, melainkan kemampuan untuk bertindak selalu sesuai dengan perasaan dan pikiran Allah. 

Karena kita ini anak-anak Allah, seharusnya kita memiliki sifat anak-anak Allah. Kita sudah dibeli oleh Tuhan Yesus dengan darah-Nya. Kita secara hukum menjadi anak Allah, tetapi secara kenyataan, belum. Semua kita ini orang-orang berdosa, orang-orang durhaka. Tapi Tuhan telah mengampuni kita. Tuhan tidak memperhitungkan kesalahan kita yang begitu banyak, tapi jangan berhenti sampai kita diampuni. Mari kita maju, berubah jadi seperti pohon hidup atau organisme, bukan organisasi. 

Memasuki pengalaman kematian di dalam Tuhan tidak otomatis membuat hidup kita benar, tapi kita akan memiliki perjuangan yang sungguh-sungguh.