Skip to content

Merespons dengan Benar

 

Kita akan diberi anugerah bagaimana merasakan sakit-Nya hati Tuhan waktu kita bersalah, tapi juga bisa merasakan sukacita-Nya Tuhan ketika kita hidup dalam kekudusan; ketika keputusan dan pilihan kita sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Kalau kita belajar terus, di setiap keputusan dan pilihan sesuai dengan kehendak Allah, maka pasti kita tidak akan dipermalukan dan Tuhan pasti menopang kita. Dengan kita mengenali diri sendiri dan terus berproses untuk memiliki kehidupan yang bersih, kita tidak akan bisa melukai orang. Memang bisa ada orang yang hatinya bengkok yang menyerang kita, tapi kita tidak mungkin melukai orang. Refleks dosa kita—refleks sombong, menikmati kekuasaan, dan kehormatan—pasti melukai orang. Tuhan mau kita memiliki hati hamba, hati yang melayani.

Setiap kita pasti pernah gagal. Tapi kita harus sadar ketika ada rangsang dan kita merespons rangsang itu tidak dengan baik, di situ kita sadar bahwa kita salah dan merasakan sakit-Nya hati Tuhan. Kecuali kita memang tidak serius mau menjadi orang sempurna, kita malah tetap bangga dengan dosa, senang bisa melukai orang. Kita berdoa agar Tuhan membuka pikiran kita untuk mengenali diri kita dengan jujur dan tulus, sebab waktu yang Tuhan berikan kepada kita ini singkat. Kesempatan untuk membersihkan diri, membenahi diri itu singkat. Dan Tuhan menanggulangi kekurangan, kelemahan kita dengan berbagai peristiwa hidup yang kita jalani. 

Tetapi langkah-langkah Tuhan dalam menanggulangi kelemahan, kekurangan kita menjadi sia-sia kalau kita tidak merespons dengan benar. Kalau kita memang tidak serius mau memiliki hati yang bersih, kita tidak mau mengenali diri kita dengan jujur, maka apa yang dilakukan Tuhan tidak akan berdampak di dalam hidup kita. Ketika kita berusaha untuk mengenali diri kita sejujur-jujurnya—sehingga kesalahan sekecil atau sehalus apa pun bisa kita kenali—maka kesalahan besar tidak akan mendapat tempat. Tapi kalau kita tidak setia dari perkara-perkara kecil, maka kesalahan besar bisa kita lakukan.

Pekerjaan Tuhan yang kita lakukan hari ini atau sekarang ini, luar biasa. Kita sedang mengentaskan orang menuju langit baru bumi baru. Kita sedang menggiring dan mengajak sebanyak mungkin orang keluar dari Mesir dunia ini menuju Kanaan surgawi. Seperti Musa, di sekitarnya ada pemberontak-pemberontak yang bisa menghancurkan pekerjaan Tuhan. Di tengah-tengah kita pun akan muncul orang-orang seperti itu yang tanpa sadar dirasuki setan, bicara sembarangan, bertindak sembarangan, dan itu bisa menghancurkan pelayanan. 

Setan akan berusaha menghancurkan pekerjaan Tuhan lewat orang di sekitar kita. Tentu yang pertama lewat kita sendiri. Iblis mau menjatuhkan. Kalau kita tidak bisa jatuh, dia menjatuhkan orang di sekitar kita. Kita menangis, banyak orang yang terjerumus dalam dosa dan dibimbing setan ke api kekal. Lewat hidup kita, kiranya banyak orang dijamah Tuhan. Jadi, alamilah realitas Tuhan dengan mengenali diri kita sendiri sejujur-jujurnya. Sadari kalau kita masih gila hormat, mencari keuntungan materi, menikmati pujian dan kekuasaan, dan lain sebagainya. Dan berubahlah.

Banyak orang yang sedang menuju kegelapan abadi, maka kita harus memiliki belas kasihan. Kita balut luka mereka, kita sembuhkan, walaupun tentu tidak semuanya terselamatkan, tapi kita harus berusaha semaksimal mungkin. Jalan kita harus secepat-cepatnya, lepaskan semua beban dan dosa supaya kita dapat lari sekencang-kencangnya menuju Kanaan surgawi. Jangan nakal lagi dan berhenti berbuat dosa. Kalau tidak ada keseriusan, kita tidak akan bisa berubah. Kita bersyukur, kita mendapatkan firman ini. Pasti ada berkat abadi, berkat kekal yang Tuhan sediakan bagi kita hari ini. Juga besok, juga lusa. 

Dan mulai sekarang, mari kita sambut setiap hari dengan ucapan syukur untuk segala berkat yang Tuhan berikan pada hari itu. Kita berterima kasih, dan kita minta pimpinan Roh Kudus agar kita bisa mengelola setiap peristiwa, merespons setiap kejadian dengan sikap yang benar, supaya berkat abadi yang Tuhan sediakan tidak lewat atau berlalu begitu saja. Ketika kita dilukai, disakiti orang, tapi kita bersikap dan merespons seperti sikap dan respons Tuhan Yesus, “Ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Itu memuliakan Allah.