Skip to content

Pegangan Hidup

 

Ada orang-orang yang meninggalkan gereja karena kecewa dengan pendeta dan aktivisnya dengan alasan yang dibesar-besarkan. Biasanya orang-orang seperti itu hanya mencari justifikasi, pembenaran, lalu merasa dirinya bisa dibenarkan dengan tidak ke gereja, yang pada dasarnya dia tidak mau bertobat. Tuhan tidak pernah mengajar begitu! Memang, ada orang yang betul-betul dikecewakan oleh gereja. Maka, jangan sampai kita—khususnya para pendeta dan aktivis—mengecewakan jemaat sampai mereka tidak ke gereja, bahkan sampai pindah agama. Jangan sampai! 

Kalau gereja mengajarkan Teologi Kemakmuran, gereja hanya mengajarkan Allah yang baik, penuh kasih, penuh rahmat, maka jemaat dibuat memiliki damai palsu, tenang palsu. Jemaat diyakinkan sudah menjadi umat Allah, umat pemenang. Mereka hanya diarahkan untuk mencari berkat Tuhan, tapi belum dan tidak diajar untuk mencari pribadi Tuhan! Mereka tidak mengajarkan Allah sebagai kekasih jiwa, sehingga banyak orang Kristen yang tidak berjuang sungguh-sungguh untuk menemukan Tuhan. Padahal dalam hidup, kita butuh pegangan. Agama belum menjawab! Memiliki pegangan dalam standar yang benar adalah kalau kita memiliki hubungan yang eksklusif dengan Tuhan. 

Kalau kita hanya rajin ke gereja, belum tentu kita memiliki pegangan. Jangan kita merasa tenang karena merasa sudah dikenal Tuhan. Belum tentu! Kita mengaku kenal Tuhan, tapi apakah Tuhan kenal kita? Kita merasa disertai Tuhan, namun apakah kita juga menyertai Tuhan? Dalam hal ini, gereja harus mempunyai positioning. Seperti orang dagang, kita tidak menjual barang palsu yang membuat jemaat hanya menjadi baik. Seharusnya, jemaat menjadi sempurna! Tapi proses hidup yang harus kita jalani, memang berat. Kita bisa mengalami kekecewaan, kepahitan, juga pengkhianatan yang bisa membuat kita putus asa! Kita lari ke Tuhan saja, dan di sini kita diajar menjadi kekasih-kekasih Tuhan. 

Adapun syarat untuk menjadi kekasih Tuhan adalah, yang pertama, tidak boleh terikat dunia. Untuk itu, pola pikir kita harus diubah dengan banyak mendengar firman yang murni. Yang kedua, harus sungguh-sungguh mengalami Tuhan. Tuhan tidak kelihatan, oleh sebab itu, kita harus bersentuhan, harus berinteraksi dengan Tuhan. Kita harus menemukan Tuhan, supaya kita bukan hanya cerita, namun kita mengalami. Yang ketiga, kesucian hidup. Kita akan menghadapi cobaan dan godaan untuk berbuat dosa, namun kita harus berkata, “Tidak! Aku pilih Tuhan! Aku mengasihi Tuhan! Aku menghormati Dia!” Baru Anda akan merasakan kehadiran-Nya. 

Allah berlaku suci kepada orang yang suci, tetapi kepada orang yang bengkok, Allah bisa berbelit-belit. Kalau kita pandang Dia hidup, perlakukan Dia hidup, maka Dia menjadi hidup dalam hidupmu. Kalau kita pandang Dia mati, maka kita tidak mengalami Dia sama sekali. Ingat ini: cari Tuhan! Dan yang ini tidak bisa diajarkan, kecuali kita sendiri mengalaminya. Mungkin hari ini kita belum ditolong, tapi kita percaya Tuhan sayang kita. Jadi, kalau kita sekarang ada dalam proses-proses hidup, tidak masalah, sebab itu adalah proses yang baik! Namun ketika kita digoncang Tuhan dengan banyak goncangan, namun kita tidak mau dengar, maka tidak akan ada goncangan lagi, kita akan dibiarkan terus. 

Ketika semua dibuat tertutup—bisnis, karir, rumah tangga, keluarga—kita bisa melihat ada lubang kosong dalam jiwa kita, namun ada Tuhan yang bisa mengisi hati kita. Maka sekarang kita mengerti bahwa ketika kita dipatahkan, itu supaya kita menemukan kekasih abadi. Jadi, kalau Tuhan tegur kita, ada goncangan dalam hidup, cari Tuhan saja!