Skip to content

Merasa Lebih Dari Cukup

Tuhan tidak akan mengecewakan kita. Kalau keadaan kita tidak membahagiakan, jangan kita cepat-cepat menyalahkan Tuhan. Sebab, Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Ingat pengalaman Abraham yang selama 25 tahun menantikan anaknya lahir. Dia sudah taat meninggalkan Ur-Kasdim, dan tidak berniat kembali ke Ur-Kasdim demi ketaatannya kepada Elohim Yahweh, yang menjanjikan bahwa dirinya akan punya anak sebanyak bintang di langit, pasir di laut. Tapi kenyataannya, anaknya tidak kunjung lahir. Tapi dia tidak kecewa. Ini mengagumkan. Dia tetap memercayai Tuhan.

Mungkin sekarang ada di antara kita yang sedang mengalami keadaan sulit yang membuat kita merasa bahwa ini sudah berlarut-larut, dan Tuhan tidak peduli. Keadaan kita makin merosot, makin terpuruk, lalu kita bertanya, “Tuhan, Engkau di mana?” Namun ketahuilah bahwa semua hal yang terjadi itu pasti ada akhirnya, ada ujungnya. Dan pasti mendatangkan kebaikan. Karena Roma 8:28 mengatakan, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” 

Mari kita tidak menjadi kecewa. Dia patut, Dia pantas dipercayai. Dalam keadaan kita yang paling sulit, kita tetap memercayai bahwa Allah itu setia. Satu-satunya Allah yang benar, Yang Maha Besar, Elohim Yahweh selalu menyertai. Sampai putih rambut kita, Ia menggendong kita. Hal lain yang membuat seseorang jenuh dan bosan adalah kenyamanan. Jangan main-main, kenyamanan pun bisa membahayakan. Sebab seseorang yang menikmati kenyamanan, sampai akhirnya dia terbelenggu oleh kenyamanan. Ia tidak tertarik lagi dengan hal-hal rohani. 

Maka kadang Tuhan mengizinkan kita mengalami kesulitan supaya kita mencari Tuhan. Ketika Tuhan memberkati kita dengan segala berkat, hidup kita menjadi tidak bermasalah dalam segi ekonomi dan lain-lain, mestinya kita bersyukur dan makin mencari Tuhan. Kita melihat orang-orang lain, begitu banyak penderitaan yang dialami oleh mereka. Dan ucapan syukur kita bukan hanya dengan perkataan, tapi dengan sikap dan perbuatan. 

Ingat! Seberapa nyamannya hidup di dunia ini, pasti berakhir. Semua ada ujungnya. Jadi, jangan kita tenggelam kenyamanan hidup, sampai kita tidak memikirkan lagi dunia yang akan datang, langit baru bumi baru. Seakan-akan kehidupan itu hanya sekarang di bumi ini; di balik kubur tidak ada kehidupan lagi. Masalahnya, sering orang ketika memiliki kenyamanan hidup, maka ia tidak menginginkan dunia lain. Sebab dunia hari ini sudah baik. Kalau sudah dilanda masalah, baru mengerti bahwa realitas hidup ini pahit. Kalau tidak ada masalah, semua jalan dengan baik, orang merasa tidak membutuhkan siapa-siapa, bahkan tidak membutuhkan Tuhan. 

Tapi bersyukur jika kita masih diingatkan Tuhan bahwa kita membutuhkan Dia lebih dari siapa pun dan apa pun. Oleh karena itu, kita harus bertumbuh terus sampai kita merasa bahwa Dia kita butuhkan lebih dari nafas di dalam tubuh kita, lebih dari darah di tubuh kita. Kalau sampai kita pada tingkat itu, kita tidak akan merasa jenuh atau bosan. Kita bisa berkata, “Engkau kehidupanku, Tuhan. Tanpa Engkau, tidak ada kehidupan di dalam diriku. Pegang tanganku, jangan tinggalkan aku. Yang kubutuhkan bukan berkat-Mu, bukan kuasa-Mu, tapi Engkau sendiri, Tuhan. Engkau sendiri.” 

Memiliki ketergantungan yang kuat, sampai kita seperti orang kecanduan atau addict terhadap Tuhan. Dan kita baru bisa menghayati yang dikatakan pemazmur, “seperti rusa merindukan sungai yang berair, demikian jiwaku merindukan Engkau, ya Tuhan.” Kalau sampai tingkat menjadikan Tuhan itu kehidupan, kita menjadi kekasih Tuhan. Jadi kalau pasangan hidup atau anak meninggalkan kita, jangan diratapi. Serahkan dalam tangan Tuhan, biar kehendak Tuhan yang jadi. Jangan memaksa dia harus pulang. Kalau memang dia memilih untuk tidak pulang, Tuhan pun tidak memaksa dia. Jangan terluka. Jangan membuat kita memusuhi bahkan mengutukinya.

Namun katakan, “Tuhan, beri aku pelajaran rohani yang mendewasakan aku. Engkau lebih dari cukup dalam hidupku.” Apa pun keadaan kita, kita harus merasa lebih dari cukup karena kita memiliki Tuhan. Sikap seperti ini adalah sikap yang benar-benar memuliakan Tuhan. Tuhan ingin kita bangkit dari keadaan kita yang terpuruk. Hidup ini singkat dan tragis. Tidak ada yang kita nantikan dalam hidup ini selain langit baru bumi baru. 

Apa pun keadaan kita, kita harus merasa lebih dari cukup karena kita memiliki Tuhan.