Skip to content

Pada Waktu-Nya

Kita kadang-kadang diizinkan Tuhan mengalami keadaan-keadaan yang sulit. Keadaan itu bisa terjadi secara berlarut-larut atau dalam waktu yang lama. Inilah yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Kita bisa melihat kenyataan banyak orang begitu jahat terhadap sesamanya. Bukan hanya terhadap orang lain, terhadap pasangan sendiri yang dulu dicintai, yang dulu berjanji untuk melindungi, mengasihi, tetapi kemudian dijadikan korban. Keadaan seperti ini membuat seseorang bisa menjadi putus asa dan mulai meragukan apakah Tuhan benar-benar ada, apakah Tuhan benar-benar hidup. Sudah berdoa, sudah minta pertolongan Tuhan, tetapi Tuhan tidak kunjung menolong. 

Di dalam Mazmur 83:2 tertulis, “Ya Allah, janganlah Engkau bungkam, janganlah berdiam diri dan janganlah berpangku tangan, ya Allah!” Nyanyian ini merupakan seruan dan jeritan, menunjukkan adanya keadaan-keadaan ketika seseorang tertindas, diperlakukan tidak adil, teraniaya, tetapi Tuhan seakan-akan berpangku tangan atau berdiam diri. Keadaan yang seakan-akan Tuhan tidak peduli atau melupakan kita. 

Seperti yang terjadi dalam kisah Lazarus. Saat itu, Lazarus sakit. Lalu berkirim suratlah Marta, Maria kepada Yesus, “Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.” Selanjutnya dalam Yohanes 11:4-6 dikatakan, “Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan. Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus. Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada.” Jadi, Yesus seperti sengaja mengulur waktu. Mestinya Yesus bisa segera berangkat ke Betania untuk mendoakan Lazarus, tetapi ternyata dua hari Yesus sengaja menunda.

Lalu, apa yang terjadi? Lazarus mati. Yesus sendiri berkata dengan terus terang dalam ayat 14-15, “Lazarus sudah mati; tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya.” Keadaan Lazarus meninggal dunia memang diizinkan Tuhan. Jadi, bukan terjadi secara kebetulan. Marta dan Maria secara tidak langsung menyalahkan Yesus, katanya, “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” Namun, Yesus tidak marah. Yesus berkata, “Saudaramu akan bangkit.” Marta berkata kepada-Nya: “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.”  Ia tetap mendebat Tuhan karena ia tidak yakin bahwa Yesus akan membangkitkan.  

Kita percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup kita berada di dalam kontrol Tuhan, pengetahuan Tuhan, dan kendali Tuhan. Namun, untuk mempraktikkannya, tidak mudah. Ketika kita memiliki persoalan, pergumulan berat dan itu menyita pikiran dan perasaan kita, kita juga bisa menjadi kecil hati dan kecut. Lalu kita berkata, “Tuhan, Engkau di mana? Mengapa Engkau biarkan semua ini terjadi?” Kita lupa apa yang dikatakan oleh firman Tuhan bahwa Allah bekerja dalam segala sesuatu. Kita tahu dan percaya, tetapi hanya dengan mulut. Sebab faktanya, ketika kita di dalam situasi sulit yang tidak kunjung selesai, lalu makin tidak melihat jalan keluar, kita menjadi kecil hati, seakan-akan Tuhan tidak ada. 

Sebagaimana kisah bangsa Israel yang dibawa oleh Tuhan dari Mesir ke Kanaan. Mereka berjalan dituntun tiang awan dan tiang api, dan mereka dibawa Tuhan ke pantai laut Teberau. Sementara Firaun dengan algojo-algojonya datang, siap membantai mereka. Mereka bangsa budak yang tidak biasa berperang, sementara Firaun memiliki pasukan berkereta perang, berkuda, dan tentu senjata lengkap. Namun, Tuhan punya banyak cara untuk menolong. Justru keadaan itu merupakan cara Tuhan membuka mata bangsa Israel untuk melihat kebesaran Allah, sebelum mereka melanjutkan perjalanan panjang melewati gurun yang ganas. Akhirnya, mereka betul-betul melihat kemuliaan Allah ketika laut Kolsom terbelah. 

Mereka bisa masuk ke dalam laut yang sudah menjadi kering. Kering, bukan berlumpur. Memang orang-orang yang selama itu menganiaya mereka, laskar-laskar Firaun, mengejar. Tuhan tutup dengan tiang api, sehingga mereka tidak bisa menembus barisan Israel. Maka, jangan takut. Kalau kita memang ada di pihak Tuhan, Tuhan pasti menyertai kita. Kalau Tuhan seakan-akan bungkam, berdiam diri, tidak selalu begitu. Pasti Tuhan akan bertindak pada waktu-Nya. 

Dalam Mazmur 83:18-19 dikatakan, “Biarlah mereka mendapat malu dan terkejut selama-lamanya; biarlah mereka tersipu-sipu dan binasa, supaya mereka tahu bahwa Engkau sajalah yang bernama TUHAN, Yang Mahatinggi atas seluruh bumi.” Tuhan mau menyatakan kemuliaan-Nya di dalam dan melalui hidup kita. Jadi, ketika kita diperlakukan tidak adil, jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Baiklah kita diam, diam, dan diam. Dengan kita berdiam diri, Allah turun. Ingat, tidak selamanya begitu, karena ada Tuhan yang hidup yang pasti melindungi kita. Maka, hiduplah selalu dalam hadirat-Nya, 24 jam. 

Kalau Tuhan seakan-akan bungkam, berdiam diri, tidak selalu begitu. 

Pasti Tuhan akan bertindak pada waktu-Nya.