Skip to content

Metabolisme Hidup Rohani

Inilah yang Allah rancangkan ketika Ia menciptakan manusia, agar segambar dan serupa dengan Allah. Betapa bahagianya hati Bapa memiliki anak-anak yang segambar dan serupa dengan Diri-Nya. Hanya Tuhan yang bisa mengolah pikiran dan jiwa kita agar melahirkan kehendak-kehendak yang sesuai dengan apa yang Allah inginkan. Seseorang tidak akan mungkin menikmati damai sejahtera Allah kalau karakternya tidak seperti yang Allah kehendaki. Orang yang karakternya rusak, tidak mungkin bisa menikmati damai sejahtera Allah. Jadi, memang perlu proses pembenahan. Semakin seseorang karakternya baik—karakter yang baik dalam standar Allah—metabolisme kehidupan rohaninya akan semakin baik, semakin sehat. 

Sehingga ia bisa berkata, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” Tidak heran kalau Rasul Paulus menulis dalam kitab Galatia, “Asal ada makanan, pakaian, cukup.” Kebutuhan fisik itu relatif. Fleksibel. Tubuh kita memiliki fleksibilitas yang luar biasa. Bahkan kalau kita memiliki tubuh yang sakit karena pola hidup yang salah, maka ketika kita mulai mengubah dengan pola hidup yang baru, tubuh bisa menyembuhkan diri sendiri. Itu luar biasa. 

Kalau metabolisme hidup rohani kita baik, maka kita akan semakin mengerti bahwa yang kita butuhkan dalam hidup ini hanya Tuhan. Bagaimana kita bisa memiliki kehidupan rohani yang benar? Tuhan menyediakan sarananya, tetapi kita yang harus memilih. Kita ini pasien dan Tuhan Yesus berkata, “Bukan orang sehat yang membutuhkan tabib, tetapi orang sakit.” Kita adalah orang sakit, butuh tabib; dan Yesus adalah Tabib kita. Bukan hanya menyembuhkan fisik kita, melainkan juga menyembuhkan jiwa kita. Tetapi, kita harus kooperatif. Gereja, pelayanan gereja harus merupakan penyelenggaraan penyembuhan atas pasien-pasien yang mengalami sakit secara jiwa atau rohani. Gereja itu rumah sakit, bukan showroom. 

Supaya jiwa seseorang sembuh, yang akhirnya menjadi keindahan di mata Allah, bukan hanya tergantung dokter dan suster, tetapi juga individu masing-masing. Maka, kita harus sadar bahwa kita sakit. Jangan seperti orang-orang Yahudi, khususnya ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, yang merasa dirinya sehat, lalu tidak menghargai Tuhan. Metabolisme kehidupan rohani kita belum baik atau tidak baik. Banyak orang sadar dirinya masih duniawi, masih punya keinginan-keinginan daging, lalu merasa dengan kesadaran itu cukup, seakan-akan Tuhan tidak terganggu dengan keadaan kita, karena kita sadar sebagai orang berdosa. Pengakuan itu seakan-akan sudah menjadi pembenaran, lalu kita hidup wajar seperti manusia lain, dan seakan-akan Tuhan mengizinkan. Yang harus sungguh-sungguh kita sadari adalah kita sakit, supaya kita dirawat. 

Kita harus menangkap frekuensi Tuhan, kita harus selalu ada dalam koneksi dengan Tuhan, setiap saat. Maka, kita tidak boleh melakukan hal-hal yang membuat koneksi kita putus. Kita harus menemukan frekuensi, sehingga kita selalu mendengar suara Tuhan. Kalau mau dipakai Tuhan luar biasa, maka kita harus berani menyangkal diri, menanggalkan semua keinginan yang Tuhan tidak kehendaki; tanpa batas. Kita harus makin dewasa rohani. Salah satu ciri kedewasaan rohani adalah hidup suci, tidak punya kesenangan dunia, sehingga koneksi kita akan terus tersambung. Semakin kita memiliki banyak kesenangan, maka semakin kita tidak haus akan Allah

Kalau kita terbiasa belajar memiliki koneksi dengan Tuhan, maka pada waktu koneksi itu putus, kita akan merasakannya. Kita harus membuang kesenangan-kesenangan yang Tuhan tidak menyukainya. Tuhan berkata, “Kalau kamu tidak melepaskan dirimu dari segala milikmu, kamu tak dapat jadi murid-Ku.” Mari kita belajar untuk melepaskan semua kesenangan, supaya kita bisa memiliki kehausan akan Allah dan menjadi perawan suci. “Perawan” di sini bukan menunjuk kepada pengertian perawan secara umum; wanita yang tidak pernah melakukan hubungan seks, tetapi “perawan” di sini artinya seorang yang tidak tercemari oleh keinginan dunia dan dosa, tetapi meneguk Tuhan sebanyak-banyaknya. 

Kita akan bisa mengalami bahwa Allah itu riil, Allah itu nyata. Pengalaman-pengalaman pribadi kita mungkin tidak akan bisa diungkapkan kepada orang lain. Tetapi, kita bisa menyimpannya sebagai rahasia iman. Pengakuan pemazmur menjadi milik kita juga, yaitu: “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.” Artinya “Lebih dari ekonomiku dipulihkan, lebih dari rumah tanggaku dipulihkan, lebih dari apa pun, aku ingin menikmati Engkau setiap saat.” Jika metabolisme kehidupan rohani kita sehat, maka kita akan menjadi pribadi yang kokoh. Saat kita menutup mata, kita akan membuktikan secara lengkap dan sempurna bahwa benar perkataan pemazmur: “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini.” Mari kita menemukan Tuhan dan menghirup sebanyak-banyaknya berkat rohani yang bisa kita serap dari Tuhan, selagi kita masih hidup. 

Kalau metabolisme hidup rohani kita itu baik, maka kita akan semakin mengerti bahwa yang kita butuhkan dalam hidup ini hanya Tuhan.