Satu kemutlakan yang pasti dikehendaki oleh Allah, yaitu lembar hidup kita ke depan atau lembar hidup yang baru yang Tuhan berikan harus lebih indah, harus lebih baik dari lembar hidup yang pernah kita jalani. Tuhan tidak ingin keindahan yang sama yang kita pernah ukir atau pernah bisa kita lukis. Tuhan menghendaki keindahan yang baru, keindahan yang memiliki nilai lebih tinggi, dan tentu lebih menyenangkan hati Tuhan.
Seperti orang tua yang melihat anaknya tumbuh, orang tua senang. Tetapi, orang tua tidak menghendaki anak itu bertumbuh hanya pada satu level. Dia harus terus mengalami proses pertumbuhan, makin dewasa, makin cerdas, makin kuat, sehingga orang tua disenangkan oleh perubahan yang terjadi tahap demi tahap yang dialami anak. Demikian pula Bapa di surga, Bapa menghendaki agar lukisan hidup kita makin hari makin indah, kita bertumbuh lebih tidak bercacat, lebih tidak bercela, lebih cerdas rohani, dalam bertindak memiliki ketepatan-ketepatan, sehingga kita menjadi manusia yang utuh di hadapan Allah.
Ini tidak mudah. Sering kita gagal atau kadang-kadang kita gagal, tetapi kita harus tahu di mana letak kegagalan kita dan kita tidak mengulanginya agar lembar hidup yang baru yang Tuhan berikan tidak terwarnai, tidak tergambar langkah salah yang pernah kita lakukan. Kehidupan seperti ini merupakan kehidupan yang terus-menerus dibarui; itu adalah dinamika hidup yang sungguh indah. Mesti kita memiliki fokus terhadap hal ini dan mengalami proses yang tidak berhenti, tapi proses yang berkesinambungan. Jangan berhenti berubah. Jangan berhenti bertumbuh. Tentu berubah makin positif, makin suci, makin berkenan di hadapan Tuhan. Coba kita jujur melihat hidup kita, ada saat-saat di mana kita tidak mengalami perubahan dan kita tidak waspada, tidak alert terhadap keadaan itu. Keadaan di mana kita puas dengan apa yang telah kita capai dan tidak ada perubahan namanya pasivitas rohani.
Orang yang mengalami pasivitas rohani bukan berarti ia berhenti ke gereja. Dia bisa ke gereja, bahkan mungkin rajin, ia tidak berhenti menjadi aktivis gereja, tidak berhenti menjadi pendeta, tetapi kehidupan rohaninya tidak berubah seperti yang Allah inginkan. Setan membuat fokus kita tertuju kepada banyak hal, sehingga kita tidak memperhatikan keindahan hidup kita yang harus terus mengalami progresivitas. Hati-hati, bagi kita yang masih ke gereja, masih aktif dalam pelayanan, masih menjadi pendeta, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan gereja, tetapi secara batiniah tidak mengalami proses perubahan. Dalam 2 Korintus 4, Paulus mengatakan bahwa manusia batiniahnya dibarui dari hari ke hari.
Umur kita bertambah, beberapa kecakapan pun bertambah, mungkin mentalnya juga berubah lebih baik karena lingkungan yang membuat mentalnya bisa berubah jadi lebih baik, tapi manusia batiniahnya tidak. Dan itu terjadi dalam kehidupan banyak orang Kristen, aktivis, bahkan pendeta. Sehingga walaupun sudah 10 tahun di Sekolah Tinggi Teologi belum tentu bisa menjadi manusia Allah. Setan itu sangat licik dan kita sendiri juga bisa tertipu, di mana kita merasa puas diri dengan satu level rohani yang kita capai. Walaupun ternyata kita tidak bertumbuh. Maka jangan sampai kita diparkir dan tidak mengalami perubahan atau kita ada di landasan pacu, tapi kita tidak pernah bisa terbang; tidak mengalami proses perubahan.
Tuhan mau kita mengalami perubahan, dan syarat yang harus kita alami adalah, pertama, kita harus disengat oleh kehadiran Tuhan. Kehadiran Tuhan dapat kita peroleh ketika kita berdoa Yang kedua, kita harus disengat oleh firman. Tetapi banyak orang tidak mengalami sengatan itu atau tidak merasa sengatan itu karena mereka tidak memberikan hati dan perhatiannya kepada Tuhan. Mereka berdoa, namun tanpa kerinduan dan kehausan akan Allah. Hal ini terjadi karena mereka punya kesenangan tertentu, menikmati dunia, menikmati pujian sehingga tidak bisa menerima sengatan Tuhan. Jadi tidak heran, kalau mereka tidak mengalami progresivitas. Maka, jangan menikmati kedudukan dari kehormatan yang kita peroleh, tapi nikmati kedudukan itu dari tanggung jawab dan kesempatan berbakti yang Tuhan berikan di dalamnya.
Ketika kita membuat hidup kita simpel—yaitu fokus hanya kepada Tuhan, tidak memiliki keinginan-keinginan dan kenikmatan apa pun—barulah kita bisa merasakan sengatan Tuhan. Sulit menjelaskan hal ini kepada orang lain, tapi Roh Kudus akan menolong untuk mengerti hal ini: betapa sederhananya hidup, tapi juga begitu riangnya hidup kita. Jadi, sebesar apa pun masalah kita, kita serahkan dalam tangan Tuhan. Masalah kita selesai, puji Tuhan. Namun jika tidak selesai, ya, terserah Tuhan. Jangan berpikir kalau masalah ini selesai, kita akan lebih bahagia. Kebahagiaan kita bukan masalah itu selesai, sebab kebahagiaan kita hanya pada Tuhan. Ingat, tidak ada hal yang lebih indah kecuali kita menyenangkan Tuhan dari menit ke menit, dari jam ke jam, makin dikuduskan, makin sempurna. Dan ketika kita menutup mata, kita layak masuk ke dalam anggota keluarga Kerajaan Allah.