Skip to content

Mutlak

 

Matius 4:4

Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”

Kekristenan itu bukan bagian hidup kita, melainkan seluruh hidup kita. Kalau kita bekerja sebagai pegawai, atau kita berdagang, semua itu kita lakukan untuk Tuhan. Bukan karena sekadar kita mau punya barang dan punya nilai diri dan menyenangkan diri. Firman Tuhan mengatakan, “Manusia hidup bukan dari roti saja, …” artinya sebagai sarana pertumbuhan, “.., tetapi dari setiap firman (rhema) yang keluar dari mulut Allah.” Ini spesifik dari mulut Allah, artinya dari hati Tuhan. Tuhan tidak mungkin bicara tanpa konteks. Apa yang Tuhan kemukakan itu pasti ada konteks, ada masalahnya. Yang keluar dari mulut Allah pasti ada konteks, ada masalah, ada evidence, ada keberlangsungan yang terjadi sehingga Allah harus bicara.

Oleh sebab itu, mendengar suara Tuhan itu mutlak. Kita tahu firman yang mengatakan, “Kasihi musuhmu.” Lalu bagaimana firman itu menjadi daging? Ketika kita punya “musuh,” lalu kita hadapi dia dengan mengampuninya dan mengasihinya, maka firman itu menjadi daging. Kita harus mengenakannya dalam setiap peristiwa hidup sesuai dengan konteks persoalan yang berlangsung. Jadi, mendengar suara Tuhan itu mutlak, dan Tuhan tidak mungkin tidak bicara. Kita juga tahu ada firman yang mengatakan, “Jangan berzina.” Tuhan izinkan kita bertemu kesempatan di mana kita dapat berzina. Lalu Tuhan bicara, “Jangan berzina.” Jika kita turuti, maka firman itu menjadi daging.

Firman mengatakan, “Jangan khawatir akan hari esok…” Namun kenyataannya, kita punya masalah yang tidak kunjung selesai yang membuat kita khawatir, bahkan meragukan keberadaan Tuhan: “Tuhan ada nggak sih sebenarnya?” Akan tetapi, jika kita dalam kondisi yang mencemaskan atau kritis bisa mengingat firman untuk jangan khawatir lalu dapat berkata, “Aku percaya Engkau Tuhan dan aku tidak meragukan-Mu..,” itu luar biasa. Firman tersebut menyatu dalam diri kita, menjadi daging! Mengapa teolog-teolog yang bergelar doctor malah kelakuannya banyak yang memalukan? Karena rhema itu belum jadi daging dalam hidupnya. Mereka pintar bicara soal salib atau pikul salib, tapi firman tentang salib itu belum menjadi daging dalam dirinya.

Mendengar suara Tuhan itu mutlak, sehingga kita harus belajar firman. Jangan mencintai dunia, hidup dalam doa dan persekutuan dengan Allah, pasti apa yang terjadi dalam hidup kita mendatangkan kebaikan. Kita bersyukur punya Allah yang hidup, Allah yang nyata. Kita tidak akan dipermalukan. Berjalan dengan Tuhan itu sangat asyik! Berjalan dengan Tuhan itu bukan menyenangkan, melainkan sangat menyenangkan! Sangat membahagiakan kita! Kalau Tuhan berfirman, “Aku menyertai kamu sampai kesudahan zaman,” Dia menyertai untuk mendidik dan mendewasakan kita. Dia menyertai bukan hanya menolong kita dalam kesulitan. Kalau hanya menolong kita dalam kesulitan keuangan, kesehatan, rumah tangga, dan lain-lain, itu fana. Tetapi yang diberikan Tuhan itu bernilai kekal, yaitu karakter dan watak kita yang diubah. Dia tidak berhenti berbicara. 

Karenanya, di Roma 8:28-29 dikatakan, “Allah bekerja dalam segala hal.” Karena itu, tidak ada kejadian yang tidak ada suara Tuhan di dalamnya. Maka, kita harus gelisah kalau kita tidak bisa mendengar suara Tuhan. Kita harus peka, apalagi sebagai seorang hamba Tuhan. Jadi semestinya kalau pria atau wanita belum dapat jodoh atau belum punya jodoh, memilih jodoh itu mestinya tidak sulit. Kalau dia sudah bertemu dengan Tuhan, dia begitu lihat seseorang langsung mengerti, “Tidak, bukan yang ini.” Hal itu bisa terjadi kalau kita sudah punya standar kepekaan dengan Tuhan.  Jadi, maksud percaya itu adalah ketepatan terhadap kehendak Allah. Untuk itu, kita harus tetap di hadirat Tuhan dan mendengar suara Tuhan dalam segala hal. Tidak lagi menikmati sukacita dunia dan hidup dalam doa.