Skip to content

Pasangan Abadi

 

Perhatikan ini, bahwa siapa pun dan apa pun yang dapat mendampingi atau menemani kita selama di dunia, harus kita lepaskan suatu saat. Tidak ada sesuatu atau seseorang yang dapat menjadi pasangan abadi. Pasangan abadi manusia hanyalah Tuhan. Di Perjanjian Lama, digambarkan hubungan Allah dengan Israel itu seperti pasangan. Di kitab Hosea, digambarkan Israel seperti wanita yang tidak setia kepada suaminya. Seperti wanita yang melacurkan diri, tetapi suami masih mau menerima. Demikian pula Elohim Yahweh, yang dengan tangan terbuka penuh belas kasihan, menerima kembali Israel yang berkhianat kepada-Nya. Hubungan Elohim Yahweh dengan umat, seperti pasangan. 

Di Perjanjian Baru juga ditunjukkan kepada kita bahwa hubungan kita dengan Tuhan Yesus adalah hubungan mempelai. Dalam Efesus 5:22-33 dikatakan bahwa hubungan Kristus dengan kita itu hanya dapat digambarkan atau dianalogikan dengan hubungan suami istri. Jadi kesimpulannya, Tuhan adalah satu-satunya pasangan abadi yang harus dapat kita miliki sejak di bumi. Sering kali kita merenungkan dan terkagum dengan apa yang disaksikan oleh pemazmur di Mazmur 73:25, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi.” Ayat itu jelas menunjukkan bahwa tidak ada pasangan abadi di dalam hidup seseorang, selain Tuhan sendiri. Tuhan satu-satunya pasangan abadi kita. 

Di Perjanjian Baru, ketika Tuhan Yesus mengatakan, “Lepaskan segala milikmu,” berarti kita tidak bermilik, selain Tuhan yang menjadi milik kita. Ketika Paulus mengatakan, “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah” (1 Tim. 6:8), itu berarti tidak ada lagi yang perlu kita miliki. Tuhanlah yang harus kita miliki. Hanya orang yang berani melepaskan segala sesuatu yang bisa memiliki Tuhan dan dimiliki Tuhan. Melepaskan segala sesuatu bukan berarti lalu kita memberikan uang kita, harta kita kepada yayasan-yayasan sosial atau kepada gereja. Bukan demikian. Tetapi kita harus menghayati dan mengakui bahwa semua yang ada pada kita adalah milik Tuhan. Jadi, yang pertama, segala sesuatu yang ada pada kita adalah milik Tuhan. 

Yang kedua, segala sesuatu yang ada pada kita, atau apa pun yang belum kita miliki, tidak akan dapat membahagiakan kita. Sebab, yang dapat membahagiakan kita hanyalah Tuhan. Dengan Tuhan menjadi kebahagiaan, maka apa pun yang ada pada kita akan bisa membahagiakan kita. Kita bisa menjadi pasangan abadi kalau kita melepaskan segala sesuatu, kalau kita berprinsip, “Asal ada makanan dan pakaian, cukup.” Kalau kita bisa berprinsip, “Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi,” barulah kita dapat menjadi pasangan abadi. 

Bukan tanpa alasan kalau Rasul Paulus mengatakan dalam suratnya di 2 Korintus 11:3, “Tetapi aku takut kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.” Jadi, ada oknum licik yang harus diwaspadai! Yang oleh karenanya, oleh ilham Roh tentunya, Paulus takut. Kalau sampai Paulus mengatakan “takut,” ini bahaya! Ini sesuatu yang benar-benar membahayakan. Sesuatu yang bisa dengan licik, licin, cerdik, menipu banyak orang percaya sehingga tidak bisa menjadi pasangan abadi Tuhan. 

Bilamana hal itu terjadi? Yaitu ketika kita menaruh perhatian kepada sesuatu atau seseorang lebih dari kecintaan kita kepada Tuhan, ketika kita menanti-nantikan sesuatu atau seseorang lebih dari kita menanti-nantikan Tuhan. Dan sering kita ini terjebak di situ. Kita menanti-nantikan, kita mengharapkan masalah ini selesai, kebutuhan ini terpenuhi, cita-cita ini tercapai, sebenarnya di situ seseorang berharap akan memperoleh kebahagiaan, sukacita, ketenangan atau kehidupan yang lebih nyaman. Tanpa sadar, kita telah mengkhianati Tuhan.

Kalau hal itu terjadi atas orang-orang Kristen baru atau orang-orang yang masih muda, bisa dimaklumi. Tapi kalau kita sudah berumur, sudah memasuki masa-masa di mana Tuhan akan memanggil kita, namun kita masih mengharapkan ada sesuatu yang membahagiakan kita, itu berarti berkhianat kepada Tuhan. Mestinya tidak ada lagi yang kita harapkan selain Tuhan. Jadi, di sisa hari hidup kita ini, kita hanya mau mencari Tuhan. Terima kasih kepada Tuhan yang membawa kita pada komunitas pecinta Suara Kebenaran yang terus diarahkan ke langit baru bumi baru di tengah-tengah pergumulan hidup. Tuhan angkat kita untuk terus berjalan menuju Sion Abadi, Yerusalem Baru.