Mari kita merenungkan kembali hal yang biasa kita dengar dan kita juga ucapkan: betapa singkatnya hari hidup kita. Terutama bagi kita yang sudah berumur di atas 50 tahun, hidup kita lebih singkat dari mereka yang masih bisa memiliki tahun-tahun yang panjang. Di singkatnya umur hidup ini, kita harus sungguh-sungguh memperkarakan apa yang kita harus lakukan bagi Tuhan, apa yang dapat kita capai dan kita persembahkan bagi Tuhan yang telah menyelamatkan kita, Tuhan kita Yesus Kristus. Mempersembahkan bagi Allah Bapa kita yang adalah sumber berkat, sumber anugerah, Inisiator dari keselamatan. Allah semesta alam, yang sebelum dunia dijadikan telah menentukan nama-nama kita hadir di bumi ini dengan keadaan kita yang tentu khusus, keadaan kita yang benar-benar unik, dan sekaligus atas setiap kita, Tuhan pasti memiliki rencana.
Setiap kita memiliki, memuat atau memikul rencana Allah yang pasti luar biasa. Tidak hiperbola, tidak dilebih-lebihkan, pasti luar biasa karena rencana Allah atas hidup kita masing-masing ini unik, tidak sama dengan siapa pun dan di zaman mana pun. Pikirkan bahwa dalam realitas kehidupan di bumi dan di kekekalan, hanya ada satu nama dengan keadaan unik, yang tidak ada duanya di mana pun dan kapan pun dan tidak pernah akan ada. Sebenarnya itu menggetarkan. Tidak pernah ada manusia di zaman lain dengan keadaan yang sama. Allah merancang itu sebelum dunia dijadikan (Ef. 1:4-5). Itu berarti setiap individu kita itu benar-benar berharga di mata Allah, benar-benar istimewa. Yang karenanya Allah memiliki blueprint; rancangan menjadi manusia macam apa kita. Sebab pada waktu kita dilahirkan dalam keadaan mentah, tapi orisinal. Dan blueprint tersebut Allah kehendaki untuk terwujud, terbangun.
Kalau seorang anak manusia hidup di dalam tuntunan Tuhan, blueprint tersebut benar-benar terwujud, maka orisinalitas dari manusia itu akan terus terbangun sampai mati, dan kemudian pasti akan dilestarikan, diperkenan eksis di dalam Kerajaan Surga. Tetapi kalau blueprint itu tidak terwujud karena ada musuh jahat yang juga memiliki blueprint palsu untuk membuat makhluk manusia itu rusak, maka ia mati dalam keadaan imitasi. Orisinalitasnya itu ditentukan oleh blueprint-nya. Oleh karena itu, kita harus merasa gusar dan memperkarakan kepada Tuhan: ‘Apakah blueprint yang Tuhan telah rancang sejak kelahiran kita telah terwujud di dalam hidup kita hari ini?’ Kalau tidak terwujud 100%, bisa paling tidak 80%-90%, mudah-mudahan 95%, dan itu menyenangkan atau memuaskan hati Tuhan.
Setelah kita mengarungi perjalanan hidup, faktanya kalau kita jujur melihat jejak rekam hidup kita, kita belum menjadi manusia yang benar-benar menyenangkan hati Tuhan. Bahkan kalau kita jujur, sering keadaan kita itu belum tepat seperti yang Allah kehendaki. Tapi saking pintarnya pikiran kita, kita sudah bisa membuat blueprint yang kita pikir terbaik, tapi sebenarnya tidak sinkron dengan blueprint-Nya Tuhan. Kedengarannya ini sederhana atau mungkin dianggap sebagai naif, tapi ini penting sekali. Ini sangat fundamental. Siapa pun kita, apa pun pemahaman kita tentang hidup, pelayanan, doktrin, ajaran, apa pun selera, dan keadaan kita, lebih dari semua itu kita harus memperkarakan hidup kita. Dan ini tidak bisa kita tanyakan di perpustakaan walaupun ada sejuta buku di situ. Ini tidak bisa kita tanyakan ke pendeta sehebat apa pun, teolog secakap apa pun, karena ini harus dipertanyakan langsung kepada Tuhan. Maka, di sini harus ada ruangan di mana kita benar-benar berjumpa dengan Tuhan.
Sebelum kita lahir, bahkan sebelum dunia ada, nama kita sudah ada. Dengan DNA (Deoxyribonucleic acid) yang khusus. Namun manusia punya kehendak bebas, apakah dia akan menggenapi, mewujudkan bangunan manusia seperti yang Allah kehendaki itu, atau tidak. Si jahat—yang dikatakan oleh Yang Mulia Tuhan kita, Yesus Kristus, sebagai pencuri—datang hanya untuk membunuh dan mencuri. Ia berusaha untuk mengambil hak-hak kita; hak untuk menjadi manusia sesuai dengan cetak biru atau blueprint Tuhan itu, supaya dia bisa memasukkan blueprint-nya. Jadi kalau Roma 12:2 mengatakan, “Janganlah kamu serupa dengan dunia ini,” itu sama dengan kita jangan punya blueprint sama seperti dunia. “Berubahlah oleh pembaruan budimu,” supaya kita menjadi manusia yang sesuai dengan blueprint Tuhan. Bukan saja baik, bukan saja berkenan, namun juga sempurna.