Skip to content

Panik

Salah satu media Allah berbicara kepada manusia adalah melalui peristiwa-peristiwa besar; seperti bencana alam yang menelan banyak korban, juga perang yang baru-baru ini terjadi antara Rusia dan Ukraina di Eropa. Ada pesan Tuhan di situ. Jadi kalau secara individu, ada pesan Tuhan sekaligus penggarapan-Nya. Kalau untuk dunia ini, pesan Tuhan agar manusia berjaga-jaga dan bersiap-siap. Kalau perang melibatkan banyak negara meluas, apalagi dengan persenjataan nuklir yang dapat memusnahkan kehidupan di muka bumi, ini bukan perkara kecil. Terus terang, jarang ada berita yang sampai mengendap di pikiran kita waktu kita mau tidur di pembaringan tengah malam. Kita bangun, masih mengendap. Apalagi kalau kita melihat berita pengungsi yang jumlahnya sudah ratusan ribu. Melihat bagaimana seorang ayah memeluk anaknya menangis sebelum berpisah, bagaimana seorang wanita menangis memeluk pria yang akan maju ke medan perang. Itu semua miris. Ini tidak mungkin kebetulan. Ini merupakan suara atau pesan Tuhan, seperti teriakan orang: “Mempelai datang! Songsonglah dia!” Ini seperti ketukan pintu di Wahyu 3:20-21. Maksud peringatan itu adalah agar umat pilihan mempersiapkan diri menyambut Mempelai Pria, yaitu Tuhan Yesus.

Jangan ketika kita tidak lagi memiliki kesempatan mempersiapkan diri, kita baru kebakaran jenggot. Sekarang kita harus panik, bukan nanti! Ketika kita sadar bahwa kita belum layak berdiri di hadapan kekudusan Allah, kita harus panik sekarang. Kalau masih ada kecenderungan-kecenderungan yang salah dalam hati kita—keinginan memiliki sesuatu, kesombongan, keangkuhan, kebencian, pikiran najis, ketidakjujuran, bosan mendengar firman, jenuh berdoa—sejatinya kita harus panik. Memang masalahnya sering setan mengadakan banyak peristiwa atau masalah yang membuat kita panik. Sehingga panik positif yang mestinya kita tanggulangi—yaitu bagaimana mempersiapkan diri menghadap takhta pengadilan Tuhan—digantikan panik yang sia-sia. 

Semua kita punya masalah, baiklah kita hadapi dengan teduh. Kalau kita memang milik Tuhan—karena kita hidup dalam penurutan terhadap kehendak Allah—percayalah semua dalam kontrol Tuhan Yang Mahakuasa. Beri kesempatan orang itu berhadapan dengan Tuhan, jangan kita hadapi. Sejatinya, yang seharusnya membuat kita panik adalah mengapa kita memiliki perasaan benci, dan perasaan ingin membalas dendam.

Baru-baru ini dengan adanya perang Rusia – Ukraina, banyak pengkhotbah mencoba untuk menafsirkan Rusia itu Gog Magog, dan sebagainya. Jangan sibuk berbicara mengenai tafsiran terhadap pokok-pokok akhir zaman karena adanya perang atau bencana. Yang penting adalah ketukan pintu itu merupakan peringatan. Bukan hanya Tuhan mau masuk, tapi bahwa dunia yang kita tinggali kini jahat dan akan dilawat oleh-Nya. Selesaikan tugas kita. Persiapkan diri kita agar layak berdiri di hadapan kekudusan Allah. Jangan sampai fokus kita diarahkan kepada yang lain. Memperhatikan keadaan zaman yang semakin jahat ini, kita harus memperkarakan bagaimana sebagai umat pilihan, kita memiliki kesungguhan atau kenekatan agar kita memiliki iman sesuai standar Tuhan. Dunia kita yang sangat jahat ini, dunia yang sulit dijalani dengan kehidupan iman standar Tuhan. Maka, tidak heran jika di Lukas 18:8 Tuhan Yesus berkata, “kalau Anak Manusia datang ke bumi, apakah menjumpai iman di bumi?” Ini iman menurut standar yang benar dari Tuhan. Jangan meremehkan atau memberi isi dangkal terhadap kata “beriman.”

Orang-orang Kristen abad mula-mula seperti berjalan di lumpur karena menghadapi aniaya. Orang Kristen hari ini kalau mau meneladani hidup Yesus juga berjalan dalam lumpur; lumpur yang lebih pekat. Sekarang, kita pun berjalan dalam lumpur; lumpur pengaruh jahat dunia. Ini tidak lebih ringan. Maka, dibutuhkan keberanian dalam menjaga integritas dan tetap setia kepada Tuhan dalam standar iman Kristen yang benar. Jika kita melihat dari aspek janda di Lukas 18, mengapa dia sampai begitu nekat? Jawabnya, karena dia hanya punya satu pilihan: menang atau mati. Orang-orang Kristen yang dalam integritasnya mengikut jejak Yesus, sering dianggap salah, kalah, ekstrem, ngawur, gila, fanatik, dan lain-lain. Tapi Tuhan berkata, “Aku akan membenarkan mereka.” Masalahnya, apakah Tuhan bisa menemukan orang-orang setia; orang yang berani berjalan di jalan yang berlumpur berat? Perumpamaan tentang janda ini memuat nasihat agar kita tetap dalam iman yang benar sesuai standar Tuhan, di tengah-tengah keadaan dunia yang sangat sulit dijalani dengan iman yang sejati.

Kalau kita membaca Matius 24:32-51, Tuhan memberikan perumpamaan khusus untuk orang percaya. Mengenai seorang tuan yang pergi dan hamba-hambanya diberi pekerjaan. Tetapi hamba-hambanya saling memukul, berkelahi, dan mengatakan bahwa tuannya masih belum datang-datang juga. Luar biasa cerobohnya. Sampai tuannya datang, mereka belum menyelesaikan pekerjaannya. Mereka panik, tapi sudah tidak ada jalan untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Jangan berpikir bahwa masih ada waktu untuk mempersiapkan diri. Kesalahan banyak orang adalah mereka berpikir selalu masih ada kesempatan, selalu masih ada waktu. Renungan ini pun bisa menjadi satu sisa peringatan untuk kita; siapa pun kita. Jangan takut kepada apa yang dapat membunuh tubuh, tapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa dan membuangnya ke dalam neraka. Takutlah akan Allah. Jangan panik untuk hal yang tidak perlu kita panik, tapi paniklah untuk apa yang harus kita panik sejak jauh-jauh hari

Sekarang kita harus panik, bukan nanti! Paniklah atas keberadaan kita yang belum seperti Yesus.