Skip to content

Penasaran yang Kudus

 

Orang yang hobinya wisata biasanya memiliki target-target tertentu untuk dikunjungi. Kalau ia belum mengunjungi tempat-tempat tertentu sebagai targetnya, dia merasa penasaran. Lalu, apa yang membuat kita penasaran? Orang yang belum memiliki rumah pribadi, hatinya penasaran dan haus ingin memiliki rumah pribadi. Yang memiliki rumah, tapi lingkungannya tidak aman atau karena banjir, ingin pindah. Hidup seseorang digerakkan oleh tujuan-tujuan tertentu yang dia mau capai. Kalau ia tidak mencapainya, dia merasa haus, masih merasa berutang. Apa yang membuat kita merasa berutang? Apa yang membuat hidup kita bergairah? Ada juga orang-orang yang memang tidak memiliki tujuan apa-apa karena memang sudah tidak ingini apa-apa; yang dia ingini bisa melewati hari ke hari.

Jadi, ada yang dia ingini yang membuat ia penasaran, ada yang dia tidak ingini secara kuat sehingga hidupnya biasa-biasa saja. Dua kelompok orang ini adalah dua kelompok orang yang tidak memiliki gairah hidup yang kudus dan tidak memiliki gairah hidup kekekalan. Banyak orang Kristen tidak memiliki penasaran yang kudus, sebab penasarannya masih kepada pemenuhan kebutuhan jasmani. Atau kalau ia tidak memiliki penasaran yang kuat, hidupnya langsam berputar begitu saja tanpa ada gairah yang kuat. Ini adalah tipe orang yang hidup segan mati tak mau. 

Sejatinya, buku hidup kita memiliki dua jilid; hidup hari ini (today), dan hidup yang akan datang (next life). Itu berarti ada dua kesadaran. Kesadaran sekarang ini yang akan berakhir di kuburan, dan setelah itu ada kesadaran kedua yang abadi, yang sebenarnya tidak ada lagi kematian. Tetapi, kalau seseorang tidak diperkenan ada di dalam Kerajaan Surga, maka dia mengalami kematian kedua, seperti yang ditulis dalam kitab Wahyu. Ada kematian kedua. Kematian fisik sebenarnya masih belum menjadi masalah besar karena memang semua orang harus mati. Setelah jilid pertama ini selesai, setelah kematian pertama ada kesempatan untuk hidup lagi. 

Kalau orang hidup tidak sesuai kehendak Allah, maka dia akan masuk ke dalam atau dibuang ke dalam kematian yang kedua; Wahyu 20:14, “Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.” Rata-rata orang tidak peduli apakah namanya tertulis di dalam kitab kehidupan atau tidak. Oleh sebab itu, penasarannya adalah penasaran untuk hal-hal dunia, hal-hal fana, atau tidak memiliki penasaran apa pun. Jadi, hidupnya seperti itu: hidup segan mati tak mau, tidak ada gairah. Ia tidak memikirkan realitas atau kenyataan adanya kehidupan yang akan datang atau kehidupan jilid kedua nanti. Hari ini mari kita mempertanyakan, apakah nama kita sudah tertulis di kitab kehidupan atau belum? Kita harus serius penasaran dan serius mempertanyakan kepada Tuhan, apakah nama kita tertulis di kitab kehidupan atau tidak.

Tetapi kalau kita tidak menghargai firman ini, semua akan lenyap dari pikiran kita. Apalagi ada banyak pesona dalam hidup ini dan banyak hal yang menumpuk dalam pikiran atau menghilangkan fokus pikiran kita. Karenanya, yang satu ini harus kita ingat, jangan ada seorang pun di antara kita yang binasa. Ini urusan kita pribadi dengan Tuhan, bukan urusan dengan siapa pun. Ingat, kalau nama kita tidak ditemukan di kitab kehidupan, maka kita akan dilemparkan ke dalam lautan api. Jangan lagi penasaran untuk masalah apa pun kecuali masalah ini, sebab semua kebutuhan pemenuhan jasmani kita itu relatif. Yang membuat itu menjadi tidak relatif adalah kebodohan; memutlakkan apa yang tidak mutlak.

Kekekalan itu mutlak. Tapi kita melihat manusia telah dibodohi oleh kuasa gelap. Kebutuhan-kebutuhan jasmani dibuat mutlak. Kecantikan atau ketampanan seseorang itu relatif. Dan orang bisa mengerti atau menyadari ini setelah dia mengenal kecantikan Tuhan, keagungan Tuhan, dan kemuliaan Tuhan. Dia tidak berani berbuat dosa dan dia sampai tidak bisa berbuat dosa. Maka, tidak ada barang yang abadi kecuali di kekekalan nanti, sebab ngengat dan karat bisa merusak, pencuri bisa mencuri serta membongkarnya.

Jadi, yang harus membuat kita penasaran adalah apakah nama kita tertulis di dalam kitab kehidupan atau tidak. Ini yang harus kita pertanyakan kepada Tuhan. Yang lain itu relatif, tetapi kalau mengenai kitab kehidupan, itu mutlak. Di Wahyu 3:5, firman Tuhan mengatakan, “Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan para malaikat-Nya.” Ini yang penting, dan hal ini harus benar-benar menegangkan untuk kita. Kalau hanya belum wisata ke tempat tertentu, belum punya rumah pribadi, sudah punya rumah, tapi kalau hujan banjir, itu belum menegangkan. Yang menegangkan adalah apakah nama kita masih tertulis dalam kitab kehidupan atau karena tidak menghormati Tuhan, maka nama kita dihapus.